Keenam

2.9K 59 10
                                    

Somi dan Alia masih berdiam-diaman. Ketika waktu istirahat, keduanya memutuskan untuk pergi ke restoran yang letaknya tepat di seberang kantor. Di dalam pom bensin. Memesan dua gelas mangkul dan seporsi cimplung sebagai camilan.

Somi meraih sebutir cimplung, lalu menyobeknya dan mencocolnya ke wadah berisi saus tomat. Di hadapannya, Alia terlihat gelisah. Dia kerap kali menyeruput minumannya seperti sedang bingung mau melakukan apa.

Somi menatap Alia dengan bingung. Sebelah tangannya meraih minuman yang berada di sebelah kirinya dan menyedotnya pelan.

"Jadi, apa yang mau lo omongin ke gue?" tanya Somi memecah keheningan di antara keduanya. "Tumben banget lo ajak gue ke sini. Biasanya lo bakal ngobrol di kantor kayak biasa aja. Ekspresi lo juga kelihatan aneh banget hari ini. Lo kenapa, sih?" selidik Somi.

Alia meletakkan gelasnya, lalu kepalanya perlahan-lahan mendongak, menatap Somi yang juga tengah menatapnya. Alia menggigit bibir bawah pelan, lalu menghela napas guna menenangkan diri. Meskipun sebenarnya, yang harus dalam kondisi tenang adalah Somi. Mengingat apa yang akan dia sampaikan merupakan sesuatu yang mungkin mengecewakan hati.

Demi kebaikan teman baiknya, Alia harus menjelaskan semuanya.

"Lo percaya sama penilaian gue ke laki-laki?" suara Alia terdengar serius.

Somi mengerutkan kening untuk beberapa saat. Dia mengalihkan pandangan ke beberapa arah sebelum akhirnya kembali menatap Alia. Perempuan dengan penampilan yang selalu modis di hadapannya itu memang bukan ahli asmara yang andal. Tapi, berkat kelihaiannya menilai laki-laki, sampai sekarang Alia tidak pernah mendapatkan partner hubungan tanpa status yang bermasalah.

Semuanya laki-laki yang bisa dibilang baik. Tidak akan melakukan suatu hal atau tindakan yang tidak keduanya sepakati. Mungkin, karena hal itu juga yang akhirnya membuat Alia betah dengan kisah asmara yang kerap kali dibilang tidak jelas.

Somi mengangguk pelan. Jujur saja, reaksi Alia saat ini benar-benar membuatnya tidak terbiasa. "Memangnya kenapa, sih. Lo aneh banget hari ini, Ya. Seriusan, deh."

Alia meraih kedua tangan Somi di meja, menggenggamnya erat seolah sedang menguatkannya. "Ini masih spekulasi gue doang, Mi. Meskipun awalnya ragu-ragu, setelah lihat bukti dan ini kesimpulan yang gue ambil ...." Alia menghentikan kalimatnya sejenak. Sorot matanya lebih dalam menatap Somi. Dia menghela napas, lalu kembali melanjutkan, "Rangga itu homo."

Suasana hening untuk sesaat. Somi berkedip beberapa kali. Otaknya terasa membeku, tidak bisa mencerna ucapan Alia dengan baik. Suasana aneh itu bertahan sedikit lama sebelum akhirnya Somi menarik tangannya dari genggaman Alia.

Perempuan dengan kacamata bundar itu membenarkan posisi tubuhnya menjadi lebih tegap. Matanya masih fokus ke lawan bicara, berharap Alia menambahkan kalimat lain untuk menyangkal kalimatnya sebelumnya.

"Enggak mungkin, Ya. Rangga enggak mungkin gitu," desis Somi. Wajahnya mulai pucat. Dia tidak bisa membayangkan kalau seandainya Rangga benar-benar seperti yang dikatakan Alia. "Enggak masuk akal kalau dia itu ...." Somi mendengkus. Dia sama sekali tidak nyaman dengan topik pembicaraan kali ini. "Pokoknya, enggak mungkin, Ya! Lo salah menilai, deh, kayaknya."

Alia kembali menghela napas. Dia membenarkan posisi duduknya menjadi lebih condong ke depan. "Awalnya juga gue enggak mau ambil kesimpulan ini. Gini aja, deh. Gue jelasin dari awal. Pertama, laki-laki mana yang enggak mau gitu-gituan sama istrinya sendiri? Kalau sekali dua kali, wajar lah, bisa aja capek atau memang lagi banyak pikiran, terus jatuhnya enggak mood. Tapi ini, sejak pertama kalian nikah, Mi. Oke, dia enggak cinta sama lo karena kalian dijodohkan. Tapi, coba pikirkan lagi, berapa banyak laki-laki yang bercinta tanpa dasar cinta? Semua ini karena nafsu. Terus, lo sendiri udah lakukan banyak cara buat pancing nafsu Rangga. Jadi perempuan cantik, jadi perempuan seksi, sampai jadi perempuan yang telanjang. Terus, kenapa Rangga masih enggak nafsu ke lo dan kesannya malah jaga jarak?"

Oh, My Husband (21+) (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang