03. Menyelinap pergi

81 49 44
                                    

Hujan deras yang mengguyur kota disertai dengan sambaran petir serta gemuruh guntur yang menggema membuat malam di akhir pekan yang seharusnya begitu menyenangkan justru terasa mengerikan. Keadaan langit yang begitu dingin dan gelap.

Di ruangan itu, Binar, seorang diri, tengah terduduk di kursi seraya memeluk kedua lututnya menyaksikan pertunjukan yang tengah berlangsung di depan matanya. Tak ada ketakutan sama sekali dari sorot matanya itu. Petir yang berkelebatan serta guntur yang bergemuruh riuh seolah apa yang tidak mengejutkannya. Ia begitu tenang dengan kesendiriannya ini.

Hingga tiba suara deru mesin mobil terdengar, barulah ia terkesiap. Ia menoleh ke jendela —memandang jauh sedan hitam yang kini melaju keluar dari gerbang. Posisinya yang kini turun dari kursi lalu kemudian ia memilih berdiri untuk bisa benar-benar melihat kepergian sedan itu.

Zhou, pria itu akan pergi ke suatu tempat untuk menemui seseorang. Hanya untuk tiga malam ia meninggalkan rumah mewahnya ini. Binar tahu mengenai kepergian tuannya itu karena beberapa waktu lalu ia tak sengaja mendengar pembicaraan antara Karl dan juga Lyn.

Kepergian sang tuan tentu akan ia manfaatkan dengan baik. Kesempatan yang jarang ia dapat ini akan ia gunakan untuk menyelinap pergi ke luar tepatnya pergi ke rumah sakit menjenguk sang paman yang tengah dirawat karena kondisi kesehatannya yang kembali drop.

Tiga pekan berlalu semenjak peristiwa kecelakaan balap, ia benar-benar diperlakukan bak tahanan yang diberi banyak aturan. Tidak diperbolehkan kemana-mana bahkan menemui pamannya pun ia dilarang. Binar frustasi akan semua perlakuan tuannya itu. Hal yang paling menyebalkannya lagi pria itu bahkan melarangnya untuk menginjakan kaki di arena balap. Zhou tidak memberinya izin untuk ikut balapan lagi.

Dan ketika Binar menyela —membela diri bahwa ini adalah hidupnya yang berhak memiliki kebebasan dan melakukan apa yang ia inginkan, maka pria itu akan selalu membalas ucapannya dengan fakta yang tak enak untuk Binar abaikan.

' Saya adalah orang yang sudah menolong keluargamu. Sebagai timbal baliknya kamu harus menuruti apa yang saya mau. Kamu harus tahu terima kasih, Binar '

' Dan apa yang saya lakukan ini tidak membuat kamu rugi sama sekali. Jadi turuti saja perintah saya '

Senjata yang selalu tuannya gunakan jika ia bermaksud berontak. Sungguh pria itu begitu egois dengan segala yang dimilikinya. Zhou memanfaatkan kekuasaan serta kedudukannya itu untuk menindas dirinya yang begitu lemah. Zhou begitu seenaknya mengatur kehidupan yang ia punya.

Gadis itu kembali melangkah, mengeratkan genggaman tangan di pegangan ranselnya, meninggalkan jauh benteng pembatas yang beberapa waktu lalu ia panjat. Genangan air yang tak sengaja ia pijak membuat sepatu kets putih miliknya menjadi kotor. Namun ia tak peduli akan hal itu. Ia terus saja melangkah menjauh dari rumah mewah sang tuan.

Hujan di malam ini yang membawa keberuntungan untuknya. Para penjaga itu jadi tidak sering berlalu lalang di area belakang rumah. Hal itu memudahkannya untuk menyelinap menaiki benteng pembatas.

Tiba di trotoar jalan dan ia segera menaiki taksi. Kondisinya yang basah kuyup membuatnya meminta maaf pada sang supir taksi sebelum dirinya mendudukkan diri di kursi penumpang. Sebab ia merasa tak enak karena air hujan yang dibawa tubuhnya ini membasahi kursi. Sebagai respon, sang supir hanya tersenyum tipis —tak mempermasalahkan hal tersebut.

Malam masih begitu panjang tatkala ia tiba di rumah sakit. Dengan terburu-buru ia segera pergi ke bilik toilet untuk mengganti pakaiannya yang basah. Ah, bukan hanya pakaian saja yang ia ganti melainkan penampilannya pun ia ganti.

Binar merubah penampilan tomboinya menjadi sosok yang begitu feminim.

Binar merubah penampilan tomboinya menjadi sosok yang begitu feminim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Be your priority | Obsession; Love and hate (New story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang