|14| Sekilas Alasan

15 1 0
                                    

Happy Reading

(𝙺𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚒𝚜𝚎𝚝𝚒𝚊𝚙 𝚙𝚊𝚛𝚊𝚐𝚛𝚊𝚏 𝚗𝚢𝚊)

oOo

"Om Wijaya!" Teriakan marah dari seorang pemuda yang barusaja memasuki mansion.

"Tuan jangan membuat keributan" tegur salah satu bodyguard yang berusaha menghentikan, namun seolah tuli pemuda itu terus berteriak bahkan memberikan perlawanan saat dengan lancang bodyguard itu hendak membawanya keluar.

"Ada apa ini?" Keributan itu seketika berhenti saat mendengar suara bariton yang berasal dari pria yang berjalan menuruni anak tangga, suara ketukan sepatu pantofel menggema di penjuru mansion.

"Samuel kenapa kamu membuat keributan dimansion saya?" Tanya Wijaya ketika sudah mendekat.

Pemuda yang tak lain adalah Samuel berdecih sinis, "om masih nanya? Kenapa om lakuin itu pada Sherly? Sherly itu anak om!" Ucapnya tak percaya apalagi saat mendapati raut wajah acuh tak acuh tanpa rasa bersalah dari pria didepannya.

Wijaya mengangguk singkat terkesan tak perduli, "jangan ikut campur dengan keluarga saya sam!" Peringatnya.

Ya, Samuel Erza Winata adalah keponakan Wijaya dari adiknya. Wijaya adalah anak pertama sekaligus pewaris sah perusahaan Andersn, memiliki satu adik laki-laki bernama Brian Dwi Andersn yang memutuskan untuk mengikuti marga istrinya menjadi Brian Dwi Winata ketika menikah dengan pewaris tunggal Winata grup yaitu ayu Puspita Winata.

"Om udah gila, Sherly juga manusia om!" Wijaya mendatarkan wajahnya, menatap Samuel dengan tatapan tajam. Namun sayangnya tak membuat pemuda itu gentar.

"Jangan melewati batas Samuel, jangan karena kamu adalah keponakan saya, saya tidak akan segan memberikanmu pelajaran" ucap Wijaya dengan penuh penekanan.

"Seharusnya kamu juga membenci dia, gadis pembawa sial itu telah membunuh adikmu" lanjutnya.

"OM!" bentak Samuel tak terima, Abang mana yang terima saat orang yang sudah ia sayangi seperti adik sendiri dihina sebagai pembawa sial terlebih oleh keluarganya sendiri. Gila memang.

Wijaya tersenyum miring ketika melihat Samuel mulai terpancing emosi, "Kenapa kamu marah, itu adalah kenyataannya"

Samuel yang hendak menerjang langsung dicekal oleh kedua bodyguard yang berada disisi kanan dan kirinya, ia berusaha memberontak tapi percuma karena kedua bodyguard itu sudah terlebih dulu mengunci pergerakannya.

"Lepas brengsek!" Teriaknya

Wijaya mengode kedua anak buahnya untuk melepaskan Samuel, keduanya mengangguk langsung melepaskan cekalannya namun mereka masih berjaga-jaga takut jika pemuda itu kembali bertindak gegabah mencelakai tuannya.

"Om salah faham, Sherly nggak bersalah. Kenapa om selalu menyalahkan Sherly padahal om tau sendiri kebenarannya" ucap Samuel menggebu-gebu berusaha menyadarkan Wijaya agar membuka matanya lebar-lebar atas kenyataan yang ada.

"Dimata saya dia tetaplah pembunuh, dan akan selamanya seperti itu" kata Wijaya tanpa ekspresi.

Samuel menggeleng pelan, kecewa dengan pemikiran kolot om nya, "om bakalan menyesal" peringatnya.

"Tidak akan!" Jawab Wijaya yakin.

Disisi lain, Maura yang mendengar keributan dari lantai bawah berdecak kesal. Setelah merapikan sedikit penampilannya ia memutuskan untuk keluar kamar, kekesalannya seketika lenyap digantikan raut wajah bingung ketika melihat kehadiran seorang pemuda yang sedikit familiar. Wajahnya berbinar saat mengingat bahwa pemuda itu adalah sepupunya dari pihak ibu, namun ia kesal karena Samuel adalah satu-satunya orang yang menyayangi Sherly dengan tulus.

Sayap Senuh Luka (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang