01.PROLOG

780 25 0
                                    

HAI GUYSSSS AKU BUAT CERITAA LAGI NIHH SEMOGA KALIANN SEMUA SUKAAAA MWEHEHEHE, OH IYA JANGAN KUPA KOMEN DAN VOTE YAA SAMA FOLLOW AKU AKU YAAA -_<

.
.
.

HAPPY READING

KAFKA MAGANTA, yang biasa dipanggil kafka oleh teman-temannya, mempunyai paras yang tampan, gagah, dan juga kalem, tapi siapa sangka muka sekalem itu, ternyata biang onar. Bahkan guru-guru disekolahnya sudah tidak sanggup menghadapi tingkah kafka yang ada aja kerusuhan nya setiap hari.

Tapi dibalik sifatnya yang suka ngerese, kafka anaknya cukup humble dan baik hati, siapa sih yang gak kenal kafka? Meski mereka ngenal kafka dari segi yang berbeda-beda ada yang positif dan negatif, tepi lebih banyak negatifnya ketimbang positif.

Kaya mereka kenal kafka karna, langganan BK, sering dihukum, dan semua hak buruk "Kaf, bisa gak, lo berhenti bikin onar. Malu-maluin kelas aja, udah cuma beban kelas, gak usah sok-sokan lo" cecar sang ketua kelas.

Jika boleh jujur, kafka sedikit sakit hati mendengar ucapan hanan, namun ia juga sudah cukup terbiasa mendapat ucapan seperti itu, jadi bukan hal baru untuknya.

"Maksud lo apa, bilang gitu?" Bukan, bukan kafka yang berujar, kafka memegang bahu awan yang sedikit tersulut emosi.

"Gak bisa, kaf. Dia gak boleh ngomong se enaknya tentang lo, di gak tau apa-apa."

"Udah wan, emang yang dibilang Hanan juga fakta. Udah gak usah di perpanjang,"

Kafka membawa sahabatnya pergi, meninggalkan hanan sang ketua kelas yang agung itu "Lo jangan diem aja kaf! Mana kafka yang selalu ngajak orang ribut? Lo gak berani sama pecundang kaya dia hah?! Biar gue yang habisin" huh, begitulah sosok Awan Gutama sangat keras kepala, dan tidak bisa dibantah.

"Bukan gitu wan, dia anak kepala sekolah. Kalo gue duel sama dia, bisa-bisa gue di DO, gue gak mau nambah beban, ayah sama ibu."

"Bukan berarti dia anak kepala sekola bisa bertindak se enaknya kaf!"

"Di dunia ini, banyak pemimpin yang gak adil. Gue tau, kepala sekolah kita bisa adil. But, menyangkut anaknya? Bisa apa?" Kafka mengangkat bahunya acuh,

"Dan kenapa? Lo masih mikir, lo beban buat orang tua lo? Itu udah kewajiban mereka! Jangan cuma hidup untuk orang lain kaf!" Awan memicingkan matanya, menatap sosok dihadapannya yang bego ini.

Kafka terkekeh kecil mendengar ucapan Awan, temannya ini memang sedikit spesial. Maksudnya orang kurang sekilo otaknya "Seandainya bukan karna gue, ibu sama ayah gak bakal, banting tulang nyari uang. Buat menghidupi gue."

.
.
.

huammmmmm, sedikit ya? Iya lah, kan baru prolog, lanjut kuy baca chap, selanjutnya ⬇️⬇️⬇️

Garis Takdir [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang