05. Cinta itu gila

140 65 43
                                    

Lebam serta luka-luka di tubuhnya belum pulih semua. Adrian Lucas, pemuda berusia 25 tahun itu tidak mempedulikan bekas luka yang didapatnya dari siksaan yang dilakukan oleh rekannya beberapa pekan yang lalu. Dengan memegangi perutnya yang kembali terasa sakit, ia terus saja berjalan menaiki undakan tangga menuju ruangan sang tuan yang berada di lantai tiga.

Tatkala pintu terbuka lebar ia segera memberi tundukan sopan pada sang tuan yang tengah berada di kursinya. Empat pria lain yang sudah lebih dulu tiba ikut menolehkan pandangan. Tanpa mempedulikan tatapan dingin dari mereka, Adrian segera bergabung.

"Selamat pagi, tuan." Sapanya kembali memberi tundukan sopan. Netranya yang kemudian beradu tatap dengan sang tuan sekilas. Tuannya hanya mengangguk kecil sebagai balasan. Setelah itu sang tuan mengeluarkan sesuatu dari dalam lacinya.

Sebuah foto yang ia simpan di meja. Dengan tatapannya yang dingin, Dave menginstruksikan mereka untuk mendekat ke meja. Ia menyuruh anak buahnya itu untuk memperhatikan lamat-lamat sosok yang tercetak di foto yang ia tunjukkan. Seorang pria berjas putih dengan topi fedora berwarna senada. Tangan kanannya yang bertopang pada sebuah tongkat. Pria di foto tersebut usianya sekitar 60-an.

"Kalian pergi ke pelabuhan. Tangkap tikus tua yang sudah menipuku ini." Rahang yang mengeras menahan amarah tatkala ia menatap foto pria itu. Kesalahan yang sudah dilakukan orang tersebut benar-benar tidak bisa dimaafkan.

"Baik tuan." Jawab kelimanya serempak.

Tak lama Dave pun mengangkat wajah -menatap orang yang beberapa waktu lalu juga telah membuat masalah. Siapa lagi kalau bukan Adrian Lucas. Dave menatapnya cukup tajam hingga membuat pemuda itu tertunduk gugup ke lantai. Melihat tangannya yang gemetar, Dave tahu bahwa Adrian terintimidasi olehnya.

"Lucas." Panggilan yang cukup tegas membuat Adrian kembali menatapnya.

"Ya, tuan?"

Dave menghela napas sejenak sebelum dirinya kembali berbicara. Arloji yang melingkar di pergelangan tangannya menjadi atensinya untuk beberapa saat.

"Aku sudah berbaik hati padamu. Aku masih memberimu kesempatan untuk tetap bekerja denganku meskipun kau telah membuat bar milikku hancur lebur karena ulahmu yang ceroboh itu."

Dave masih tak terima mengenai barnya yang diserbu orang-orang Alatas beberapa pekan lalu hanya karena kesalahan yang Adrian lakukan pada mereka. Pimpinan orang-orang itu melampiaskan kekesalannya dengan menghancurkan bar miliknya karena tidak bisa menangkap Adrian yang sudah berbuat kecurangan di arena balap kala itu.

"Maafkan saya tuan. Maafkan saya."

Adrian menunduk penuh penyesalan. Ia akui bahwa ia bersalah dan telah membuat sang tuan rugi. Meskipun ia sendiri sudah mendapat siksaan dan semuanya bisa dibilang impas, namun Adrian tetap berlutut pada Dave, memohon ampun seperti tak mempunyai harga diri. Ia juga berjanji padanya bahwa ia tidak akan mengulangi kesalahannya lagi.

"Saya berjanji tidak akan ceroboh lagi, tuan. Kesempatan yang anda berikan ini akan saya gunakan dengan baik. Saya akan bekerja dengan baik. Saya tidak akan membuat kekacauan lagi. Terima kasih atas kesempatannya." Lanjutnya menahan rasa sakit di lututnya.

Baginya siksaan berat yang ia dapatkan dari sang tuan tidaklah seberapa menyulitkan dibandingkan ia yang akan terlantung-lantung karena kehilangan pekerjaan. Adrian tak ingin dirinya didepak dari Demigo. Maka berlutut seperti ini akan ia lakukan asalkan Dave tetap menerimanya di keluarga ini.

Dave menghela napas panjang. Tatapan dingin yang ia berikan pada pemuda yang bertekuk lutut di hadapannya itu lalu ia kemudian mengangkat sebelah tangannya menginstruksikan Adrian untuk bangkit berdiri. Pria bermata elang itu pun bangun dari duduknya lalu melangkah ke dekat jendela.

Be your priority | Obsession; Love and hate (New story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang