Haloo gyss sesuan janji aku akan dobel up hari ini, maaf untuk yang kemarin, meski aku Masi betmut tapi aku harus segera selesaikan cerita ini okai, JANGAN LUPA VOTE KOMEN DAN FOLLOW YAAAAAA!
.
.
.-HAPPY READING-
Cinta? Cinta ada satu rasa terkutuk bagi sebagian orang, cinta bisa membuat orang bahagia, ataupun sebaliknya, tapi terkadang sakit labuh mendominasi dari cinta.
Bahkan orang-orang banyak yang beranggapan, cinta hanya milik si beruntung, si cantik? Atau si tampan!
Seperti yang Salma rasakan, menurutnya cinta ini terkutuk, mengapa harus hadir rasa cinta ditengah persahabatannya? Cinta yang harus dia pendam agar tidak merusak apapun! Empat tahun dia mencintai Kafka! Dan rasa itu tidak pernah pudar sedikitpun.
Tapi, memasuki 3 tahun dia mencintai Kafka dalam diam. Awan mengetahuinya, dulu Awan sempat mau memberitahu Kafka, tapi dilarang keras oleh Salma, dia tidak mau pertemanan yang mereka bangun selama ini, harus hancur karna sebuah rasa berbeda!
"Kaf, stop ngelamun! Lo mikirin apa?" Tanya Salma lembut, tidak seperti biasanya.
Kafka menggeleng pelan, "Salma, makasih ya? Makasih, Lo sama Awan selalu ada buat gue."
Awan berdecak kesal, apalah Kafka ini? Memangnya mereka melakukan apa? Sesama teman bukannya memang harus begini, menjadi rumah untuk satu sama lainnya?
"Gak perlu bilang makasih, gunanya teman ya gini kaf! Gak perlu sungkan ataupun ragu sama kita! Kita bakal selalu ada disamping Lo! Kita temenin Lo selalu. Dan Lo juga harus nemenin kita." Kafka mengangguk singkat
"Bener, kaf yang di omongin Awan. Kita tunjukkan ke dunia kalo pertemanan sejati itu emang ada! Gak cuma khayalan semata, kita bakal selalu jadi rumah untuk Lo, dan Lo juga."
.
.
."Sal, mau sampe kapan Lo mendem ini? Kafka bukan tipe orang peka Sal! Dia kalo gak di kasih tau, gak bakal tau." Salma menatap Awan lekat
"Biarin rasa ini, hilang dengan sendirinya wan. Gue gak mau, ngorbanin pertemanan kita. Gue masih sanggup mencintai Kafka tanpa feedback." Ungkapnya, mereka berdua masih berada di kantin, sementara Kafka? Dia sedang pergi ke toilet
"Gak, Sal! Kafka harus tau, gue gak bisa liat Lo gini terus! Kafka pasti bakal nerima Lo."
"Karna terpaksa?"
"I don't know, cinta datang tanpa di duga kan? Ayo Sal Kafka haru tau kalo Lo, suka sama dia." Salma menggeleng ribut, dia tidak mau, satu sisi takut Kafka tak menerimanya dan satu sisi, takut pertemanan mereka menjadi canggung.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang memerhatikan mereka sedari tadi, tatapan antara tidak percaya atau bingung menjadi satu. "Salma.... Suka gue?" Lirih Kafka yang masih bisa didengar oleh kedua sahabatnya
Salma membeku, takut, panik, sudah tidak karuan lagi perasaannya. Awan tak kalah panik bahkan wajahnya sudah pucat pasi sekarang.
Kafka kembali duduk, menatap kedua sahabatnya penuh tanya? Ada apa ini? Wajahnya seolah bertanya seperti itu.
"Wan? Sal? Tolong bilang ada apa?" Awan menatap Salma, meminta izin. Dan setelah melihat sang empu menyetujuinya, Awan menarik napas pelan, lalu menghembuskannya
"Salma.... " Ucapnya menggantung
"Salma, suka gue? Itu bener? Salma, apa yang Lo suka dari gue?! Gue gak pantes buat Lo cintai Sal! Udah berapa lama Lo suka gue Sal?"
"Empat tahun, kaf."
"Lo..., lo gila Sal, Lo cinta orang kaya gue? Empat tahun Sal? Empat tahun bukan waktu yang singkat! Lo ngorbanin waktu empat tahun Lo, buat suka modelan kaya gue?! Astaga Sal! Gak ada yang bisa di banggain dari gu-" ucapnya terpotong oleh Salma, Salma tidak suka jika Kafka sudah mulai merendahkan dirinya sendiri.
"Ada kaf! Ada. Jangan kaya gitu, gue lebih ngerasa gak pantes deketin Lo! Ngeliat seberapa cantik cewek-cewek yang deketin Lo. Dan Lo gak nerima mereka, mereka aja di tolak apa lagi gue yang kaya gini?!"
"Tapi Sal, gue mati rasa buat jatuh cinta. Gue busa nerima Lo, tapi Lo harus bantu gue bisa jatuh cinta sedalam-dalamnya sama Lo." Salma mendongak tak percaya, bahkan mulutnya sedikit terbuka apa ini? Kafka menerimanya? Semudah itu? Astaga kenapa gak dari dulu aja di konfes? Awan tak kalah syok bisa di bilang sudah planga plongo kaya orang dongo
"Ma-maksud Lo kaf?" Tanya Salma memastikan, Kafka tersenyum simpul. Meraih tangan Salma, dan mengelusnya pelan.
"Salma, will you be my girlfriend? Bantu aku keluar dari kesuraman ini oke? I love you" Salma mengangguk cepat, mengiyakan, empat tahunnya tidak sia-sia dia bisa memiliki Kafka sekarang!
Awan yang menjadi saksi, bagai mana kedua sahabatnya kini mulai menjalin kasih, menjalin hubungan yang berbeda dari sebelumnya, ternyata mulutnya yang ember ini ada gunanya. "Eits, udah bro. Jangan ngumbar cinta di sekolah! Mending pj in gue aja oke?!" Salma memukul kepala awan sedikit keras
"Mulut ember Lo, mulai bocor! Sini gue tambal dulu biar gak asal ngomong mulu" Awan berlari menjauhi Salma, sungguh Awan tidak mau terkena cubitan mau Salma! Itu sangat sakit! Awan dan Salma berlarian di tengah ramainya kantin, sesekali mereka berdua tertawa riang, sementara Kafka hanya bisa menatap sambil tersenyum hangat, semoga mereka diberi waktu yang lebih panjang untuk bersama.
"Hahaha, apun sal, apun." Awan kembali duduk di kursinya dengan Salma yang masih mengatur nafasnya sambil sedikit tertawa riang. "Udah Wan, Sal. Jangan lari-larian terus capek nanti." Salma dan Awan mengangguk patuh. Kafka menepuk-nepuk puncak kepala Salma pelan
"I love you Salma" lirihnya pelan, mungkin belum ada rasa yang muncul di hatinya, tapi dia berjanji untuk selalu menjaga dan trus berusaha mencintai Salma, Kafka janji!
.
.
.Halo gyss nah Doble up nyaa maap ya yang ini malam upnya aku tadi siang memikirkan jalannya cerita dulu wkwkw
Aku ngerasa sedikit Dejavu sama chap ini huhu jadi kangen diaa 😭 aku juga udah nge crush in dia selama 3 tahun woyyy eh malah pemenangnya orang yang baru datang 🙃 lu cantik lu aman 😱

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir [On Going]
Novela JuvenilMemiliki keluarga yang utuh, adalah impian semua anak. Namun, apakah setiap yang utuh akan selalu teguh? Keluargaku memang utuh. Namun, sudah runtuh. Lantas mengapa aku harus ada di bumi ini? Jika hanya untuk, melihat kehancuran diri sendiri *SEGERA...