Sebelas

208 18 2
                                    

***

Ujian akhir sudah semakin dekat. Murid kelas 12 sudah mulai sibuk menuntaskan nilai yang tertinggal, namun tak jarang juga yang masih berleha-leha seolah ia sama sekali tak memikirkan hal itu. Banyak diantaranya yang berfikir ujian sekolah tak begitu penting sampai-sampai kita harus melakukan pesiapan. Model Siswa seperti ini yang kalau ujian hanya cap-cip-cup pilihan ganda saja.

Karena hari ini adalah hari minggu. Dika dan teman-temannya berkumpul di pos ronda. Sekarang Juna juga ikut bergabung. Mereka sengaja untuk berada disana pukul 2 siang, untuk menunggu tukang cilok sekalian.

“Kali ini Dika yang traktir.”

Pemuda itu menggeleng cepat,”Enak aja. Gw bokek, noh Juna aja, dia kan jarang nongkrong.” Ujarnya menunjuk kearah Juna yang tengah memainkan ponselnya.

“Apaan, walau gw jarang nongkrong tapi udah sering jadi donatur.”Ujarnya yang memberi alasan.

Dika mendengus kesal. Ia mengeluarkan dompet miliknya. Hanya ada uang 2 rb rupiah didalam sana. Lalu mengingat ketiga temannya yang porsi makan melebihi kuli, sungguh tak cukup dengan cilok Cuma segitu.

Ia mendongak, menatap temannya satu persatu dengan wajah memelas,”2 rb. Kalau ban motor gw kempes gimana?” Ujarnya dengan suara lirih.

“Siapa suruh, setiap hari Mie ayam.” Timpal Wawan yang duduk bersandar sambil memegang gitarnya.

“Yakan enak.”

Wawan tau betul anak itu. Dari semua makanan yang ada dibumi ini, selalu saja mie ayam yang menjadi juaranya. Bahkan pernah pemuda itu putus hanya karena mie ayam. Ceweknya bilang mie ayam itu nggak terlalu enak, tapi dika menentang dengan mengatakan kalau pendapat itu salah. Saat cewek itu bilang kamu pilih aku atau mie ayam? Dika dengan tegas memilih mie ayam.

Perjalanan cinta Dika memang selalu berakhir konyol. Entah kenapa Wawan selalu tertawa kalau mengingat semua kisah cintanya. Namun kini ia merasa Dika sudah sedikit berbeda, tak lagi sering menceritakan perempuan. Bahkan Tiara gebetannya tak lagi pernah di ceritakan kepada Wawan atau temannya yang lain.

“Dik, Tiara anak 12 IPS 2 itu apa kabar?”

Ekspersi Dika seketika berubah. Kini ia Nampak sedikit terlihat malas mendengar nama itu,”Nggak tau deh, Wan. Gw rasanya udah nggak tertarik deh sama dia.”

Kiki yang mendengar hal itu mulai mendekat. Sudah ada bau-bau gossip baru lagi, dan dia tak boleh sampai ketinggalan,”Kenapa, Dik? Dia nggak suka sama lo?”

“Nggak tau deh kalau soal itu. Tapi rasanya gw sampai sini aja deh. Nggak ada rasa yang spesial waktu gw berdua ama dia.”

“Emeng lo mau rasa apa? Taro? Strowbery? Coklat?” Tanya Wawan.

Dika berdecak sebal,”Bukan gitu. Lo ngerti nggak sih! Kayak lo sama orang baru tapi rasanya tuh nggak ada spesialnya gitu. Lo deg-degan tapi mikir lo udah rasain ini. Kayak semuanya udah biasa. Dan semua itu malah jadi hambar.”

Sul yang mendnegarnya terkekeh,”ya kalau jatuh cinta emeng gitu, Dik. Pertama kenal, kedua salting, terakhir asing. Rasanya bakal terus terulang, sampai lo berhenti pada cinta terakhir lo dan milih nggak ngulang semuanya lagi dengan orang baru.”

Perkataan Sul barusan membuat Dika berfikir. Mungkin kah dirinya memang harus merasakan hal itu. Mengulang semua rasa yang pernah dia rasakan dari orang lama ke orang baru sampai dia menemukan seseorang yang benar-benar akan menemani hidupnya. Namun dika tak mau. Rasanya malas, harus merasakan perasaan yang sama dengan orang baru. Ia ingin ada hal baru didalam hubungannya. Namun pemuda itu juga bingung, apa hal baru itu.

Partner Of Love [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang