SATU

175 23 2
                                    

*** 

Hidup sebagai yatim piatu tanpa keluarga, setidaknya ada tiga prinsip hidup yang di anut oleh Gea Anandita.

Yang pertama, hidup harus seimbang antara mengejar uang, mempersiapkan masa depan dan bersenang - senang. Menurut wanita berusia tiga puluh dua tahun itu, memiliki hidup yang seimbang adalah salah satu cara ampuh mencegah stress yang acap kali datang di tengah tuntutan hidup yang tidak masuk akal.

Gea adalah wanita pekerja keras. Sejak kecil dia sudah terlatih untuk mencari uang di beberapa tempat. Jadi mengembangkan tiga bisnis sekaligus bukan perkara sulit untuknya. Fokusnya hanya mengumpulkan pundi – pundi rupiah untuk mengisi saldo rekeningnya. Memastikan dana investasi dalam akunnya terisi setiap bulan. Tak lupa anggaran untuk bersenang – senang.

Gea tidak akan ragu untuk menggelontorkan jutaan rupiah demi menginap di sebuah hotel bintang lima dengan fasilitas yang mumpuni. Atau sekedar menikmati seporsi makanan dalam ukuran kecil yang di sajikan oleh chef profesional. Gea Anandita adalah penganut paham YOLO, You only live once tanpa mengabaikan masa depan yang akan dia hadapi. Dia tidak punya siapapun untuk bertumpu, atau sekedar berkeluh kesah.

Prinsip yang kedua, menjadi pribadi yang bermartabat. Salah satu caranya dengan membangun batas yang cukup jelas saat bersosialisasi dengan pria yang sudah memiliki pasangan. Gea sadar, dengan statusnya yang masih single di saat usianya yang sudah sangat matang untuk berumah tangga, maka lelaki yang hadir dalam hidupnya sudah semakin terbatas dan beresiko tinggi.

Gea perlu extra hati – hati dalam mencari pasangan. Karena pada umumnya, pria – pria seusianya sudah memiliki istri atau setidaknya mereka sudah settle dengan pasangan masing – masing.

Prinsip yang terakhir, yang di pegang teguh oleh Gea sejak belasan tahun yang lalu adalah untuk tidak pernah, sekalipun berharap pada manusia. Sebisa mungkin tidak mengharapkan bantuan dalam bentuk apapun. Gea sadar betul bahwa takdir manusia menjadi makluk sosial, yang membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya. Tapi pahitnya hidup mengajarkan perempuan itu untuk menjadi mandiri dan kuat. Pada dirinya sendirinya dia akan bertumpu.

Tentu saja tidak semua orang senang dengan diri Gea yang terlalu independent. Mereka adalah pria - pria yang pernah hadir dalam hidupnya. Yang acap kali merasa kehadirannya tidak di butuhkan oleh perempuan cantik itu. Dan Gea tidak akan ambil pusing tentang penilaian teman kencannya, bukan tugasnya memberi makan ego lelaki prianya. Gea akan terus berjalan, tanpa menoleh, tanpa ada sedikitpun penyesalan.

***

"Sorry telat," kata Gea setelah mendudukkan tubuhnya di kursi yang ada di ruang meeting. Napasnya masih sedikit memburu akibat datang dengan langkah besar, setengah berlari. "Langsung aja, progress buat produk baru udah sampai mana?" lanjutnya sembari mengikat rambut panjangnya secara asal.

Clarissa, manager produksi yang hari ini duduk di sisi kanan menjawab dengan sebuah buku yang terbuka, "So far semuanya on track Ge. Tujuh sample yang udah kita kasih bakal ready besok sore untuk kita check sebelum finalisasi produk. Ini lebih cepet dari target yang udah kita tentuin."

Gea mengangguk, tangannya sibuk mencatat di atas ipad. "Good, make sure cuttingan sama jahitannya sesuai dengan standar kita, mengingat ini adalah vendor baru sebisa mungkin jangan sampe ada kesalahan, sekecil apapun." Kali ini perhatiannya beralih ke arah Caca, yang bertanggung jawab dalam pengadaan bahan baku. "Stock gimana? Udah aman semua?"

Perempuan muda itu mengangguk, mengiyakan. "Aman kak. Kloter terakhir masuk sore ini."

Sekali lagi Gea menganggukkan kepalanya, puas. "Dari tim marketing gimana? Udah dapet siapa yang bakal kita endoserment untuk produk barunya?"

DANDELION | MOVE ON SERIES ( NEW VERSION )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang