|03| Sosok Pengganti Ibu

22 3 0
                                    

Happy Reading

(𝙺𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚒𝚜𝚎𝚝𝚒𝚊𝚙 𝚙𝚊𝚛𝚊𝚐𝚛𝚊𝚏 𝚗𝚢𝚊)

oOo

"Euehhh" Sherly mengerjapkan matanya perlahan ia bangkit dari posisi meringkuknya, sesekali ia akan meringis kecil ketika merasakan perih yang mendera tubuhnya.

Ya Setelah dicambuk habis-habisan oleh Wijaya, Sherly yang tidak bisa menahan rasa sakitnya pun akhirnya jatuh tak sadarkan diri. Bahkan Wijaya yang melihat itu pun hanya acuh tak acuh dan langsung meninggalkan tubuh gadis itu begitu saja.

Sherly mengedarkan pandangannya ke sekeliling, ia tak tahu sekarang jam berapa yang pasti ini sudah larut malam dan pasti semua orang sudah tertidur nyenyak diatas kasur mereka masing-masing tanpa menghiraukan keadaan Sherly yang memperihatinkan.

Dengan tertatih, ia berjalan keluar dari gudang gelap tersebut untuk menuju ke kamarnya berada. Untung saja Wijaya tidak mengunci pintu gudang sehingga malam ini ia tidak harus tidur diatas kardus bekas.

Cklekk

Sesampainya di kamar, Sherly langsung menuju kamar mandi untuk mengganti bajunya. Menatap penampilan didepan cermin, lagi-lagi ia menghela nafas ketika melihat penampilan dirinya pada pantulan cermin. Dengan gerakan hati-hati ia melepaskan bajunya yang terlihat terkoyak dibeberapa bagian dengan darah kering yang merembes keluar.

Ketika baju itu terlepas sepenuhnya dari tubuhnya, terlihatlah kulit putih namun memiliki banyak luka yang terlihat mengerikan, kulit yang semula sudah memiliki bekas luka itu pun terlihat melepuh akibat cambukan yang diterimanya.

"Hahhhh" helaan nafas terdengar, kulitnya belum sepenuhnya sembuh namun sudah bertambah lagi bahkan lebih banyak, sangat mengerikan batinnya miris.

Tangan kurus itu terulur untuk mengambil kotak p3k yang berada di lemari wastafel, dengan telaten ia membersihkan luka-luka itu dan meneteskan obat merah untuk mengobatinya, sesekali ia akan meringis kecil dan memejamkan matanya erat ketika rasa perih itu terasa dipermukaan kulitnya.

Setelah selesai, ia keluar dari kamar mandi, mengganti baju dan berjalan menuju kasurnya berada.

Sebelum menutup mata ia menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong, "Tuhan Sherly ingin bahagia sekali saja" lagi-lagi harapan itu yang terus ia minta berharap Tuhan berbaik hati mengabulkan permohonan nya.

oOo

Mata yang semula terpejam itu terlihat mengerjap pelan, mengedarkan pandangannya jam ternyata sudah menunjukkan pukul 04.30 Gadis itu segera bangkit dari tempat tidurnya, mencuci muka dan langsung keluar kamar untuk memasak menu sarapan.

Mansion masih terlihat sepi, wajar saja karena hari masih terlalu pagi untuk semua orang memulai aktivitas nya namun itu tak berlaku untuk Sherly, karena setiap hari sebelum matahari menyingsing ia diharuskan untuk memasak menu sarapan, mencuci, dan menyapu halaman.

Sesampainya ia di dapur, ia segera memasak sarapan. Setelah selesai ia akan mencuci baju dan saat jam menunjukkan pukul setengah tujuh, baru ia akan bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

Ketika selesai bersiap ia menuruni tangga meja makan ternyata sudah diisi oleh citra, Wijaya, dan juga Maura yang tengah menikmati sarapan bersama sesekali terdengar suara candaan diantara ketiganya. Sedangkan Sherly hanya bisa melihat pemandangan itu dari kejauhan.

Sayap Senuh Luka (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang