Putri merebahkan tubuhnya disamping Phira. Ia memainkan guling yang ia peluk.
"Jadi, sekarang aku harus memaksa diriku untuk memaafkan mereka dengan cepat? " Ucap Putri menatap langit langit kamarnya
Phira menoleh, menghadap kearah Putri. "Aku ga bilang kamu harus melakukan itu"
Putri melirik Phira "untuk sekarang, kamu hanya perlu berpikir menggunakan perasaan kamu Put... " Sambung Phira
"Hum? " Putri membalik badannya menghadap Phira. Phira yang menyadari itu juga berbalik menghadap Putri
"Mereka adalah keluarga, bukan orang lain. Mereka yang mengerti kamu dan mau menerima kamu bagaimana pun kondisi kamu.. Jadi kamu harus fikirkan perasaan mereka dan maksud mereka juga. Mungkin kalo aku yang buat salah, kamu boleh melakukan apapun atau bahkan ga maafin aku dengan cepat karna aku adalah pendatang di hidup kamu, hanya satu orang yang hadir dalam sebagian cerita hidup kamu" Jelas Phira dengan sabar
Putri menghela nafas sedikit berfikir. Ucapan Phira ada benarnya juga. Ia tak boleh terlalu mementingkan ego nya.
"Jadi ak-"
Tok tok tok
Suara ketukan pintu yang membuat Putri tak jadi berbicara. Putri dan Phira saling menengok ke pintu.
"Mbak belum makan.. Ibu bawain makanan nak" Ucap Ibu diluar kamar
Putri melirik Phira. Phira paham bahwa Putri belum ingin bertemu dengan ibunya. Phira lalu beranjak dan membuka pintunya.
"Putri sudah tidur? " Tanya Sulistyani memberikan sepiring makanan dan segelas air
Phira menggeleng dan menerima makanan itu.
"Lalu, gimana? " Tanya Sulistyani yang masih resah
"Sedikit lagi" Senyum Phira merekah membuat Sulistyani sedikit tenang "kalo gitu aku masuk dulu bu.. Makasih untuk makanannya"
Sulistyani mengangguk dan membiarkan Phira masuk kedalam kamar. Didalam kamar, Putri sibuk bermain dengan ponselnya.Sepertinya ia mengabari Kak Pandji.
"Makan dulu Put. " Pinta Phira
Putri bangun terduduk. Ia menerima piring itu dan perlahan memakannya.
Phira melihat Putri makan dengan lahap, ia tau sahabatnya hanya terbawa emosinya dan ia sangat mengerti bahwa sahabatnya ini memiliki egois yang cukup tinggi.
Putri menghabiskan makanan itu tanpa sisa. Ia memang terdidik untuk tidak membuang buang makanan, jadi ia akan memakannya sampai piring itu bersih.
"Aku taruh piring ke dapur dulu ya. " Ucap Phira beranjak dari duduknya
Putri mengangguk meneguk air putihnya.
***
Drrttt drrttt drrttt
Bunyi ponsel PutriPutri mengambil ponselnya dan lihat layar ponsel itu.
Vidio call for Kak Pandji
Putri menggeser tuas di tengahnya dan menampilkan wajah senior nya disekolah.
"Hai... " Sapa Pandji di sebrang sana. Tampak ia masih mengenakan jersey volly nya
"Hai.. " Sahut Putri dengan senyum khasnya
"Aku khawatir karna kamu ga balas pesanku"
"emmm maaf.. Hehehe. Aku gapapa kok Phira juga nemenin aku disini"
"Uhmmm okey... By the way selamat untuk pertandingan hari ini, aku nonton siaran ulang nya tadi dan kamu banyak cidera disana" Tampaknya raut wajah Pandji berubah menjadi cemas
Pandji menatap wanita yang dikagumi nya dengan rasa khawatir yang tinggi. Putri yang menyadari hal itu pun berusaha bersikap baik baik saja.
"Jangan khawatir kak.. Aku baik baik aja, cuma ya memang luka ku harus menjalani proses penyembuhan yang semakin lama. Tapi gapapa kok"
Pandji yang merasa dirinya sedang dihibur oleh Putri hanya tersenyum. Mungkin ia akan tulus dengan perasaannya pada Putri.
"Cepet membaik yaa.. Aku gaada tontonan di lapangan lagi karna kamu ga main basket di sekolah.. " Ucap Pandji diselingi gelak tawa
Putri juga membalas tawaan. Tapi sebenarnya ia tau kalau Pandji menyukainya.
"Asik bener ketawa ketawa aku ga diajak" Kejut Phira yang baru kembali dari dapur "siapa sih yang bikin ketawa?"
Putri menoleh "biasa... Anak volly yang bikin kamu pingsan" Ucap Putri semakin tertawa
Disana Phira juga ikut tertawa mengingat kejadian saat demos beberapa waktu lalu.
"Eh bentar aku ke kamar mandi dulu" Ucap Putri meletakkan ponselnya di kasur dan beranjak pergi ke kamar mandi.
Setelah Phira memastikan Putri masuk kedalam kamar mandi di kamarnya, ia pun meraih ponsel itu dan menatap Pandji
"Hai" Sapa Phira melambaikan tangannya
Pandji membalas lambaian tangan itu dan tersenyum "chatku kenapa ga dibalas? "
Ah ternyata Pandji mengirim pesan kepada keduanya.
"Aku lagi sama Putri kak.. Gaenak kalo bales chatt Kak Pandji. Maaf ya kak"
"Abis ini di bales yaa"
"Iyaa nanti di bales.. Bawel"
***
Setelah obrolan yang cukup panjang dan rahasia antara Phira dan Pandji, Putri kembali dari kamar mandi dengan sudah menggunakan baju santainya.
"Kak Pandji masih video call? " Tanya Putri menghampiri Phira tanpa rasa curiga
"Udah di matiin daritadi.. Dia mau mandi soalnya" Jawab Phira dengan santai
Putri mengangguk menanggapi jawaban Phira. Ia kemudian beranjak naik ke kasurnya dan merebahkan tubuh disamping Phira.
"Udah mau tidur kah? " Tanya Phira
"Udah ngantuk dikit sih"
Phira ikut merebahkan tubuhnya disamping Putri dan membenahi selimutnya "kamu cape pasti kan"
"Bangetttttttt apalagi setelah kejadian tadi"
"Yaudah... Sekarang tidur, kamu harus istirahat "
Putri membalik badannya menghadap Phira. Ia mendekatkan tubuhnya dengan Phira dan memposisikan tubuhnya lebih rendah dari Phira.
"Kenapa gini? Mau jadi bayi? " Ucap Phira mengusap rambut Putri
Putri melirik Phira "gulingku kamu singkirin dibelakangmu ya.. Jadi aku ga nyaman kalo ga gini"
"Oke oke... Tidur lah"
Phira mengelus rambut Putri hingga Putri tertidur pulas. Ini kali pertama bagi mereka berdua tidur satu ranjang hanya berdua.
Sebelumnya selalu dengan adik Putri atau adik Phira.
Setelah dirasa Putri sudah tidur nyenyak, Phira sedikit membuat jarak dengan Putri dan fokus pada ponselnya.
Ah iya Phira menyukai Pandji. Tapi saat ini Pandji mengagumi Putri. Entahlah siapa yang nantinya akan dipilih oleh Pandji.
Seperti malam malam sebelumnya, Phira dan Pandji pasti saling mengirim pesan. Seperti layaknya seorang pasangan. Tapi mereka belum ada kejelasan, bahkan Pandji juga belum memberi kepastian pada Putri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beloved One
Fanfiction"Sahabat itu adalah dia yang masih tetap bertahan walaupun sudah tak dianggap berharga bagi dia yang dipercayai nya" -Putri Prameswari P.S "Jangan pernah sia siakan dia yang begitu baik terhadap mu, bahkan dia rela menjadikan dirinya yang paling ter...