07. Bersembunyi

64 45 51
                                    

"DIMANA PETI ITU?!"

"APA KAU BENAR-BENAR INGIN
MATI?!!"

"CEPAT KATAKAN!!!"

Bragh!

Bugh!

Pukulan serta tendangan yang kembali dilayangkan membuat tubuh lemah itu terhuyung ke lantai dengan begitu kasar. Darah segar kembali mengucur dari hidung serta luka di sudut bibirnya. Meski kondisinya sudah babak belur seperti itu namun pria itu tetap saja bungkam. Ia bahkan tersenyum sinis, seolah mencibir pistol yang ditodongkan padanya. Sorot mata yang begitu menantang. Tidak takut sama sekali terhadap peluru yang bisa bersarang kapan saja ke kepalanya.

"CEPAT KATAKAN SIALAN!"

"Sialan! Cuih!" Balasnya mengikuti ucapan Adrian. Tentu amarah Adrian semakin memuncak. Apa yang dikatakan pria itu diakhiri dengan tawa sinis yang menggelegar membuat Adrian semakin hilang kesabaran saja.

Rahangnya yang mengeras serta tangannya yang semakin mengepal menggenggam erat pistol itu. Lalu Adrian mendekatkan pistol tersebut ke kepala si pria tua. Telunjuknya sudah siap untuk menarik pelatuk. Adrian menatapnya begitu tajam.

"Beraninya kau!!!"

"Mengurus hal kecil saja kau tidak becus!"

Penuturan seseorang lantas membuat kefokusan Adrian buyar. Sontak Adrian menjauhkan pistol tersebut dari kepala si pria tua. Adrian pun menunduk sopan pada sosok Ashley.

"Kau terlalu banyak mengeluarkan energimu untuk hal sepele seperti ini." Ashley berdiri di depannya. Rautnya begitu dingin nan datar.

"Ah, maafkan saya tuan. Tapi orang ini benar-benar sulit untuk bicara." Ungkap Adrian menunduk frustasi. Kesabarannya yang sudah di ujung batas menghadapi si pria tua.

"Maka dari itu gunakan akalmu untuk membuatnya berbicara. Jangan hanya mengandalkan pistolmu saja."

Ashley, pria itu mencibir Adrian sebelum dirinya berjongkok di samping si pria tua. Tatapannya yang menelusuri setiap luka di wajah pria itu. Senyum sinis yang Ashley tunjukkan padanya. Mereka pun beradu pandang untuk beberapa saat.

"Cih!" Si pria tua kemudian membuang muka. Tawa sinis yang kembali terdengar diperuntukannya untuk orang-orang yang menangkapnya ini. Pria tua bernama Jho itu kemudian meludah sembarangan. Ludah bercampur darah yang mengenai ujung sepatu Ashley.

Adrian kembali maju untuk menendang si pria tua karena sudah berani meludahi Ashley. Namun Ashley segera mencegahnya dengan sebelah tangan yang terangkat ke udara. Adrian pun terhenti di tempat.

"Cih! Anak-anak muda ini begitu tertarik padaku." Tutur Jho masih tak merasa takut sama sekali. Ia masih memandang remeh Ashley dan yang lainnya.

"Aku mengakui keberanianmu itu, Tuan Jho. Kau begitu konsisten untuk tetap bungkam dan tidak takut sama sekali dengan pistol ini." Ashley mengeluarkan pistol dari dalam saku jasnya. Diusapnya pistol tersebut dengan penuh kelembutan. Ujungnya yang kemudian ia arahkan pada kepala Jho.

"Tapi, apa kau akan tetap sama konsistennya seperti ini jika aku mengarahkan pelatuk pistol ini pada seseorang yang tinggal di rumahmu?" Sebelah alisnya naik. Ashley tersenyum miring.

Bola mata yang membulat tatkala ia mendengar penuturan Ashley. Apa yang dikatakan anak muda itu berhasil mengusik ketenangannya. Melihatnya yang berubah terkejut, tentu membuat Ashley menyeringai puas.

"Ck! Manusia memang selalu tunduk pada cinta. Tidak peduli seberapa keras kepalanya dirimu, pada akhirnya kau menyerah juga ketika aku menyinggung wanita yang ada di rumahmu." Ashley masih dengan seringaian puasnya.

Be your priority | Obsession; Love and hate (New story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang