Dua puluh satu

136 14 2
                                    

***

Semenjak malam itu kehidupan Mahen dan Dika berubah. Kini keduanya sudah menyandang sebagai kekasih dan bukan lah sekedar sahabat. Tantangan untuk menemukan cinta sejati tak perlu lagi mereka jalankan sebab keduanya sendiri yang saling jatuh cinta.

Hubungan mereka yang sudah berjalan sekitar 1 minggu lebih berjalan cukup lancar, namun keduanya harus bertemu secara diam-diam. Mahen dan Dika belum bisa mengatakan hubungannya didepan teman-teman mereka. Takut saja mereka tak terima akan hal itu.

Perpisahan untuk anak kelas 3 akan dilangsungkan bulan depan, berarti tak lama lagi. Sedangkan rekreasi akan dilaksanakan sebentar lagi. Tentu saja hal itu membuat para murid begitu bersemangat.

“Lo kesana mau pake baju apa?” Tanya sul.

“Gw sih mau pake baju yang bercorak macan tutul gitu.” Jawab Juna dengan begitu santai.

Dika dan Sul menatap pemuda itu dengan tatapan tak suka, sedangkan Wawan terlihat melamun sambil bersandar didinding kayu pos ronda tersebut. Pandangannya hanya terfokus keluar dan tak ikut menimbrung dengan percakapan teman-temannya sama sekali.

“Kalau kata gw kita pake kaos hitam aja. Jadinya cowok mamba, anjay!” Ujar Dika mencoba memberi saran pakaian.

“Kalau menurut lo, Wan gimana?” Tanya Sul beralih pertanyaan kepada pemuda yang sedang sibuk dengan pikirannya saja.

Benar saja pertanyaannya tak dihiraukan sama sekali, bahkan anak itu bahkan tak menoleh atau bergerak sedikitpun. Sul menatpnya dengan kesal, baru ingin menghampirinya namun Dika lebih dulu menariknya kembali duduk dibangku. Memang saat ini Juna, Dika, dan Sul tengah duduk dibangku panjang yang terbuat dari bambu didekat pohon manga sedangkan Wawan duduk didalam pos ronda.

“Biar gw aja.”

Dika berdiri kemudian berjalan pelan kearah Wawan yang terlihat begitu galau. Kalau di film-film mungkin lagu galau putus cinta sudah terputar sebagai bentuk perasaan pemuda itu. Ia duduk disamping Wawan yang sama sekali tak digubris. Lama-lama pemuda itu terlihat seperti patung yang tengah berpose.

“Kalau ada masalah tu cerita, jangan malah cosplay jadi monalisa.”

Seketika kepala Wawan menoleh kearah Dika dengan ekpresi yang sama sekali tak berubah, malah kini bertambah cemberut. Pemuda yang ditatap hanya mendengus kesal.

“Gw tebak, lo pasti belum nyelesaiin masalah sama Kiki?”

Wawan mengangguk,”Gimana dong dik… Gw tuh ngomong kayak gitu Cuma bercanda doang.” Ucapnya kemudian bergelentang dileher Dika.

Pemuda yang sudah menyandang sebagai kekasih Mahen tersebut melepas paksa pelukan dari Wawan. Bukan karena takut Mahen cemburu, bukan loh!. Tapi karena lehernya yang terasa tercekik kala itu.

“Lo harus bicara sama Kiki, lo tuh—“

Belum selesai bicara, notifikasi yang lain dari suara notifikasi lainnya terdengar dari ponsel milik pemuda itu. Dengan cepat ia menghidupkan benda tersebut sebab tau pesan siapa yang masuk didalam sana. Dari kekasihnya, Mahen.

Nama kontak dengan sebutan “Mine” itu terpampang jelas dilayar ponselnya. Tak bisa ia pungkiri sekarang dia memang sangat alay hanya karena berpacaran dengan pria. Mau bagaimana lagi, hatinya terlanjur terisi penuh seorang Mahendra.

Sayang, gw ada dirumah lo nih.

“Haa?!” Mata Dika membulat sempurna karena pesan tiba-tiba itu.

Wawan sedari tadi masih memaksa Dika untuk memberinya solusi ikut terkejut dengan teriakan pemuda tersebut. Bahkan kedua temannya yang duduk di kursi panjang ikut menoleh kearah mereka berdua.

Partner Of Love [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang