DANDELION | MOVE ON SERIES ( NEW VERSION )

DUA

*** 

I love you, and i let you go.

Adalah sepenggal kalimat untuk menggambarkan bagaimana perasaan Kaffa untuk Gea. Perempuan yang usianya empat tahun di atasnya. Cinta pertama sekaligus patah hati pertamanya. Gea adalah definisi pertama untuk Kaffa. Dari Gea, Kaffa mengenal banyak hal dalam hidup. Tentang berjuang, tentang bekerja keras, tentang tekat pantang menyerah mengejar mimpi. Dari Gea pula Kaffa mengenal nikmatnya bersegama. Saling berbagi peluh, berbagi desah demi mengejar kepuasan bersama.

Keduanya bertemu jauh sebelum Kaffa memasuki dunia entertaiment. Melalui pertunjukan theater yang di gelar di taman ismail marzuki tujuh tahun yang lalu. Kaffa sebagai pendatang baru dengan peran kecil sebagai pendukung sedangkan Gea datang sebagai sponsor untuk rekannya yang kebetulan sebagai pemilik acara. Dan di sanalah keduanya di kenalkan, di acara makan malam perayaan pertunjukan pertama.

Dari meja paling sudut, keduanya saling bertukar cerita dengan nyaman sembari di temani beberapa botol bir yang isinya telah tandas. Sesekali mata Kaffa tidak sengaja menatap payudara Gea yang nampak begitu menantang dengan belahan rendah. Hingga entah bagaimana caranya, entah siapa yang memulai, keesokan harinya mereka terbangun di salah satu kamar hotel ternama dengan kondisi tanpa busana dan beberapa kondom bekas pakai yang tercecer di lantai.

Tak ada penyesalan itulah yang mereka rasakan. Seolah menyadari seberapa kuat seksual tension di antara mereka, keduanya sepakat untuk terikat pada status tabu, friend with benefit. Sebuah pertemanan dengan bumbu saling memberikan keuntungan, memuaskan gairah masing – masing.

Delapan bulan mereka menjalin pertemanan, semua berjalan sebagai mana semestinya. Bagi Kaffa, Gea bukan hanya sekedar teman berbagi desah semata di kala malam datang menjemput. Melainkan perempuan itu mengambil perasanan yang cukup signifikan dalam hidupnya. Terutama dalam karirnya.

Bagi Kaffa, Gea adalah segalanya. Perempuan itu yang meningkatkan rasa percaya dirinya. Di saat semua orang meragukan kemampuannya, Gea adalah sosok yang mempercayai kemampuannya dalam berakting. Bisa di bilang, tanpa Gea belum tentu dirinya berada di tempatnya sekarang. Menjadi aktor papan atas dengan bayaran termahal di Indonesia.

Dan siapa Kaffa yang sanggup menolak segala pesona seorang Gea Anandita? Untuk pertama kalinya dia merasakan jatuh cinta. Jatuh yang sejatuh – jatuhnya. Kala itu Kaffa pikir semuanya akan mudah, cintanya akan bersambut. Dia tidak sebodoh itu untuk tidak merasakan ketertarikan Gea padanya. Namun sayangnya semensta tak mendukung mereka untuk bersama.

Kaffa menghadapi patah hati pertamanya kala menyadari bahwa orang tuanya adalah sosok yang sering Gea ceritakan di sela – sela obrolan ringan pasca pelepasan penuh kepuasan. Sepasang suami istri yang mampu memberikan hangatnya sebuah keluarga untuk Gea si perempuan sebatang kara. Sepasang suami istri orang yang menjadi orang tua kedua bagi Gea. Kaffa menyerah akan cintanya, lebih baik dia mengorbankan perasaannya dari pada Gea harus kehilangan kasih sayang orang tua untuk kedua kalinya.

"Lagi mikir apa sih?" Suara lembut Gea berhasil menariknya kembali ke dunia nyata. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum pandangannya terfokus pada pemampilan Gea malam ini.

Luar biasa sempurna. Perpaduan antara cantik dan seksi.

Malam ini Gea mengenakan midi dress berwarna putih dengan panjang di bawah lutut. Menampilkan siluet fit dan flare dengan detail cross back, munjukkan punggungnya yang putih bersih. Sebuah gaun dengan model sederhana, namun memberi kesan elegan. Sementara untuk riasan, Gea hanya mengaplikasikan make up tipis dengan fokus pada riasan mata dan lipstik merah sebagai pelengkap.

"Dari tadi ku perhatiin kamu banyak bengong. Ada masalah?"

"You look stunning, as expected."

Gea mendengus. Tubuhnya berbalik, menghadap standing mirror di dekat televisi. "Nggak usah mengalihkan pembicaraan," kata Gea sembari mengenakan antingnya.