Jimin melihat Taehyung yg marah, berinisiatif untuk berbicara lembut pada mertuanya.
"Eomma, Jimin sudah memaafkan Taehyung, jadi eomma juga harus memaafkannya. Jimin tidak mau nanti aegi melihat nenek dan ayahnya bertengkar. " Ucap Jimin sambil mengelus perutnya.
"Tidak sayang, baiklah eomma juga akan memaafkan Taehyung.... Oh ya, apa kalian sudah memutuskan nama untuk cucuku ini? "
"Belum eomma, aku ingin Taehyung yg memberikannya nama. " Jimin menatap Taehyung dan meraih tangannya untuk membawanya menyentuh perutnya.
Sshh~
"Apa aku menyakitimu? Apa tanganku menyakitimu? " Taehyung khawatir ketika mendengar Jimin mendengar desis kesakitan Jimin.
"Tidak apa, dia hanya menendang tadi.... Mungkin dia bahagia merasakan hangatnya tanganmu. " Jawab Jimin sambil tersenyum, Taehyung merasa lega dan mulai berinisiatif untuk mengelus perut dengan sangat pelan karna ia masih takut anaknya akan menyakiti ibunya lagi.
Apa? Apa yg baru saja dia pikirkan? Anaknya? Sejak kapan dia mengakui itu anaknya?
Taehyung tiba-tiba melepaskan tangannya dari permukaan perut Jimin dan berdiri.
"Jimin, aku akan keluar sebentar. Kamu bicaralah lagi dengan eomma. "
"Hm"
Setelah itu Taehyung langsung keluar dari apartemen dan memilih pergi ke rooftop untuk merokok.
Taehyung benar-benar tidak mengerti dengan dirinya sekarang, bagaimana bisa dia telah mengakui anak itu adalah miliknya, bahkan saat melihat Jimin yg kesakitan itu sudah sangat membuatnya khawatir?
Taehyung menghirup bungkusan putih yg berisi nikotin itu dengan kuat lalu meniupkan asapnya perlahan. Taehyung menatap telapak tangannya yg masih terasa sensasi tendangan kecil dari dalam perut Jimin.
Tanpa dia sadari bibirnya membentuk lengkungan indah keatas, dia merasa sangat ingin melihat wujud asli bayinya yg akan menyerupai siapa.
"Aku yakin jika dia sudah keluar dia akan memiliki wajah setampan aku dan secantik Jim.... APA yg baru saja aku katakan! Sial, sepertinya aku sudah gila. " Taehyung menarik rambutnya frustasi, hingga dering ponsel membuyarkan nya.
Dia melihat Jimin menelponnya, akhirnya dia mengangkatnya dan ternyata Jimin mencarinya untuk menyuruhnya kembali dan pamitan dengan ibunya.
"Jimin, bawa makanan ini, kamu harus banyak makan untuk kandunganmu. Dan Taehyung kamu harus menjaga Jimin dan calon cucuku dengan baik. "
"Baik eomma. " Jawab Taehyung sambil mengambil 2 box besar makanan yg dimasak ibunya untuk Jimin.
🐯🐥
Di perjalanan menuju rumah mereka hanya di warnai dengan keterdiaman mereka berdua, Taehyung masih sibuk dengan dirinya sendiri sedangkan Jimin dia terlalu lelah dan akhirnya memilih untuk tertidur.
Saat mereka sampai dirumah, Taehyung yg melihat Jimin masih tertidur lelap, akhirnya ia keluar dan menggendong dipelukannya untuk diantarkannya ke kamarnya.
'Kenapa dia begitu ringan? Bukankah seharusnya orang yg sedang hamil itu berat? '
Taehyung merebahkan tubuh Jimin dengan pelan, dia berjongkok di depan Jimin dan menatapnya lama, perlahan jarinya membelai pipi gembul Jimin. Tapi ia melihat alis Jimin mengkerut seperti sedang menahan sakit.
Taehyung teringat kejadian ditempat ibunya, dia akhirnya mencoba mengelus perutnya dan mengucapkan kata-kata penenang untuk anaknya.
"Taemin, tenanglah jangan buat ibumu kesakitan. " Taehyung membisikannya dengan suara kecil di depan perut Jimin, bahkan dia sesekali memberikan kecupan ringan di permukaan kulit perutnya.
Tanpa Taehyung sadari ujung mata Jimin mengeluarkan bulir air matanya, disaat Taehyung memberi nama 'Taemin' ke anaknya.
Taehyung mengangkat selimut Jimin dan mulai pergi keluar, lalu menutup pintu dengan pelan.
Taehyung mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang untuk menemuinya, sambil berjalan ke arah mobilnya, lalu masuk dan melaju pergi.
Jimin yg sudah melihat Taehyung pergi, memutuskan bangun dan mengelus perutnya, dia berharap Taehyung telah bersungguh-sungguh menerima mereka berdua.
"Taemin? Sayang, apa kamu senang dengan nama itu? Itu nama yg diberikan oleh ayahmu sendiri. " Ucap Jimin sambil terus meneteskan air matanya tersedu-sedu.
____
Taehyung sedang berhadapan dengan Seokjin diruang tamu rumahnya, Seokjin sempat kaget dan curiga saat Taehyung memaksanya untuk memberikan alamat rumahnya.
"Ada apa kamu ingin menemuiku? " Tanya Seokjin
"Seokjin, bisakah kamu mengajariku memasak? " Ucapan Taehyung barusan membuat Seokjin melebarkan matanya tak percaya.
"Apa kau bilang? Sepertinya pendengaranku terganggu. "
Taehyung merotasikan matanya dan berkata sekali lagi, "Ajari aku masak yg Jimin sukai.... Aku ingin memasakan sesuatu untuk Jimin. "
Melihat Seokjin ragu-ragu dia langsung melanjutkannya, "aku tidak akan meracuninya, aku hanya ingin menjadi suami yg perhatian untuknya. "
"Baiklah, aku akan mengajarimu. "
Seokjin membawa Taehyung kedapurnya dan menyiapkan bahan-bahan yg akan diolah menjadi masakan, sambil menyiapkan Seokjin juga memberitahu Taehyung apa saja yg Jimin suka makan dan tidak.
Taehyungpun dengan senang hati mengingat semuanya. Bahkan disaat ponselnya berdering, dia mengabaikannya dan fokus belajar, dia memiliki rencana baru ingin menggemukkan Jimin dengan masakannya.
Sedangkan di kyoto Jenni terus-menerus menghubungi Taehyung, tapi Taehyung sama sekali tidak memberinya tanggapan.
"Kemana saja dia! Kenapa tidak mengangkat telponku.... Apa dia begitu sibuk dengan Jimin? Kim Taehyung jika besok kamu tidak menghubungiku, aku akan pulang ke Seoul dan mengungkapkan segalanya. "
Jenni membanting ponselnya ke sofa dan memilih pergi.
__Tbc__
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf (End)
FanfictionTaehyung dan Jimin menikah karna perjodohan orang tuanya. Taehyung tidak mencintai Jimin tapi Jimin sangat mencintai Taehyung. Angst with happy ending VMIN