support

17 2 0
                                    

Di kamarnya, Phira tak tenang memikirkan sahabatnya. Pasalnya Putri janji akan mengabari dirinya. Ia terus memandangi ponselnya yang kini dilihatnya sudah pukul 8 malam.

"Ayo dong Put.. Kamu gapapa kan aku kha- oh aku ingat! "

Sore tadi Putri bilang jika malam ini ia tak mengabari Phira, maka Phira boleh datang ke rumahnya.

Dengan segera, Phira bersiap dan mungkin akan menginap malam ini dirumah Putri.

Ia kemudian menghampiri orang tuanya didalam kamar.

"Pah.. Mah.. Kakak boleh nginep dirumah Putri? " Ucap Phira

"Putri jemput? Kok tiba tiba kak" Tanya mamanya

Kemudian Phira menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan beberapa saat kemudian, ia mendapatkan izin untuk pergi.

"Tunggu mama siapkan makanan untuk Putri"

Phira menunggu bekal dari mamanya dan setelahnya ia pergi menggunakan motornya.

Bahkan ia mengendarai motornya dengan kecepatan diatas rata rata. Khawatir Putri akan kenapa kenapa.

Padahal Putri di kamarnya sedang menangis. Sudah hampir 3 jam ia menangisi perkataan ayahnya. Bahkan sejak tadi ibunya mencoba masuk kedalam kamarnya tapi selalu tak diizinkan.

Putri duduk di lantai, menghadap jendela besar yang langsung menembus balkon kamarnya. Ia mendekap tubuhnya sendiri dan termenung.

Ia meraba luka di bahunya. Sedikit menekan luka itu. Mati rasa. Sakit hati nya lebih menyakitkan dibanding luka fisiknya.

***

Phira sampai didepan rumah Putri. Ia Melihat dari kejauhan. Putri berada didalam kamarnya.

Seperti biasa, Phira melambaikan tangan pada Putri. Putri sadar ada seseorang di kejauhan. Ia mengangkat kepalanya dan melihat siapa orang itu.

"Phira... " Senyumnya sedikit merekah tapi tangisnya kembali pecah

Ia mengangguk, mengizinkan Phira masuk.

Phira masuk. Memarkirkan motornya di garasi, bersebelahan dengan motor Putri. Kemudian ia masuk kedalam rumah.

"Assalamualaikum" Ucap Phira membuka pintu

Ia melihat ayah dan ibu Putri terduduk di ruang keluarga. Sepertinya mereka sangat menyesal.

"Phira" Ucap Ibu Putri. Phira mengangguk mengalami

"Kamu datang di waktu yang tepat... " Sambungnya

"Tolong ya? Bujuk Putri agar mau bicara sama om.. " Ucap ayah Putri

"Saya usahakan om.. Tapi mungkin agak sulit karna Putri anak yang angkuh"

"Bilang sama dia.. Om sangat menyesal atas apa yang om katakan.. Benar benar menyesal" Phira melihat raut wajahnya gelisah dari ayah Putri.

Ia benar benar harus membantu ayah dan ibu Putri. "Saya usahakan semampu saya om.. Tante, "

Setelah diizinkan, Phira menaiki anak tangga menuju kamar Putri. Ternyata Putri sudah menunggu di depan pintu kamarnya.

Bahkan setelah melihat Phira, air mata Putri kembali berlinang dan justru ia menangis lebih keras.

"Hei.. It's okey it's okey.. Aku disini" Phira menghampiri Putri dan memeluknya "di dalem aja yuk? Biar kamu bisa istirahat juga"

Phira menuntun Putri masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Ia cukup terkejut melihat kamar Putri yang berantakan.

Medali medali, Piala dan reward lainnya berceceran. Mungkin sebagian ada yang hancur. Entahlah. Sepertinya Putri sempat mengamuk tadi.

The Beloved OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang