|08| Rencana Maura

9 2 0
                                    

Happy Reading

(𝙺𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚒𝚜𝚎𝚝𝚒𝚊𝚙 𝚙𝚊𝚛𝚊𝚐𝚛𝚊𝚏 𝚗𝚢𝚊)

oOo

Sherly terbangun tepat pukul 04.00 pagi, berbeda dengan hari-hari sebelumnya sorot mata itu tampak sayu kepalanya terasa pusing dan juga tubuhnya terasa sakit. Dengan perlahan ia bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi hanya untuk membasuh muka.

Sebelum keluar dari kamar, tak lupa ia merapikan tempat tidurnya lalu menuruni satu persatu anak tangga, tujuannya adalah dapur untuk memasak menu sarapan seperti biasanya.

"Loh non udah bangun?" Tanya bik Inah yang barusaja datang dari arah taman, sepertinya wanita tua itu habis menyiram bunga ditaman.

Sherly yang mendengar itu berbalik badan menatap kearah bik inah, seketika bibirnya menerbitkan senyum cerah hingga matanya menyipit membentuk bulan sabit, "iya bik ini Sherly mau masak buat sarapan" jawabnya sambil berkutat dengan peralatan dapur.

"Sini biar bibik aja yang lanjutin masak, non Sherly siap-siap aja nanti kan non mau sekolah" ucap bik inah sedikit memaksa membuat Sherly merasa tak enak.

"Nggak usah bik ini juga udah mau selesai kok" jawabnya sedikit menghindar saat bik Inah akan meraih spatula ditangannya.

"Udah nggakpapa sini, non nanti telat loh" bik inah kembali membujuk yang akhirnya membuat gadis itu mengangguk.

"Makasih bik" ucap Sherly tulus.

"Ih non nih kayak sama siapa aja, non Sherly tuh udah bibik anggap seperti anak bibik sendiri" bik Inah tertawa pelan, tawa yang dapat membuat Sherly ikut merasakan kebahagiaan.

"Yaudah bik aku kekamar dulu ya" pamit Sherly kemudian, tapi saat hendak berbalik suara bik Inah kembali menghentikannya.

"Eh tunggu dulu non" ucap bik Inah menghampiri Sherly setelah mematikan kompornya, "non Sherly sakit? muka non pucet gitu, coba sini bibik liat" wanita tua itu sedikit berjinjit menempelkan punggung tangannya didahi Sherly.

"Ya Allah non Sherly demam? Kenapa nggak ngomong sama bibik, hari ini nggak usah sekolah ya biar pak Somat nanti yang izinin" ucap bik Inah dengan nada penuh kekhawatiran, wanita itu bersiap memanggil pak Somat jika saja tak segera dicegah oleh Sherly.

"Bik aku nggakpapa kok cuma anget doang" ucap Sherly merengek berusaha menenangkan kekhawatiran wanita itu.

"Tapi non, itu panas banget loh" tentu saja bik Inah tidak percaya begitu saja, jelas-jelas gadis itu sedang demam tinggi terbukti dengan wajahnya yang pucat dan sedikit memerah menandakan begitu panasnya suhu tubuhnya.

"Sherly beneran nggakpapa kok serius bahkan duarius" ucap Sherly sambil menunjukkan cengirannya.

"Tapi non....."

Melihat bik Inah yang ingin kembali protes Sherly buru-buru menyela, "Suttt bibik tenang aja kan Sherly kuat"

Wanita tua itu mengulurkan tangannya guna mengelus pipi Sherly. merasakan sentuhan lembut itu tentu Sherly merasa nyaman lalu menutup mata, membayangkan jikalau yang mengelus pipinya saat ini adalah citra, mamanya.

"Non Sherly yang kuat ya" ucap bik Inah memberi nasihat, Sherly membuka mata dan menggenggam tangan keriput itu dengan erat. Matanya berkaca-kaca lalu memperlihatkan senyum terbaiknya.
"Sherly nggak janji tapi Sherly akan berusaha" jawab gadis itu.

Bik Inah langsung membawa tubuh ringkuh itu kedalam pelukannya, air matanya sudah tak bisa ditahan melihat gadis yang seharusnya masih menikmati kasih sayang kedua orang tua harus berjuang sendirian, "bibik tau non Sherly kuat, bibik akan selalu ada untuk non Sherly dalam keadaan apapun. non Sherly nggak sendirian"
Keduanya saling berpelukan menumpahkan kesedihan, sampai beberapa saat kemudian Sherly menguraikan pelukannya dengan kondisi mata yang sembab.

Sayap Senuh Luka (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang