10

116 14 11
                                    

Sudah kembali ke hari Senin. Aku masuk ke kelas dan melihat tempat duduk Ian masih kosong. Kududukkan diriku dan menghela napas dengan panjang. Masih tetap membayangkan kejadian di akhir pekan kemarin. Bodoh sekali diriku!

Kejadian kecupan bibir setelah di kolam renang, berakhir tidak terlalu bagus. Ian langsung mengambil tas dan bajunya lalu pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya, mencoba menjelaskan apa yang baru saja terjadi. Mencoba meminta maaf.

Namun, ia sudah berada di salah satu bilik. Dan, aku tidak mungkin masuk kesana. Keadaan akan semakin bertambah runyam jika itu kulakukan. Aku mandi cukup lama, berusaha mengatur ulang jalan pikiranku. Ini pertama kalinya aku melakukan kesalahan sebesar ini.

Dia laki-laki dan aku juga, aku mungkin merasa tidak apa-apa mengecup bibirnya. Tapi bagaimana dengan Ian? Bagaimana jika ia tidak suka?

Suara shower di tempat Ian sudah berhenti dan langkah kakinya buru-buru keluar. Ah, apa kami bahkan tidak bisa pulang sama? Kumatikan aliran showerku dan memakai handukku.

Aku masuk ke ruang ganti yang sedikit luas dan mencarinya. Setelah melihatnya yang masih memakai celana dalam dan kaus saja, aku bersembunyi. Tidak, aku tidak bisa kesana. Aku berjalan cepat ke arah lain, mencoba memikirkan hal lain karena lagi dan lagi, penisku bereaksi.

Aku keluar dari kamar ganti dengan pikiran gelisah. Ian sudah tidak ada di tempat tadi, aku tidak tahu kapan ia keluar. Apakah kami bakal... pulang masing-masing? Namun, sesampainya di luar kamar ganti, Ian masih disana. Ia menungguku.

Tetapi, tetap saja Ian tidak mengeluarkan suara apapun. Ia berjalan terlebih dahulu. Ia menunggu bus dengan duduk agak terpisah oleh beberapa orang dariku. Kami pulang dengan bus, memang duduk bersebelahan. Hanya saja, matanya terus memandang keluar. Aku ingin meminta maaf, tapi aku tidak bisa menjelaskan alasanku.

Menciumnya hanya karna aku berpikir ia terlihat menawan, indah, rupawan saat itu? Itu adalah alasan terbodoh!

Aku mengantarnya pulang sampai ke depan rumahnya dan satu kata yang ia ucapkan hanya, "Bye!"

Kemarin ia masih mengucapkan hati-hati padaku, tapi hari ini tidak ada kata hati-hati atau selamat tinggal atau apapun selain 'Bye'? Apa aku mengecewakannya? Apa yang harus aku lakukan?

Balik ke saat ini, aku memejamkan mataku dan kesal dengan diriku. Aku bahkan tidak bisa tidur selama dua hari karena mencari alasan yang tepat untuk perbuatan bejatku.

Drtt...

Suara kursi ditarik mengalihkan perhatianku. Aku melihat Ian sudah duduk di depanku. Dan seperti Senin lalu, Ian tertidur sampai jam istirahat pertama, dan keluar dari kelas.

"Woy Chio! Kau kenapa? Apa kau memutuskan jadi pendiam di umurmu yang ke-17?" Celetuk Kevin sembari menepuk bahuku.

"Mana mungkin dia bisa jadi pendiam, dia punya mesin di bibirnya," jawab Arga.

"Mesinnya dah ga lama ga diservis," tambah Reggy.

Hima melompat dan memeragakan gerakan servis bola voli, "Whoo! Servis lompat!"

"AKWKAWKAKWKAKKWA!!!" Ke-5 temanku tertawa puas dengan jokes jelek Hima.

Biasanya aku akan ikut tertawa. Namun, perasaanku benar-benar tidak enak. Aku merasa bersalah. Dan mengetahui kesalahanku yang ini cukup fatal, aku tidak tahu harus mengatakan apa pada Ian.

"Kau sebenarnya ga tidur berapa hari? Baru kali ini aku melihatmu dengan kantung mata menghitam," celetuk Galih.

"Kalian pernah mencium teman?"

Mereka terdiam sesaat, menaruh perhatian padaku, namun tertawa terbahak-bahak.

"Teman yang gimana? PDKT?" Tanya Galih serius.

PDKT? Apa kami sudah ke tahap itu? Tunggu, tidak tidak. Aku hanya berteman dengan Ian. Bahkan tidak ada keinginan untuk menjadikannya kekasihku... atau ada?

"Cuma teman doang."

"Ya kagalah!" Jawab Yuzo cepat.

"Tapi, kalau di pipi, kayaknya normal ga sih?" Timpal Arga.

Galih menoyor kepala Arga, "Itu mah kau aja yang mesum!"

Ya kan?! Mesum, kan?! Aku adalah Si Mesum itu! Siapa yang mencium bibir seorang teman?!

"Huwarghhh! Aku bodoh sekali!" Jeritku frustasi. Sementara Galih dan Arga saling adu toyor, cubit, you name it.

I LIKE YOU? [ 15+ ; BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang