Dua puluh

119 16 5
                                    

***

Wawan mencegat lengan Kiki agar tak berjalan lebih jauh darinya. Keduanya berhadapan, tatapan Kiki Nampak cemas. Pemuda itu terlihat menyembunyikan sesuatu yang membuat Wawan menarik senyum pada ujung bibirnya.

“Kenapa? Cemburu?” Tanya Wawan dengan menaikkan alisnya secara bergantian.

Kiki berdecak sebal,”Lo kenapa cium, Sul?” Tanyanya yang langsung mendapat kekehan dari pemuda didepannya.

“Lo kan denger tadi, kalau itu tantangan.”

“Tapi kan Cuma didahi, kenapa malah dibibir?”

Wawan menggeleng kecil. Pemuda itu mendekat kearah Kiki, ia menarik tengkuk pemuda itu agar mendekat. Cup! Ciuman itu terjadi lagi namun kini hanya ciuman singkat tak seperti waktu itu. Dengan entengnya Wawan hanya tersenyum tanpa menyadari dagu ketiga temannya yang mengintip lewat pepohonan hamper saja terjatuh.

“Ciuman kayak gitu mah gampang. Gw bisa cium orang kapan aja.”

Wawan kemudian mendekatkan kepalanya kearah telinga Kiki yang mulai memerah,”Soal kemarin lupain aja. Lagian ciuman kayak gitu nggak ada apa-apanya. Kalau lo mau ciuman lagi bilang aja.” Ujarnya kemudian kembali menjauh dari sana.

Kiki Nampak tak suka dengan perkataan itu. Anak itu mengepalkan tangannya dengan kuat sambil menatap tajam Wawan yang hanya tersenyum begitu lebar didepannya seakan mendapatkan sesuatu yang sangat besar.

“Gw nggak sudi ciuman ama lo lagi!”

Wawan tertawa pelan,”Yakin? Gw tau lo suka. Kita bisa sama-sama menguntungkan loh, kalau lo butuh kepuasaan bisa minta tolong sama gw, begitupun sebaliknya.” Ucapnya dengan santai.

“Lo anggap gw apa, Wan?”

Wawan tersenyum,”Sahabat gw. Tapi mulai sekarang jadi pemuas.”

Hati Kiki terasa teriris. Bukan hanya hatinya namun harga dirinya serasa tak dianggap sama sekali. Mata pemuda itu berlinang air mata. Kedua netra tersebut menatap kecewa kepada Wawan yang sudah melontarkan perkataan yang begitu menyakitkan.

“Kok nangis, Ki? Mau seks sekarang?”

Plak!

Satu tamparan berhasil dilayangkan Kiki kewajah pemuda tersebut. Nafasnya terengah-engah menahan emosi yang berkejolak. Tatapan benci ia berikan kepada Wawan, rasanya begitu sakit mendengar semuanya. Tak disangakanya pemuda itu bisa tega mengatakan hal tersebut.

Teman-temannya yang lain meringgis dibalik pohon melihat tamparan yang mengenai wajah Wawan. Mereka hanya melihat saja namun kebayang bagaimana perihnya mendapat tamparan yang bukan main kerasnya. Namun Dika merasa tak iba sama sekali, mendengar perkataan Wawan kepada Kiki membuatnya ikut sakit hati mendengarnya.

Ia mulai berfikir, apa Mahen juga akan menganggapnya seperti itu? Bukannya melakukan semuanya dengan tulus namun hanya karena nafsu.

“Lo jahat! Gw nggak mau kenal sama lo lagi!”

Kiki berlari meninggalkan Wawan yang masih terdiam ditempatnya. Pipinya menjalarkan rasa perih namun kini ia merasa bersalah. Ia terdiam, memikirkan apakah perkataannya benar-benar melukai perasaan Kiki. Namun ia kira pemuda itu memang hanya melakukan hal itu karena nafsu semata, makanya ia mengatakan hal begitu.

Dika keluar dari tempat bersembunyiannya kemudian menghampiri Wawan lalu menarik tangannya,”Ikut gw!” Ujarnya menarik Wawan menjauh dari sana.

Juna dan Sul ikut mengikuti keduanya. Mereka berhenti tepat dipohon manga yang memang sudah sejak lama berada disana. Pohon itu bahkan pernah hampir tertebang namun berhasil diselamatkan oleh mereka berlima dengan segala upaya.

Partner Of Love [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang