Prolog

4.8K 261 22
                                    

Seorang resepsionis menatap bingung kedua bocah yang berdiri di depannya. Anak-anak itu terlihat tampan, wajah salah satunya terlihat mirip dengan seseorang, namun dia lupa mirip dengan siapa.

"Hallo, Adek-adek. Ada yang bisa Tante bantu?"

Noah mengacungkan tangannya tinggi sambil meloncat-loncat.

"Adek, adek! Adek mau ketemu Papa."

"Hah!" Sang resepsionis tersebut bingung, papa? Siapa yang dimaksud? Apa klien pak Gautama?

"Sstt Adek! Mending Adek diem. Biar Kakak aja yang ngomong!"

Noah mengerucutkan bibirnya lucu, sangat menggemaskan batin Rere sang resepsionis tersebut.

"Tante, apa tante tau di mana ruangan pak Jerry Gautama?"

Mata Rere membola kaget mendengar pertanyaan bocah di depannya itu.

"Tante boleh tahu, ada keperluan apa kalian cari pak Jerry?"

"Aduh tante, kita itu mau ketemu papa kita!" Noah tidak sabaran, dan kembali berseru mendahului sang kakak.

"Papa adek siapa namanya?"

"Jerry, Jerry Gautama." Kembali Noah membalas.

Rere sang resepsionis jelas saja tidak percaya, mana mungkin dua bocah ini anak atasannya. Beh sulit dipercaya.

"Maaf Adek, sepertinya Adek-adek datang di saat yang tidak tepat. Bapak Gautama tidak ada di sini, beliau sudah pergi." Dustanya. Rere tidak mau mendapat masalah, pekerjaannya bisa dipertaruhkan di sini.

"Yaahhhh ..." seru Mahesa dan Noah. Jelas sekali mereka kecewa.

"Kakak, Adek mau pipis." Noah berbisik pada Mahesa namun bisikannya jelas dapat terdengar jelas oleh Rere.

"Tante, boleh kasih tau kami di mana toiletnya? Adek saya mau pipis."

Aih Rere gemas sekali melihat Mahesa yang lebih tua dari Noah begitu perhatian pada sang adik.

"Tentu, kalian lurus saja dari sini yah. Setelah itu belok kanan, nanti di sana ada toilet yang dekat dengan lift."

Mahesa mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Mereka berdua lantas pamit setelah mengucapkan terima kasih pada Rere.

"Udah adek?" Tanya Mahesa ketika melihat Noah keluar dari dalam bilik toilet.

Noah mengangguk.

"Ayok kita pulang," ajak Mahesa namun ditahan oleh Noah.

"Kakak, ayo kita cari papa lagi."

"Adek nggak denger tadi tante yang di depan bilang apa?"

"Ish kita bisa tunggu, Kakak. Mumpung Ibun pulang sore,"

Mahesa membenarkan perkataan sang adik.

"Yaudah, kalau gitu mau cari dimana?"

"Ayok kita cari ke atas?"

Mahesa setuju, ia dan adiknya lalu berjalan menuju lift. Mahesa memencet tombol yang ada di sana, membuat lift itu terbuka. Buru-buru mereka berdua masuk ke dalam.

"Terus kita pencet nomor berapa yah, Adek?"

Mahesa mendongak menatap angka-angka yang berada di atas kepalanya.

"Paling atas aja, Kakak."

"Beneran?"

"Iya, kalau gak ada kita cari aja nanti tiap angka."

"Bener juga, Adek."

"Ayok, kakak gendong. Adek nanti yang klik tombol nya oke?"

Noah mengangguk, ia mengikuti perintah sang kakak untuk naik ke atas punggungnya. Lalu memencet tombol paling atas. Mereka sudah tinggi jelas, tapi kan tombol-tombol lift di atas melebihi tinggi mereka.

Untung saja sedari tadi lift yang mereka naiki kosong, kedua bocah itu jadi lebih leluasa. Karena jujur saja mereka takut ditanyai macam-macam oleh orang lain.

Tak lama kemudian lift berhenti, kedua bocah nakal itu keluar dari lift. Mereka berdua lantas kebingungan melihat di lantai ini begitu sepi dan mewah. Mereka berdua berjalan mencari ruangan ayah mereka, namun hanya ada 1 ruangan di sana. Di luar pun hanya ada satu meja yang sepertinya ditinggalkan oleh sang pemilik. Karena terbukti meja di sana berantakan oleh kertas-kertas.

Mahesa dan Noah lantas menuju pintu di depannya, Mahesa lah yang mengetuk pintu di sana. Namun tak kunjung dibukakan membuat wajah Noah sudah berubah bete.

Sampai kemudian Noah lah yang mengetuk pintunya dengan tak sabaran, membuat Mahesa melotot.

"Adek! Ish gak boleh gitu! Nanti kalau pintunya rusak gimana?!"

"Habisnya gak dibukain terus pintunya. Adek kan sebel, papa lama buka pintunya."

"Kalau di dalam sana bukan papa gimana?!"

Mahesa masih kesal pada adiknya itu yang suka semaunya. Kan dia takut kalau ada apa-apa dia lagi yang kena marah.

Sedang ribut-ributnya kedua bocah itu, mereka tak sadar jika pintu itu sudah terbuka menampilkan sosok pria dewasa yang memandang mereka bingung.

"Ekhem!" Pria dewasa itu menegur Mahesa dan Kara.

Mahesa dan Noah membalikkan tubuhnya, mendongak memandang pria di belakangnya.

"Papa!" Seru Noah senang.

Pria itu mengernyitkan keningnya bingung.

"Ish Adek! Jangan asal ngomong."

"Maaf Oom, maafin Noah yah."

"Kalian ke sini mau cari siapa? Orangtua kalian mana?"

Pria itu bertanya pada Mahesa dan Noah. Sebenarnya ini bukan kali pertama dia melihat bocah tersesat saat mencari orangtua mereka di kantornya. Hanya saja, dia merasa aneh jikak kedua bocah itu bisa sampai ke lantai tempatnya berada.

"Oom tahu pak Jerry Gautama, tidak?" Noah bertanya langsung, menurutnya terlalu lama menunggu sang kakak.

"Kita mau ketemu papa, nama papa kita Jerry Gautama. Oom bisa kasih tau kita di mana ruangan papa?" Kini giliran Mahesa yang bertanya.

Pria itu diam seribu bahasa, apa maksudnya lelucon ini?

"Maaf, sepertinya kalian berdua salah orang. Saya tidak memiliki anak! Apalagi dua!"

"Jadi Oom pak Jerry Gautama?"

Jerry mengangguk.

"Wah, papa Adek tampan." Noah malah mengangumi pria di depannya itu.

Entah kenapa Jerry malah tersenyum tipis mendengar kalimat Noah.

"Lebih baik, kalian berdua pulang yah. Karena saya memang tidak memiliki anak. Mungkin ibu kalian salah sangka."

Sudah biasa seperti ini, banyak wanita yang mengaku-ngaku tidur atau menjalin kasih dengannya.

"Iya gitu Kakak? Apa ibun salah?"

"Ish, tapi kan kemarin ibun sendiri yang bilang ke tante Tere kalau nama papa itu Jerry Gautama."

Iya benar jadi mereka berdua tidak sengaja menguping percakapan sang ibu dan sahabatnya itu.

Jadi siapa yang salah di sini sebenarnya? Ibunya atau pria dewasa di depannya itu, yang tidak mengakui jika kedua bocah itu memang lah anaknya?

🇵🇸
🇵🇸
🇵🇸

Yuhuuu cerita baru lagiii 😆 aku bakal update selang-seling sama Kara-Bara yaaa. Karena kayaknya si duda satu itu sebentar lagi ceritanya akan segera tamat, masih mungkin. Hehe.

Suami Sempurna Untuk Wanita LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang