SEPULUH

92 16 14
                                    

belum di edit ya ges...

*** 

Dicintai dengan tulus.

Adalah sebuah frasa sederhana yang acap kali dengan mudah di dengungkan oleh orang – orang yang tengah di mabuk cinta. Sayangnya kalimat itu masih terasa abu – abu bagi Gea Anandita. Keningnya akan mengerut dalam kala kata 'tulus' itu di tujukan padanya. Benaknya akan berpikir, konsep di cintai dengan tulus itu seperti apa?

Pasalnya di usianya yang sudah memasuki angka tiga puluh dua tahun dengan deretan mantan yang dia miliki tidak membuat Gea benar - benar paham konsep sederhana tersebut. Gea benar – benar tidak tau seperti apa rasanya ketika dicintai dengan tulus oleh orang lain. Bagaimana rasanya di puja tanpa ada embel - embel di belakangnya.

Entah di mana yang salah, apakah dia yang kurang berhati - hati dalam menilai perhatian seseorang hingga semua hubungan yang dia jalin hanya berkutat tentang seks semata? Atau memang dari awal sudah salah? Bahwa dirinya memang tidak layak untuk dicintai? Untuk di puja selayaknya sesuatu yang berharga?

Sebuah kesimpulan konyol memang, Deandra dan Natasha pasti akan memakinya jika Gea mengutarakan apa yang ada di pikirannya selama ini. Namun sayangnya seberapa keras Gea menepis pikiran itu, dia tidak akan benar – benar lepas dari dalam benarknya. Seperti bayangan gelap yang selalu berada di belakangnya.

Tentu pemikirian itu datang bukan tanpa alasan, melihat bagaimana kedua orang tuanya membuangnya dengan begitu mudah dan tanpa rasa bersalah sedikitpun. Demian, cinta pertamanya, lelaki pertamanya yang sekaligus menjadi patah hati pertamanya karena hanya menjadikan Gea bahan taruhan bersama teman - teman pria itu. Yang kemudian hilang setelah berhasil menidurinya. Demian adalah pria pertama yang meninggalkan noda hitam pada lembar putih di hidup Gea.

Sejauh ini yang Gea tau adalah bagaimana konsep menyayangi dan disayangi. Seperti dia menyayangi kedua sahabatnya, Deandra dan Natasha. Atau kedua kakek dan neneknya yang belasan tahun yang lalu telah kembali pada sang pecipta. Sedangkan konsep mencintai, Gea hanya memiliki satu contoh, yaitu bagaimana Arkan Brawijaya yang mencintai temannya, Deandra Prasasti. Arkan yang memperlakukan Deandra dengan cara bermartabat, penuh dengan kehati - hatian.

Lantas sekarang dia di hadapkan pada sosok Kevin Wiratama yang membuat hatinya terus berdebar dengan berbagai macam pikiran yang berlalu lalang dalam kepalanya.

Apakah pria itu benar – benar mencintainya? Dengan tulus? Apakah di masa yang akan datang pria itu berniat untuk menikahinya? Apakah Kevin benar – benar serius ingin menjalih hubungan dengannya? Seperti apa yang pria itu ucapkan dua bulan yang lalu? Karena sekarang Gea sedang mempertanyakan konsep serius seperti apa yang Kevin miliki. Apakah konsep yang ia miliki dengan pria itu miliki berbeda? Karena dua bulan semenjak mereka menjalin hubungan, kenapa setiap pertemuan mereka harus berakhir dengan kegiatan di ranjang? Seolah tidak ada hal yang lebih penting selain hal itu.

Gea memejamkan matanya. Kepalanya menggeleng pelan, mengusir semua pikiran - pikiran buruk yang berkeliaran di kepalanya.

"Hey, what's wrong?" tanya Kevin di tengah kegiatannya, menghujam miliknya dengan kejantanannya yang besar dan panjang. Tangannya kanannya kemudian terulur, mengusap pipi Gea dengan lembut. "Kamu mau berhenti?" tanyanya kemudian.

Gea menggeleng cepat. Tangannya meremas lengan Kevin ketika pria itu menurunkan intensitas hujamannya. "No, please no mas," rengek Gea, mendorong pinggulnya dengan kasar.

Shit dirinya terlihat seperti wanita murahan yang haus akan seks.

Pikiran dan tubuhnya bekerja bertolak belakangan.

"Kamu terlihat tidak nyaman, Gea," jawab Kevin, memberikan apa yang Gea inginkan. Menghujam dirinya dengan lebih keras dari sebelumnya. "It's okay kalau mau berhenti," lanjutnya dengan mata terpejam, merasakan nikmat kala kejantanannya yang semakin membesar terasa terjepit di bawah sana.

DANDELION | MOVE ON SERIES ( NEW VERSION )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang