Tiga

235 21 4
                                    


***

Dika memasang muka sebal, menatap tajam ketiga temannya yang kini tengah memandang dirinya penuh tatapan mengejek. Kemarin saat dia kalah dari permainan itu, Wawan memberi tau bahwa anak OSIS yang akan diberikan bunga akan di acak. Setelah semua anak OSIS kelas 12 yang mereka kenal di tulis di kertas, Dika mencabut salah satu nama yang saat melihatnya langsung melongo.

Mahendra. Itulah nama yang tertulis di kertas tersebut. Pemuda itulah yang harus dia berikan bunga mawar yang dia petik dari kebun tetangga. Untung tidak ketahuan, kalau tidak mungkin saja dia yang akan di tanam sebagai pengganti bunga mawar itu.

Dika menggigit kukunya dengan perasaan cemas. Sudah pasti Mahen tak akan melihat dirinya dengan wajah yang menyenangkan. Apalagi saat kejadian kemarin, anak itu terlihat begitu kesal.

"Yang lain ajah yah, Wan?" mohon Dika dengan menangkupkan kedua tangannya didepan Wawan.

Wawan menggeleng, lalu menurunkan kedua tangan sahabatnya itu, "Nggak ada tawar menawar! Ini bukan pasar lokal."

Pemuda itu menatap sinis Wawan. Ia menghentakkan kakinya dengan kesal, lalu menatap satu-satu temannya dengan mata berbinar-binar berusaha agar di kasihani. Namun sialnya, tak akan ada yang menolongnya. Semua memalingkan wajahnya dari Dika.

"Lo semua jahat ama gw.." ucap Dika lalu terduduk di lantai dengan penuh drama.

Kiki menatap geli ekspresi yang dibuat-buat pemuda itu. Batinnya berkata, kalau dia masuk di Indosiar pasti filmnya bakal laku.

Tak lama pemuda dengan jaket OSIS mendekati mereka bertiga, "kenapa manggil gw kesini?" tanya pemuda itu.

"Mahen dimana, Jun? Ini Dika ada keperluan."

Pemuda bernama Juna itu mengernyitkan dahi lalu menatap heran kepada Dika yang berada di lantai dengan ekspresi wajah mengenaskan.

Juna juga termasuk dalam kelompok mereka, namun jarang nongkrong bersama sebab kegiatan OSIS yang selama ini sibuk. Dia juga Satu-satunya yang tidak se komplek dengan ketiganya. Kalau bisa dibilang, Juna cuman sesekali berkumpul itupun sangat jarang.

"Dika ada urusan apa sama Mahen? Lo buat masalah lagi, Dik?"

Juna hapal betul. Kalau ini sudah menyangkut dika, pasti temannya itu membuat onar lagi. Sudah sangat sering dirinya harus rela berkorban demi sahabatnya itu agar tak di hukum. Namun tetap saja kembali berulah.

"Lo jahat banget ama gw. Kayaknya gw ini hidup cuman buat masalah doang."

"YA EMENG!" kompak keempat temannya.

Juna menghela nafas lelah. Lalu netranya beralih menatap Sul yang alisnya nampak berbeda hari ini. Sudah seperti alisnya syahrini padahal sebelum tak begitu.

Pemuda itu menunjuk alis Sul, "Napa alis lo? Kok bentukannya jadi berubah gitu?" tanyanya.

"Oh alis gw. Hilang. Makanya gw cukur."

Juna menatap Sul dengan kaget, "Kok bisa hilang?! Emeng alis lo punya kekuatan menghilang?"

Dika yang sejak tadi berada di lantai akhirnya kembali berdiri. Ia menduyelkan kepalanya ke lengan Juna seperti anak kecil.

"Juna~~ tolongin gw dong. Bilang ke Wawan kalau gw nggak mau ngasih bunga ke Mahen." Rayu Dika sambil menggoyangkan lengan Juna.

"Ha? Ngapain mau ngasih Mahen bunga? Lo penggemarnya?"

Dika melepaskan cengkramannya dari lengan Juna, "DIH! NAJIS!"

Wawan berdecik sebal, "Udah jangan rayu Juna. Dia ini Jun kalah permainan kemarin makanya harus dihukum ngasih bunga sama anak OSIS. Nah, kebetulan anak OSIS yang terpilih Mahen." jelasnya kepada Juna, yang hanya mendapatkan anggukan dari sosok itu.

Partner Of Love [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang