Dua puluh tujuh

241 13 4
                                    

***

Hari ini cukup cerah, Wawan menyetel AC yang berada dikamarnya dengan suhu paling dingin. Berada dirungan tertutup dengan cuaca yang sangat panas di luar sana membuatnya sedikit menggerutu.

Ia merasa sudah pulih dan ingin kembali beraktivitas seperti semula, namun Kiki dan orang tuanya begitu mengekang melarang untuk tidak keluar rumah dulu. Jadilah Wawan hanya terus saja bobo cantik ditemani cemilan dan film dewasa yang terputar di laptopnya.

Seharusnya ia harus tobat menonton hal seperti itu apalagi sudah hampir mati kalau saja tidak ada Kiki. Namun Wawan berkata, katanya tontonan ini akan menjadi contoh baginya dan akan dipraktekkan kalau sudah menikah nanti. Sat! otak pemuda itu memang agak-agak mesum.

“Wan! Bukain pintu!”

“Anjir!” Wawan menjeda adengan film yang mulai memanas kemudian menutup benda itu dengan cepat.

Selalu saja gurcaci-gurcaci itu datang disaat yang tidak tepat, tapi untung saja dede’ Wawan belum bangun. Dengan segera dia menghampiri pintu dan membukanya.

“Wawan sahabat ku… ini kita bawain oleh-oleh dari liburan.” Sul mengangkat dua kantong plastis indomaret yang berada dikedua tangannya.

Wawan meraih dua kantong plastik tersebut, ia celingukan melihat isi didalamnya. Mie Samyang, susu, potato, dan apa benda yang satu itu…

Pemuda itu melotot saat mengetahuinya,”KONDOM?!” Ia menoleh ketiga temannya yang sudah duduk melantai sambil berjejer. Ketiganya menatap Wawan secara bersamaan,”Masa sih, bukan gw yang beliin kok.” Juna ikut menggeleng,”Apa lagi gw.”

Namun saat netranya beradu menatap Kiki, pemuda itu tersenyum miring. Kedua alisnya terangkat sesekali seakan sedang menggoda gadis untuk digauli. Sial! Kiki udah mulai nakal padahal hubungan saja belum jelas.

Tak mau memperpanjang Wawan segera memasukkan benda itu kembali kedalam kantong plastik lalu ikut duduk disamping Kiki yang kini masih dengan senyumannya. Wawan memutar bola matanya malas, ia tau pemuda itu sengaja untuk menjahilinya, namun tidak juga didepan kedua budak-budak ini.

“Itu kondom kenapa bisa disana yah?” Tanya Sul yang sibuk dengan stik game nya. Wawan hanya diam sesekali melirik Kiki dengan ujung matanya.

“Mba indomarert kali yang masukin. Muka lo pada mesum, jadi dikasi sama dia.”

Juna menatap Kiki tak terima,”Enak aja! Muka baik-baik gini dibilang mesum. Lo kali, kayak koko-koko cina, dikirain lo tu cucunya sugiono.”

Kiki melirik tajam Juna yang beraada disamping sul,”Suigiono dari jepang, jablay!”

“Ye mana gw tau, gw kan bukan Wawan yang Bandar film ono..”

Bukannya membuat Wawan sedikit lebih terhibur, rasanya kamarnya malah terasa lebih menyebalkan dengan orang-orang aneh membahas hal tak penting. Sebenarnya Wawan juga sama, namun kali ini dia memilih diam dan tak mengubris semua pembahasan ke tiga pemuda itu.

Sekitar 1 jam berada dikamar, Juna dan Sul pamit pulang menyisakan Kiki yang katanya nanti saja menyusul pulang. Kini tinggal mereka berdua yang duduk didepan PS Wawan, namun hanya Kiki yang main, sedangkan pemilik PS hanya diam menyaksikan permainan sambil bersandar di ujung ranjang.

Kiki terlihat begitu serius, Wawan dapat melihat punggung pemuda itu yang sedari tadi hanya diam disana. Entah karena apa tiba-tiba adengan dewasa yang terskip tadi menjadi begitu hal yang membuat Wawan penasaran. Pemuda itu meraih laptopnya yang diletakkan dikasur kemudian kembali membukanya.

Karena tadi tak dimatikan, Film yang terskip langsung muncul, dengan hati-hati Wawan mulai menekan tombol pause dan kembali melanjutkan film yang tadinya sempat terhenti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Partner Of Love [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang