Happy Reading
(𝙺𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚒𝚜𝚎𝚝𝚒𝚊𝚙 𝚙𝚊𝚛𝚊𝚐𝚛𝚊𝚏 𝚗𝚢𝚊)
oOo
"Non Sherly bangun non jangan bikin bibik takut" ucap bik Inah sambil menggenggam tangan pucat gadis didepannya, beberapa saat yang lalu mereka telah tiba di rumah sakit dan Sherly langsung ditangani oleh dokter. Luka di sekujur tubuh gadis itu terbilang cukup parah, kuatnya cambukan hingga membuat kulitnya sedikit mengelupas dan robek mengharuskan dokter untuk menjahitnya.
Mata yang biasanya menatap sayu itu terpejam erat seolah enggan membuka mata untuk sekedar melihat dunia. Bik Inah sedari tadi menangis terisak menyalahkan diri sendiri akibat lalai melindungi nonanya.
Bik Inah berlari memasuki mansion dengan langkah tergopoh-gopoh sambil membawa kantung plastik berisi obat yang baru ia tebus dari apotik terdekat. Beberapa saat yang lalu dirinya mendapat telepon dari pak somat jika Wijaya sudah pulang bersamaan dengan Maura. Wanita tua itu tentu khawatir jika Sherly akan kembali mendapatkan kekerasan dari ayahnya, dan benar saja begitu menginjakkan kaki di mansion ia mendengar suara cambukan disusul teriakan dan erangan kesakitan yang berasal dari lantai atas.
Bik Inah langsung mempercepat langkahnya menaiki anak tangga tak perduli saking paniknya ia beberapa kali terjatuh hingga lututnya terluka, tujuannya saat ini adalah segera sampai kamar Sherly berada.
Namun terlambat, begitu sampai di anak tangga terakhir ia melihat Wijaya baru keluar dari kamar dengan tangan mengepal. Segera ia menyingkir lalu menunduk ketika pria itu hendak melewatinya. Perasaan wanita tua itu kian resah, tangannya gemetar ketika tanpa sengaja melihat bercak darah disetelan baju yang Wijaya kenakan.
"Ya Allah semoga Non Sherly nggak kenapa-napa" batinnya memohon.
Melihat Wijaya sudah menjauh. bik Inah buru-buru melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda, jantungnya berdebar kencang saat berdiri didepan pintu kamar Sherly berada, sebelumnya ketika melewati ruang keluarga sekilas ia melihat seorang gadis bersedakep dada sambil menyeringai puas, gadis itu tak lain adalah Maura. Wajahnya terlihat bahagia namun segera mengganti ekspresi polos ketika Wijaya berjalan kearahnya.
Cklek
Begitu kamar terbuka mata wanita tua itu terbelalak melihat kondisi nonanya yang sangat memperihatinkan, gadis itu terbaring di lantai dengan darah yang mengalir dari hidungnya.
"NON SHERLY!"
"Non bangun non" bik Inah memangku kepala Sherly sembari menepuk-nepuk pipi gadis itu agar membuka matanya.
Air matanya tak bisa dibendung, dengan panik bik Inah berlari keluar kamar untuk mencari pertolongan. Kebetulan saat hendak keluar dari mansion ia bertemu pak Somat yang hendak berjalan menuju pos satpam, "Pak tolongin non Sherly, ayo pak cepet!" Ucapnya panik sambil menarik tangan pak Somat untuk mengikutinya.
Pak Somat yang tiba-tiba ditarik tentunya bingung, namun meski begitu ia mengurungkan niatnya untuk bertanya apalagi saat mendapati ekspresi wanita itu yang terlihat cemas, ia memutuskan untuk mengikuti langkah bik Inah yang membawanya kekamar anak majikannya.
"Ada apa sih bik tarik-tarik tangan saya?" Tanya pak Somat ketika tarikan pada tangannya dilepas.
"Pak cepetan tolong non Sherly" pak Somat mengikuti arah yang ditunjuk bik Inah, ekspresinya pun sama terkejut saat melihat keadaan Sherly yang begitu memperihatinkan. Dengan cepat ia mengendong Sherly ala bridal style, menuruni anak tangga lalu memasukkan Sherly kedalam mobil untuk dibawa ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Senuh Luka (On going)
Teen Fiction[𝐇𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚] [𝐓𝐞𝐫𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐚𝐝𝐞𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐤𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐭𝐚-𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐛𝐢𝐣𝐚𝐤 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚] _________________________________________ Judul awal: Sher...