Kedua Puluh Dua

2.5K 55 12
                                    

Rangga menuruni anak tangga. Bagian bawahnya terlihat menonjol. Bergerak kanan dan kiri seirama dengan langkah sang empunya. Celana kolor yang tipis berwarna biru muda dengan motif garis vertikal berwarna putih itu tidak mampu menyembunyikan bagian keperkasaan Rangga yang terlepas dari kekangan celana dalam.

Dulu, Rangga akan selalu menyembunyikan ereksinya setiap kali terjadi. Bagaimanapun, bagian yang berada di antara kedua pahanya itu tidak besar, tidak membuatnya cukup percaya diri untuk dipamerkan.

Namun, kini semua itu benar-benar menjadi cerita masa lalu. Apa yang membuatnya terikat sudah hilang. Kemaluannya yang kecil tak lagi menggoyahkan hatinya. Somi benar-benar tulus mencintai Rangga dan kini Rangga akan membuat perempuan bertubuh mungil itu membiarkan istri yang mampu membuatnya luluh untuk merasakan setiap inci tubuhnya.

Aroma masakan yang tercium lezat menyapa indra penciuman Rangga. Senyumnya mengembang sempurna. Di depan kompor, perempuan bertubuh mungil yang ditutup apron berwarna hitam itu terlihat sibuk mengaduk menu pagi ini di teflon.

Jika Rangga yang dulu, dia pasti sudah mengurungkan niatnya memasuki dapur atau paling-paling memasang wajah dingin pada perempuan yang dia nikahi demi menghindari pertanyaan konyol dari ibunya.

Tapi, sekarang Rangga berbeda. Dia tidak akan lagi memasang ekspresi datar seperti itu. Malahan, sebuah senyum lebar mengembang sempurna di wajahnya yang tegas. Dadanya bergemuruh dengan perasaan bahagia dan bangga mempunyai istri seperti Somi di sisinya.

Dengan langkah lebar yang begitu tenang, Somi tidak bisa mendeteksi kehadiran Rangga. Tubuh mungil yang terlihat seperti anak remaja saat di samping suaminya itu tersentak ketika dua tangan besar melingkar di pinggangnya yang ramping.

Spatula yang Somi pegang hampir saja terlempar. Keterkejutannya akhirnya mereda saat Somi merasakan embusan napas yang begitu hangat menerpa lehernya yang jenjang. Rangga menempelkan wajahnya di leher Somi dan mengendusnya dengan rakus.

Bagian selangkangan Rangga semakin keras dan keras. Bagaimanapun, kenikmatan ‘malam pertama’ yang tidak pernah Rangga duga benar-benar merasuk dalam jiwanya. Ingatannya masih jelas dan Rangga akan selalu mengingatnya sampai kapan pun.

Bagaimanapun, semalam adalah momen paling indah yang dia punya dalam hidup. Bagaimana akhirnya Rangga melepaskan seluruh pakaian di tubuhnya dan bagaimana dengan spontannya Rangga menanggalkan pakaian yang menutup tubuh Somi.

Kecupan hangat dan lembut itu masih terasa di bibir. Setiap sentuhan dan rona merah yang merekah di wajah Somi karena malu masih tercetak jelas di setiap inci otaknya.

Mereka ada di ranjang, saling tatap. Somi duduk di atas perut Rangga yang keras tanpa sehelai kain pun yang menjadi penghalang. Sesekali, Somi memalingkan wajahnya yang memerah seperti kepiting rebus. Rangga hanya tertawa pelan. Melihat tingkah Somi yang malu-malu terasa menyenangkan.

“G-ga, ini beneran gue boleh pegang badan lo kayak gini? Tanpa pakaian kayak gini?” Somi memastikan dengan kikuk dan bernada pelan.

Rangga tersenyum lebar. Perempuan dengan tubuh ramping yang membuatnya sukses ereksi hingga maksimal itu pasti mengingat kejadian yang dulu. Kejadian saat Rangga akhirnya memilih melempar Somi yang ingin mendapatkan nafkah batinnya.

Rangga mengutuk dalam hati. Jika saja dulu dia bisa lebih memaksa dirinya menjadi lebih berani, momen-momen indah seperti ini pasti akan terjadi lebih cepat. Dasarnya Rangga yang pengecut.

Rangga memegang kedua lengan Somi, tetapi sang empunya masih memilih membuang muka. “Mi, gue itu suami lo. Lo bebas mau apain badan gue. Lo mau pegang, lo mau raba, atau ....”

Rangga menghentikan kalimatnya sebentar. Dia menarik tubuh Somi hingga posisi Somi menjadi tengkurap di atas tubuh Rangga. Napas keduanya sama-sama terasa menyentuh kulit. Kali ini, netra keduanya saling bertemu. Saling mengunci dalam.

Oh, My Husband (21+) (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang