22

2.6K 217 2
                                    




. . .

"Nona, mari lekas bersiap. Tuan Duke dan para Tuan Muda sudah menunggu anda!"

"Sebentar Dena." Mengenakan jubah dan meletakkan barang yang sudah kusiapkan dalam tas. Setelahnya keluar.

"Aku siap."

Masih ingatkah dengan hari perburuan yang waktu itu dibahas? Dan kini, hari itu telah tiba. Bahkan sekarang telah memasuki hari pertama perburuan.

* * *

Sebelumnya....

Selama satu bulan ini, Duke dan para Tuan Muda sibuk mempersiapkan  segala hal yang berhubungan dengan perburuan. Mulai dari kesiapan fisik hingga keperluan penunjang yang dibutuhkan. Perburuan memang diadakan pada pertengahan musim dingin.

Acara berburu akan diselenggarakan dihutan Fairleigh. Tentunya, telah memenuhi syarat aman lokasi. Yakni, dengan pemberian tanda pada area mana yang boleh dan tidaknya dijelajahi. Serta adanya kesatria dan penyihir yang berjaga selama acara berlangsung. Perburuan dapat diikuti oleh semua kalangan. Baik Laki laki maupun perempuan dan semua usia diatas empat belas tahun.

Pemenangnya, atau bagi siapa yang  mendapat hewan buruan paling banyak, akan mendapatkan hadiah. Disetiap tahun, acara selalu berakhir meriah. Meski ada yang cedera, tidak menyurutkan semangat para pejuang untuk terus berburu. Pada musim dingin, hewan buruan sulit untuk didapat. Begitu pula dengan beratnya medan berburu sebab kendala cuaca. Kerenanya, bukan hadiah yang mereka incar, tantangan dan kehormatan pemenang menjadi alasan utama mereka.

Acara akan diadakan lima hari berturut turut. Satu hari pembukaan, tiga hari berburu dan satu hari terakhir penutupan sekaligus pengumuman pemenang.

Begitu tiba disana, banyak yang telah hadir. Hari pertama mendirikan tenda. Malamnya penyambutan dan  pembukaan yang dipimpin oleh Raja. Esoknya, acara dimulai.

* * *

Semua yang ikut berburu telah bersiap. Tidak lama lagi, acara akan dimulai yakni pada pukul delapan tepat.

"Lyn, kakak akan membawakan buruan besar untukmu." Maxime.

"Aku juga. Aku lebih besar." Zachary.

"Ayah yang akan lebih besar." Duke tidak ingin kalah.

Mendengarnya, aku hanya menganggukan kepala. Sudah terbiasa dengan sifat tidak ingin kalah dan keras kepala mereka.

"Kau tidak ingin memberi kita tanda?" tanya Maxime melihat Irish hanya diam melamun. Nampak tidak tertarik dengan apa yang mereka lakukan.

Mengernyitkan kening bingung. "Tanda?" namun, segera aku sadar.

"Oh! Ini." merogoh dalam tas selempang yang sedari tadi kubawa, memberikan masing masing sapu tangan dengan sulaman benang emas. Aku membuatnya selama mereka sibuk dengan persiapan atas usulan Dena. Berkali kali gagal dan tertusuk jarum. Akhirnya aku tahu satu hal, aku tidak ada bakat menyulam. Poor diriku sendiri. Mereka melihatnya untuk waktu yang cukup lama, membuatku merasa was was.

"Mengapa? Apakah jelek? Maaf, saya tidak pandai membuatnya." ujarku menundukkan kepala dengan sesekali melirik mereka.

Begitu kata kata tersebut terlontar, mereka membelalak terkejut. Benarkah Irish membuatnya sendiri? Terlebih...untuk mereka? Bila dilihat lihat memang tidak sebagus itu. Banyak yang melenceng kesana kemari. Dan bentuk yang sulit dikenali. Namun karena ini dari orang spesial, mereka akan menerima sebagai harta berharga. Yah...tidak heran, rasa sayang mereka telah mencapai tahap buta.

"Kau sendiri yang membuatnya?" tanya Maxime yang masih tidak percaya.

"Em? Ya."

"Em..apakah sangat buruk?" tanyaku pelan.

Part Of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang