13. Keinginan

33 22 17
                                    

Malam dengan guyuran hujan yang begitu deras menemani Zeline yang tengah berdiam diri menatap gemerlapnya gedung perkotaan dari jendela apartemennya. Ia mengeratkan mantelnya erat-erat tatkala rasa dingin tiba-tiba melanda. Rautnya yang begitu muram, terpikirkan peristiwa-peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Berbagai peristiwa yang membuat suasana hatinya begitu buruk.

Semua yang telah ia rencanakan begitu sulit terealisasikan. Keinginannya untuk memisahkan pengawal itu dari Zhou harus berakhir dengan kegagalan. Dan hal yang paling membuatnya geram adalah, setelah peristiwa penculikan itu keduanya semakin dekat saja. Zhou benar-benar tak bisa jauh sedikit pun dari gadis itu. Seluruh perhatian yang ia miliki seolah ia tumpah ruahkan padanya. Perhatian yang tak bersisa untuknya. Barang secuil pun.

"Apa yang membuatmu begitu sayang padanya, Sean?" Monolognya membentuk sebuah tanda tanya di jendela yang berembun. Air muka yang semakin sendu merasakan kepedihan yang teramat mendalam. Dengan kemalangannya ini ia kembali memandang jauh hamparan perkotaan di luar sana.

"Sayang maaf ya lama."

Suara seseorang lantas membuatnya berbalik badan. Kemalangan hati yang ia tinggalkan dan Zeline kini terfokus pada orang yang datang. Seulas senyum manis yang orang itu berikan untuknya hanya ia abaikan. Ia hanya membisu, memandangi orang itu dengan begitu tajam. Dirinya tak menyukai panggilan sayang yang orang itu sematkan untuknya.

Plak!

Tamparan keras yang kemudian ia berikan lantas membuat orang itu meringis penuh kesakitan. Mimik penuh tanya yang orang itu tunjukkan padanya, memintanya menjelaskan maksud dari tamparan yang diberikannya ini.

"Kamu bisa gak sih kerja dengan becus?! Karena kesalahan yang kamu buat saya hampir ketahuan sama Zhou!" Sorot mata yang begitu marah dan Zeline mengepalkan tangannya kesal. Ia benar-benar kecewa dengan semua kegagalan ini.

"Ah, atau kamu senang kalau saya ketahuan?!" Tanyanya tertawa hambar.

Yang dimarahi hanya terdiam. Tak berucap sepatah kata pun untuk membela diri. Ia hanya bergelung dengan kekecewaannya dalam hati. Zeline tak menghargai usaha yang telah ia lakukan. Dan wanita itu menyalahkan dirinya sepenuhnya.

Meski tak terima disalahkan namun ia menunduk saja, seolah menyesali semuanya. Menurutnya jika penyesalannya ini bisa membuat amarah wanita itu lebih reda, kenapa tidak ia lakukan?

"Maaf jika apa yang saya lakukan ini terlalu sembrono dan membuat kamu hampir ketahuan sama Zhou." Tuturnya penuh rasa bersalah. Senan kemudian mempersempit jarak, menyentuh bahu Zeline dengan lembut.

"Saya berjanji, lain kali saya akan melakukan tugas saya dengan baik dan tidak ceroboh seperti kemarin. Kamu tenang saja Zeline. Saya tidak akan menempatkan kamu dalam situasi bahaya." Ucapnya dengan tatapan yang bersungguh-sungguh. Ia yang kemudian menarik Zeline ke dekapannya yang hangat. Senan pun membelai lembut rambutnya.

"Yakin saja Zeline, bahwa pengawal itu bisa kita singkirkan." Lanjutnya diakhiri senyum yang begitu kecut. Senyuman yang tak Zeline ketahui.

Tidak peduli seberapa keras ia berjuang untuk mendapatkan sedikit tempat di hatinya, namun pada akhirnya ia akan selalu mengalah seperti ini. Mengalah dengan keinginan Zeline yang menginginkan lelaki lain.

Harga diri yang seolah digadaikan dan ia manut-manut saja membantu Zeline mendapatkan lelaki itu. Tentu Senan sudah muak dengan semuanya. Menjadi boneka Zeline adalah hal terendah di hidupnya. Perasaan yang ia miliki seenaknya diinjak-injak.

Meski merasa direndahkan seperti itu, namun Senan masih tak bisa meninggalkan Zeline. Ia akan menunggu sampai dimana dirinya dihargai oleh wanita itu. Hari dimana Zeline sadar dengan semua pengorbanannya selama ini. Hari dimana Zeline akan menyerahkan dirinya sendiri ke dekapannya dan meninggalkan lelaki itu.

Be your priority | Obsession; Love and hate (New story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang