|06| Ancaman

14 3 0
                                    

Happy Reading

(𝙺𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚒𝚜𝚎𝚝𝚒𝚊𝚙 𝚙𝚊𝚛𝚊𝚐𝚛𝚊𝚏 𝚗𝚢𝚊)

oOo

Dengan nafas tersengal Sherly sampai didepan sebuah cafe tempatnya berkerja. Sudah hampir sebulan ini ia menggantungkan hidupnya pada tempat itu untuk mencari penghasilan, walaupun kedua orang tuanya termasuk dari jajaran pengusaha kaya tapi Sherly harus merasakan susahnya mencari uang sendiri, itu karena mereka jarang memberikannya uang dan jika ia meminta maka hanya akan mendapatkan bentakan kasar ataupun kekerasan fisik lainnya.

Menghiraukan rasa pusing yang mulai melanda kepalanya, ia melangkahkan kakinya perlahan memasuki cafe dengan bernama Torracafe itu cukup ramai didatangi pengunjung dari mulai anak muda sampai tua sekalipun. Pemilihan tempat strategis yang terletak dipusat kota hingga menu yang beragam membuat daya tarik tersendiri bagi cafe tersebut.

"Sherly! Lo kok baru dateng cepetan ganti baju pelanggan hari ini ramai banget" ucap Bagus, dia adalah satu-satunya orang yang memperlakukannya dengan baik. Pemuda itu selalu menolongnya ketika ia mengalami kesulitan.

"Iya, maaf tadi ada sedikit masalah" ucap Sherly menampilkan senyum tipis nya.

Melihat Sherly yang ingin beranjak Bagas tiba-tiba membuka suaranya membuat Sherly terpaksa menghentikan langkahnya, "eh tunggu dulu! Lo abis dari mana penampilan Lo berantakan gitu?" Tanyanya menatap penampilan Sherly dari atas hingga bawah lalu mengerutkan keningnya bingung.

"Ng....."

"Lo kenapa malah berdiri disitu, bukannya cepet-cepet ganti baju malah asyik ngobrol" ucapan dengan nada sinis itu terdengar memotong ucapan Sherly sebelumnya. Seorang gadis yang juga berseragam pelayan datang menghampiri mereka sambil menatap Sherly tak suka.

Dia adalah Karin pekerja senior dicafe itu, entah kesalahan apa yang pernah Sherly perbuat karin selalu melihatnya dengan tidak suka bahkan beberapa kali terang-terangan memusuhi Sherly. Seolah keberadaan Sherly mengancam pekerjaannya dicafe tersebut.

"Udah sana cepetan ganti baju" ucap karin dengan nada setengah membentak.

Sherly menganggukkan kepalanya, beranjak dari sana untuk menuju ke sebuah bilik tempat karyawan berganti pakaian.

Melihat kepergian Sherly, Bagus berdecak kesal memandang karin penuh permusuhan, "bisa nggak sih Lo ngomong baik-baik?"

"Nggak bisa" jawab karin singkat, berlalu dari sana meninggalkan bagus begitu saja.

Kembali lagi kepada Sherly, ia sudah selesai berganti pakaian. Melangkahkan kakinya menuju kearah bagus yang tengah membuat pesanan para pelanggan.

"Ini untuk meja nomer berapa?" Tanya Sherly sambil mengangkat sebuah nampan berisi minuman.

Bagus yang ditanya menolehkan kepalanya, memandang Sherly dengan lekat, "Lo nggakpapa sher? Muka Lo pucat banget, kalo sakit mending istirahat aja" tanyanya khawatir.

Sherly membalas pertanyaan itu dengan senyum mengembang, hatinya menghangat mengetahui masih ada orang baik yang memperdulikan keadaannya, "aku nggakpapa kok, tenang aja" jawabnya meyakinkan.

Mendengar hal itu bagus dengan ragu menganggukkan kepala pelan, "oh ya udah, tapi kalau sakit istirahat ya jangan dipaksa" nasihatnya.

"Iya iya bawel banget sih" gadis itu terkekeh pelan yang dibalas delikan kesal oleh pemuda itu. Melihat Bagas yang ingin kembali protes Sherly langsung menyela, "ini buat meja nomer berapa?" Tanyanya lagi.

"Itu untuk meja nomer 07, kalo yang ini meja nomer 10 tapi Lo anter yang itu dulu" jawab bagus sambil menunjuk dua nampan yang diletakkan diatas meja.

Sherly mengangguk berterima kasih lalu membawa pesanan itu ketempat pelanggan yang memesan, "permisi, benar americano coffe" tanyanya sopan yang berhasil menarik atensi pelanggan.

"Iya betul, terimakasih" jawab pelanggan itu tak kalah ramah. Sherly mengangguk dan berpamitan untuk mengantarkan pesanan pelanggan selanjutnya.

Sherly melakukan pekerjaannya dengan baik tak henti-hentinya senyum gadis itu mengembang membuat para pembeli cafe merasa puas dengan pelayanannya yang ramah.

Kluntung

Lonceng diatas pintu berbunyi beberapa orang gadis memasuki cafe dan langsung memesan beberapa minuman dan pencuci mulut, Sherly yang memang sudah melayani semua pembeli beristirahat sejenak sambil memijat kakinya yang terasa pegal.

"Heh malah enak-enakan duduk, tuh ada pesenan cepet anterin!" Sentak Karin yang sudah berdiri didepannya sambil berkacak pinggang. Sherly mengangguk beranjak dari duduknya untuk mengantarkan pesanan.

"Emm ini pesanan nomer berapa ya?" Tanya Sherly yang dibalas delikan kesal oleh Karin, "ck makanya kalo kerja itu jangan enak-enakan, cuma duduk-duduk nggak guna!" Oleh Karin.

"Nomer 18 cepat sana pergi!" Perintahnya.

Sherly kembali mengangguk, ia melangkahkan kakinya dengan cepat takut pembeli menunggu lama. Nomer 18 ternyata diisi oleh empat orang gadis yang tengah asyik dengan obrolannya. Saat jaraknya dengan keempat gadis itu semakin dekat Sherly tiba-tiba menghentikan langkahnya membuat minuman yang ia pegang hampir tumpah, Sherly sangat mengenali keempatnya gadis-gadis yang paling ia hindari. Jantungnya berpacu cepat keringat dingin mulai mengalir dari pelipisnya, mereka adalah vanes dkk. Dunia memang sesempit itu sehingga dari banyaknya tempat Sherly harus bertemu dengan mereka, atau mungkin takdir ingin mempermainkannya dengan seolah tak membiarkan dirinya untuk tenang barang sedetikpun? Ia pun tak tau.

Tersadar, Sherly dengan ragu kembali melangkahkan kakinya, "p-permisi, mau mengantar pesanan" ucapnya ketika sampai dimeja tujuan, ia segera menghidangkan minuman tersebut agar bisa segera pergi darisana.

Tampaknya keempat gadis itu belum menyadari, sampai saat Sherly ingin pamit vanes menolehkan kepalanya, "oh ya ampun coba lihat siapa yang ada disini" senyum miring terpatri di bibirnya, ucapan vanes membuat ketiga temannya menoleh.

"M-maaf saya permisi" ucap Sherly hendak pergi dari sana tapi kembali terhenti saat merasakan cekalan kuat dipergelangan tangannya.

"Mau pergi kemana Lo?" Jawab vanes tajam.

Sherly berusaha melepaskan tangannya dari cekalan vanes, tangannya terasa sakit karena vanes mencekalnya dengan kuat bahkan gadis itu dengan sengaja menancapkan kuku-kuku panjangnya hingga melukai pergelangan tangan Sherly, "A-aku mau n-nganter pesenan lain" jawabnya menahan ringisan perih.

"Lepasin nes nanti tangan Lo kena kuman lagi" ucap Irene teman vanes, seketika membuat vanes menghempaskan tangan Sherly dan mengelap tangannya dengan tissue.

"Iyuhhhh jijik banget" ucap vanes mengernyit jijik seolah barusaja memegang kotoran dengan tangannya.

"Pergi Lo ganggu pemandangan aja, kali ini Lo lolos tapi nggak untuk hari-hari berikutnya" ucap vanes mengancam, sedangkan Sherly? Dirinya hanya diam melawan pun percuma yang ada vanes akan lebih menggila.

Vanes menatap punggung Sherly yang mulai menjauh dengan tatapan tajam.

"Kok Lo lepasin dia sih nes?" Tanya Monica tak terima.

"Biarin dia tenang dulu, besok kita beri dia pelajaran" jawab vanes angkuh sambil melipat tangannya didepan dada. Ketiga temannya pun mengangguk menyetujui, mereka tak sabar untuk menikmati pertunjukan disekolah besok.
______________________________________

TBC

Follow Ig aku ya @ans_fitrithv, kalau mau aku follback DM "readers wattpad" gitu oke👌




#Tolong vote ya
#Tandai cerita atau bagian yang terdapat typo
#Terimakasih

~01 Mei 2024~

Sayap Senuh Luka (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang