ENAM

152 19 3
                                    

TRIGGER WARNING : ISINYA JOROK | Dewasa

Englishnya sungguh berantakan, belum di edit ya gesss.

***

Di telinga Kevin, kalimat Gea beberapa detik yang lalu terdengar seperti sebuah perintah mutlak yang tidak bisa di tolak. Maka jangan salahkan Kevin jika tak sampai satu menit setelahnya pria itu sudah berdiri di hadapan Gea dengan dua tangan menangkup wajah cantik milik perempuan itu.

"Are you sure?" tanyanya sekali lagi, memastikan. Pandangannya menuntut, seolah tidak menerima jawaban lain selain 'ya' keluar dari mulut Gea.

Maka ketika anggukan kecil Gea berikan, tanpa membuang banyak waktu Kevin segera mendaratkan bibirnya di atas permukaan bibir Gea. Mencecap rasa manis, lembut dan kenyal dari bilah ranum itu sebelum kedua matanya terpejam dan bibirnya mulai bergerak, melumatnya perlahan.

Awalnya hanya lumatan – lumatan kecil, dengan bibir atas dan bibir bawah yang saling menghisab secara bergantian. Seolah saling merasakan bagaimana rasa bibir satu sama lain. Namun ketika akhirnya Gea mulai membalas ciumannya dengan lumatan yang lebih kasar, Kevin tak bisa menahan dirinya lebih lama. Dengan cekatan, kedua tangannya membawa tubuh Gea untuk berada di atas pangkuannya. Mendekap erat punggung perempuan itu sembari lidahnya menerobos masuk, menginvasi mulut Gea yang terasa begitu candu, sangat memabukkan. Sementara di bawah sana, pusat gairah mereka saling menggesek, mendamba untuk di puaskan.

"Jangan berhenti," desah Gea dengan napas yang mulai terenggah, kekurangan oksigen. "Give me the big O," lanjutnya dengan sorot mata sayu, berkabut gairah.

Kevin mengangguk patuh sebelum bibirnya kembali menyambar bibir perempuan itu dengan cepat. Melumatnya dengan lebih menuntut. Seolah tidak ada hari esok untuk keduaya.

"Saya nggak akan berhenti kalau bukan kamu yang menghentikannya," bisik Kevin, meremas dua bongkahan kenyal yang ada di pantat Gea membuat desahan panjang lolos dari mulut perempuan itu.

Tubuhnya sangat sensitive sekarang.

"Dan aku nggak berniat untuk berhenti jika sudah memulai," balas Gea sebelum melumat bibir Kevin dengan sama bergairahnya. Kedua tangannya melingkar di leher Kevin, sesekali tangannya meremas ujung rambut pria itu kala lidah keduanya saling membelit, saling menyapu rongga mulut masing – masing.

"Can i?" tanya Kevin dengan sorot mata yang telah di selimuti oleh kabut gairah. Pandangan matanya kemudian beralih, menatap dua gundukan yang membuat akal sehatnya hilang sejak beberapa menit yang lalu. Dua gundukan menonjol yang berhasil membangunkan Serigala yang telah lama tidur dalam dirinya, sisi lain sosok Kevin wiratama yang jarang orang ketahui.

Di tempatnya, Gea hanya mampu mengangguk pelan. Napasnya terengah dengan pusat gairahnya yang semakin berkedut hebat. Gea yakin di bawah sana dirinya sudah sanggat basah. Begitu mendamba untuk di puaskan oleh kejantanan pria dalam rengkuhannya.

"Mas, please," bisik Gea, setengah frustasi karena Kevin tidak benar – benar menyentuh payudaranya seperti apa yang Gea harapkan sebelumnya. Pria itu hanya menggerayangi permukaan kulitnya dengan gerakan seduktive. Gerakan pelan dan sangat ringan, seperti pertemuan dua permukaan kulit yang saling beradu.

"Memohon untuk ini?" tanya Kevin sembari menangkup sebelah payudaranya dengan tangan kanan. Sementara tangan kirinya meraba kulit punggungnya dengan gerakan tak kalah seduktive. Mengantarkan gelenyar gelenyar nikmat pada pusat gairahnya.

"Yeah," bisik Gea, menganggukkan kepalanya. Matanya terpejam, bibir bawahnya di gigit pelan kala wajah Kevin terbenam di antar bilah payudaranya yang sintal. Hingga beberapa saat kemudian, punggungnya melengkung ke depan kala kedua payudaranya di remas lembut setelah Kevin berhasil menanggalkan bra berenda warna hitam yang dia kenakan.

"Its hurt?" tanya Kevin sebelum bibirnya menjilat bawah telinga Gea. "Or, you like it?"

Dengan napas terenggah menjawab, "I like it."

Kevin tersenyum puas. Tangannya dengan telaten memberikan remasan – remasan pada payudara Gea sementara lidahnya menjelajahi leher jenjang Gea, menjilat dan sesekali menghisabnya tanpa meninggalkan tanda kemerahan di sana.

Tidak lama Kevin berada di posisi ini, karena sekarang pria itu tengah sibuk mencumbu payudara Gea dengan mengunakan lidah panasnya. Menjilat seluruh permukaan putingnya dengan mengunakan ujung lidah, melumatnya perlahan, dan sesekali mengigitnya dengan gemas membuat Gea menjerit tertahan.

"Kamu sangat basah Gea," bisik Kevin saat tangan kanannya menelusup masuk ke dalam celana pendek yang Gea kenakan dan berakhir menyentuh klitorisnya yang terasa begitu licin. Menekan dan mulai mengeseknya dengan tempo cepat, membuat desahan Gea semakin sering terdengar.

"Ahhh... mas," desah Gea ketika dua jari Kevin masuk kedalam pusat ke gairahnya.

"Kamu mau aku puaskan dengan apa, Gea? Jari – jari aku atau kejantanan aku yang sudah sangat mengeras ini?" bisik Kevin sembari membawa tangan Gea ke pusat gairahnya. Menunjukkan bertapa keras miliknya saat ini.

"Semuanya, aku mau semuanya," sahut Gea dengan serakah.

Kevin tersenyum, dengan cepat kembali melumat bibir Gea yang sudah bengkak dan merah karena ciuman mereka yang penuh gairah. "Kamar kamu sebelah mana?"

"Pintu putih," balas Gea, sebelum tubuhnya di angkat ke dalam gendongan oleh Kevin. Lagi – lagi keduanya kembali berciuman, saling melumat bibir masing – masing sebelum melanjutkan apa yang tubuh mereka inginkan. Membiarkan naluri biologis yang mengambil alih akal sehat yang selalu keduanya junjung tinggi. Mengabaikan bisikan – bisikan peringatan yang otak mereka kirimkan.

"How's feel?" bisik Kevin di telinga Gea setelah pelepasan yang ketiga. Napasnya terenggah dengan dada naik turun yang tak sepenuhnya menimpa Gea yang berada di bawahnya.

Gea tersenyum, kedua tangannya membelai punggung Kevin yang basah oleh peluh. Bukti betapa panas sesi yang mereka lakukan beberapa saat yang lalu. "Amazing," jawab Gea, dengan nakal mengoyangkan pinggulnya. Menggoda kejantanan Kevin yang masih berada di dalam tubuhnya.

Kevin menggeram. Wajahnya semakin di benamkan pada leher Gea sebelum berkata, "Jangan memancing Gea, sudah tidak ada kondom yang tersisa."

"Sekali lagi yuk," bisik Gea seduktif. "Aku yang di atas," lanjutnya, sekali lagi mengoyangkan pinggulnya.

Lantas siapa Kevin yang sanggup menolak ajakan yang sangat menggiurkan yang berada tepat di depan mata? Karena sejujurnya tidak hanya Gea yang merasa kurang, Kevin pun merasakan hal yang sama. Rasanya ingin terus dan terus menghujam Gea dengan kejantananya yang begitu Gea agung – agungkan. Membuat perempuan itu terus meneriakkan namanya dengan lantang seiring kenikmatan yang Kevin berikan. Hari itu mereka habiskan dengan lima sesi bercinta, mengabaikan semua hal yang berada di sekitar mereka. Termasuk kehadiran Kaffa di apartemen Gea. Menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana dua orang yang dia kenal sedang mengejar nikmat. 

*** 


DANDELION | MOVE ON SERIES ( NEW VERSION )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang