Keempat

3.2K 54 1
                                    

Somi tidak nyaman ditatap seperti itu. Padahal, tujuannya menggunakan gaun satin yang memperlihatkan lekuk tubuh, memakai riasan yang kata Alia cukup seksi, dan menata rambutnya menjadi lebih mengikuti tren, demi menarik atensi Rangga yang tidak pernah dia dapatkan.

Suasana menjadi canggung. Untuk sesaat, Somi sempat berpikir untuk segera memacu kakinya dengan kecepatan luar biasa kilat meninggalkan arena dapur. Namun, sebagian dari diri Somi tidak rela. Dia harus bisa bertahan. Dia harus bisa membuat perubahan.

Seperti usaha memberi semangat, pikiran Somi sudah melalang buana. Perempuan bertubuh mungil itu mulai membayangkan bagaimana rasanya saat tangan besar Rangga menyentuh bagian demi bagian tubuhnya.

Bagaimana rasanya saat lelaki dengan otot lengan dan dada yang besar itu menariknya dalam pelukan, mencium dengan gairah berkobar-kobar, dan memperlakukan Somi layaknya istri yang benar.

Meskipun samar-samar, Somi sudah bisa menduga sensasi yang bakal dia dapat jika perlakuan tersebut benar-benar terjadi. Semuanya terasa jelas dalam angan-angan hingga membuat perasaan canggung dan aneh yang Somi rasakan sirna entah ke mana. Namun, perempuan yang sudah berpenampilan cantik dan seksi dengan make up dan gaun pendeknya itu harus menelan kekecewaan.

S

etelah menatap tubuh Somi dalam balutan gaun untuk beberapa saat, Rangga langsung membalik tubuhnya dan meninggalkan dapur tanpa sepatah kata. Langkah kakinya terdengar buru-buru menaiki tangga menuju lantai dua.

Rencananya gagal?

“Ga, Rangga,” panggil Somi, tetap dihiraukan Rangga.

Somi ikut beranjak ke lantai dua. Dia menyingkirkan semua pemikiran buruknya dan mencekoki diri sendiri dengan kemungkinan terindah. Bisa saja Rangga naik ke lantai dua untuk siap-siap. Dia ingin memberi kejutan. Apa mungkin Rangga berencana menyambutnya dengan tubuh telanjang?

Memikirkan hal tersebut membuat Somi terkikik sendiri.

Namun, semua pemikiran indah dan positif itu harus benar-benar sirna kala Somi tiba di kamar dan tidak mendapati situasi yang sempat direalisasikan otaknya.

Di atas ranjang, Somi hanya mendapati Rangga meringkuk dengan tubuh sesekali bergetar. Selain kaos dan celana berbahan tebal yang Rangga pakai, lelaki dengan tubuh menggairahkan itu juga menutup dirinya dengan selimut tebal. Akhirnya, Somi hanya bisa menghela napas dan memandangi tubuhnya yang saat ini terbalut piama dengan wajah lesu.

Apa yang salah dengan rencana ini?

Apa yang salah dengan dirinya saat ini?

Bukankah Somi sudah terlihat cantik?

***

Saat ini, Alia menatap Somi dengan ekspresi prihatin. Dari banyaknya bayangan yang kemungkinan menjadi reaksi Rangga, Alia tidak pernah menduga kalau lelaki dengan tubuh menggiurkan itu malah pergi tidur dan meninggalkan istrinya sendiri yang sudah berpenampilan cantik.

Tubuh Somi memang tidak semok. Namun, tubuh yang ramping dan setiap lekukannya diekspos dengan gaun yang tepat sudah lebih cukup membuatnya menarik. Belahan dadanya yang dalam juga sudah lebih dari cukup bagi laki-laki untuk merasa penasaran bagaimana sensasi meremas bagian tubuh perempuan yang satu ini.

Penampilan Somi sudah berubah, bahkan saat ini juga. Dia tetap konsisten menggunakan make up seperti Alia dan menggunakan seragam yang pas di badan meski rasanya sedikit tidak nyaman.

Somi pikir, bisa saja Rangga tertarik padanya saat Somi menggunakan seragam tersebut ketika membuat sarapan atau saat Rangga melihatnya di pagi ini. Namun, hal tersebut tidak terjadi. Rangga malah menjadi lebih acuh dan bahkan terlihat jelas dia menghindari bertatapan dengan Somi.

“Apa gue benaran enggak menarik ya, Ya? Apa gue perlu suntik silikon biar bokong sama payudara gue kelihatan gede?” keluh Somi. Dia menyangga kepalanya dengan sebelah tangan yang bertumpu pada meja.

Oh, My Husband (21+) (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang