Happy Reading
(𝙺𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚒𝚜𝚎𝚝𝚒𝚊𝚙 𝚙𝚊𝚛𝚊𝚐𝚛𝚊𝚏 𝚗𝚢𝚊)
oOo
Angin pagi berhembus pelan, matahari belum sepenuhnya muncul tertutup awan tebal. Sepertinya cuaca hari ini sedang tak begitu mendukung bagi sebagian orang untuk melakukan aktivitasnya, tapi tak berlaku pada seorang gadis yang pagi-pagi sudah sampai di sekolah padahal jam baru menunjukkan pukul 06:00. Suasana sekolah pun masih terlihat sepi, tidak mungkin murid-murid mau datang sepagi ini disaat sekolah akan dimulai pukul delapan tepat.
"Eh non Sherly kok pagi-pagi sudah datang?" Tanya pak Ujang, tukang kebun sekolah. Memang Sherly tidak punya teman tapi Sherly sedikit akrab dengan tukang kebun dan ibu-ibu kantin di sekolahnya.
"Iya pak sekalian jalan-jalan soalnya bosen dirumah" jawab Sherly mengembangkan senyumnya.
"Oalah, ya udah kalo gitu bapak bersih-bersih dulu ya non" jawab pak Ujang dan segera pergi dari sana.
Sherly kembali melanjutkan langkahnya menyusuri koridor untuk menuju kelas.
Sampai di kelas ia langsung duduk dibangkunya, lalu menidurkan kepalanya diatas meja dengan tas sebagai bantalan. Kondisi tubuhnya yang kurang fit membuat gadis itu sedikit menggigil kedinginan, beruntung sebelum berangkat bik Inah memberikan nya obat penurun panas.
Flashback on
Sherly sedikit tergesa menuruni anak tangga, dimeja makan semua orang sudah berkumpul kecuali dirinya. Ia menatap sedih sang mama yang bahkan sedikitpun tak melirik kearahnya. Gadis itu hanya diam menunduk menikmati rasa sesak didada akibat mengabaikan kedua orang tuanya, apalagi ketika tadi teringat percakapan antara Maura dengan sang mama. Memang ini bukan pertama kalinya ia mendapat perlakuan yang sama, dimana Maura yang notabenenya hanya anak angkat diperlakukan bak putri kerajaan sedangkan dirinya yang sebenarnya anak kandung malah diperlakukan tidak adil, dibentak, dicaci, bahkan dipukul. Sherly menghela nafas, berusaha untuk sabar dan lapang dada.
"Eh non udah mau berangkat, sarapan dulu ya non?" Ucap bik Inah ketika melihat nonanya hanya diam memperhatikan keharmonisan keluarganya dari kejauhan.
Sherly tersadar lalu menggeleng pelan, "Sherly langsung berangkat aja bik" tolaknya halus.
"Kalo gitu bentar ya non, bibik buatin bekal dulu" bik Inah segera pergi tak memberikan waktu gadis itu untuk menolak.
Sementara itu Sherly yang tak sempat menolak akhirnya mengangguk walau bik Inah sudah pergi dari hadapannya, selagi menunggu gadis itu menyibukkan diri dengan ponsel jadul yang ia beli dari hasil jirih payahnya. Dari bekerja paruh waktu, hasilnya ia tabung untuk membeli hp dan juga kebutuhan lainnya karena memang kedua orang tuanya sama sekali tidak pernah menganggapnya ada. jikapun citra memberikan uang jajan wanita itu hanya akan memberikannya 20 ribu untuk dua bulan, uang dengan nominal segitu pastinya tidak mungkin mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Bahkan sekolah pun Sherly harus mengandalkan kecerdasannya untuk mendapatkan beasiswa.
"Pa hari ini aku berangkat sama papa ya?" Tanya Maura entah sengaja atau tidak tapi gadis itu berbicara dengan suara lumayan keras membuat Sherly yang semula fokus dengan ponsel akhirnya mengangkat pandangannya. Gadis itu melirik kearah sang papa menunggu respon darinya karena selama ini setiap Sherly meminta ingin berangkat bersama Wijaya, pria itu selalu menolak bahkan tak segan-segan membentaknya. padahal jalan kekantor dan sekolahnya masih satu arah yang sama.
"Loh tumben, biasanya kan diantar sama sopir?" Tanya Wijaya bingung, ia tau betul kalau anak kesayangannya itu lebih memilih diantar sopir daripada berangkat bersamanya. pernah satu waktu Wijaya menawarkan Maura untuk berangkat bersama tapi selalu ditolak dengan alasan saat diantar sopir Maura bisa sedikit lebih santai karena memang Wijaya selalu berangkat jam setengah tujuh pagi.
Sherly diam menjadi pendengar, dalam hati ada rasa lega ketika sang papa tak langsung mengabulkan permintaan Maura, tapi kalimat selanjutnya membuat Sherly tersadar bahwa memang satu-satunya orang yang dibenci kedua orang tuanya adalah dirinya, "baiklah, kalo itu keinginan putri kesayangan papa. nanti kita berangkat bersama ya" ucap Wijaya sambil mengelus lembut rambut Maura.
"Makasih papa, yey berangkat sama papa!" Pekik Maura girang, diam-diam gadis itu menyeringai ketika melihat Sherly yang terdiam dengan sorot mata sedih.
Tak lama kemudian bik Inah datang dengan kotak bekal ditangannya, "ini non bekalnya, jangan lupa dimakan ya" nasihat wanita tua itu membuat Sherly tersenyum berusaha terlihat baik-baik saja.
"Makasih bik"
Flashback off
Karena sibuk dengan pikirannya Sherly sampai tak menyadari bahwa satu persatu murid kelasnya mulai berdatangan. Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 07.30, ia tak sama sekali berniat mengangkat kepalanya toh murid-murid tidak ada yang mau untuk sekedar menyapanya.
Karena pusing ia memutuskan untuk menutup mata, berusaha menahan kepalanya yang terasa ingin pecah. Tapi tiba-tiba seseorang dengan sengaja mengebrak mejanya menimbulkan bunyi keras membuat sebagian murid yang ada didalam kelas menolehkan kepalanya. Ketika mengetahui bahwa itu adalah ulah vanes dkk mereka kembali berpaling tak ingin ikut campur dengan urusan mereka.
Brak!
Sherly yang merasa terganggu perlahan mengangkat wajahnya. kepalanya seperti berputar dengan penglihatan yang memburam.
Srett
Belum sempat ia bereaksi sebuah tarikan kuat membuatnya meringis reflek ia memegangi kepalanya berusaha melepaskan jambakan pada rambutnya, "Heh cupu! malah enak-enakan tidur cepet kerjain tugas gue!" Perintah vanes yang semakin mengeratkan jambakannya sambil menatap Sherly dengan tatapan garang.
"Awsss A-aku nggak bisa, kepalaku pusing" ucap Sherly yang memang jujur apa adanya.
Vanes semakin melotot, "gue nggak perduli pokoknya Lo harus kerjain tugas gue, hari ini udah harus selesai kalo nggak awas aja Lo!" Gadis itu mengode Monica untuk menyerahkan bukunya.
Monica yang faham dengan kasar langsung membanting buku diatas meja, bukan satu dua buku tapi tumpukan buku yang jumlahnya mungkin sepuluh lebih, karena bukan hanya tugas vanes saja melainkan tugas Monica, Irene, dan valsa juga.
"Kerjain! Awas aja kalo nggak beres" ucap vanes lalu melepaskan jambakannya.
"Denger tu cupu" Monica tanpa perasaan mendorong kening Sherly dengan sedikit keras hingga membuat Sherly hampir terjengkang ke belakang.
"Cabut gais" lanjut vanes dan berlalu dari sana bersama ketiga antek-anteknya.
Para murid-murid seketika bisa bernafas lega karena vanes dkk sudah pergi dari kelas mereka, walaupun target vanes bukan mereka tapi mereka takut jika tiba-tiba kena dampaknya. Diam-diam mereka melirik kearah Sherly yang hanya mampu terdiam tanpa bisa melawan, ada sedikit rasa iba tapi mereka tak bisa berbuat apa-apa.
______________________________________TBC
Mau ngomong apa sama Sherly?
Mau ngomong apa sama Wijaya?
Mau ngomong apa sama citra?
Atau mau ngomong apa sama Maura?Follow Ig aku ya @ans_fitrithv, kalau mau aku follback DM "readers wattpad" gitu oke👌
#Tolong vote ya
#Tandai cerita atau bagian yang terdapat typo
#Terimakasih~03 Mei 2024~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Senuh Luka (On going)
Teen Fiction[𝐇𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚] [𝐓𝐞𝐫𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐚𝐝𝐞𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐤𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐭𝐚-𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐛𝐢𝐣𝐚𝐤 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚] _________________________________________ Judul awal: Sher...