Typo bertebaran!!!
Happy Reading
•••"ciee yang jaketnya di pegangin mulu. " Sherly bersuara, gadis itu nampak mengemasi barang-barangnya ke dalam tas.
Bek pulang sekolah sudah berdering nyaring sejak beberapa menit yang lalu. Tapi, karena guru menyebalkan yang tidak tahu waktu ketika mengajar, mereka baru dipulangkan sepuluh menit setelah bel berdering. Menyebalkan, bukan? Hal kecil seperti itulah yang terkadang membuat murid ingin menyantet gurunya.
Kinara mendengus kesal, lagi-lagi karena jaket legend milik Aksa, Nara harus mendengar ucapan itu. Sudah berulang kali Nara menghampiri loker Aksa, tapi lelaki itu menguncinya. Haruskah Nara memberikan langsung pada pemiliknya? Astagaaaa, Nara tuh nggak mau ketemu sama anak setan itu lagi.
"Ahh, kak Aksa sosweet banget sihh!!" Timpal Jihan heboh.
"Gue kapan coba dipinjemin jaket punya doi." Sherly menyahuti.
"Kalau gue jadi Nara, udah gue pake tidur itu jaket. Terus, gue kekepin ke mana-mana." Raya menutup wajahnya menggunakan tangan. Pasti gadis itu sedang berhalusinasi.
"Lebay," balas Nara jutek.
"Eh, Na. Lo harus lebih hati-hati sekarang!" peringat Raya dengan nada suara serius.
"Kak Aksa bukan sembarang orang. Dia itu ketua geng, lo pasti tau kan selain banyak dikagumi, dia pasti juga banyak di benci."Raya menambahkan.
"Maksud lo?"
"Maksudnya, bisa aja lo keseret dalam masalahnya kak Aksa yang super duper banyak itu. Secara lo sekarang kan pacarnya dia, nggak menutup kemungkinan orang-orang yang benci sama dia bakal manfaatin posisi lo!" timpal Sherly.
"Gue nggak pacaran sama kak Aksa!" Nara berujar tegas. Sungguh, mood-nya selalu memburuk ketika mendengar kata-kata itu.
Nara tidak mau menjalin hubungan dengan siapapun. Nara juga tidak akan pernah mau merasakan jatuh cinta lagi.
"NARAAA! LO TUH KENAPA SIH SEBENERNYA?" Jihan berujar dengan sedikit berteriak. Memang lelaki macam apa yang Nara inginkan? Bayangkan saja, Aksa itu adalah salah satu bukti ciptaan terindah Tuhan. Tapi Nara juga tidak menyukainya.
"Berisik, Han. Gue sibuk." Nara beranjak dari duduknya, lalu ber jalan hendak keluar kelas.
"Mau kemana, Na?" tanya Raya sebelum Nara menghilang.
"Ke ruang OSIS, ada rapat sama pembina." Setelah mengatakan hal itu, Nara menghilang dari balik pintu kelas.
Selain pintar dan sering menuai prestasi, Nara juga aktif dalam organisasi OSIS. Posisi yang ia dapatkan juga tidak main-main. Gadis itu mengambil andil sebagai sekretaris OSIS tahun ini.
Tahu apa yang menyebalkan ketika menginjak bangku kelas 12?
Apalagi jika bukan kelas tambahan dan antek-anteknya yang ditujukan untuk memaksimalkan persiapan ujian. Ayolah! Padahal ini masih menginjak bulan-bulan awal semester ganjil.
"Buka buku halaman 197, hari ini saya akan mengadakan tes tulis untuk materi tiga dimensi!" Bu Tari , guru matematika wajib yang merangkap sebagai guru BK itu memberikan perintah.
"Anjing, anjing banget!" Jeremy membuka buku dengan kasar.
"Andai aja orang dulu nggak kebanyakan gaya, pasti matematika isinya cuma penjumlahan sama pengurangan. Lah ini? Pake segala nemuin berbagai cabang ilmu matematika, nyusahin anjir!" gerutu Dion kesal.
"Mana waktunya pulang, ya, kan?" Liam meminta persetujuan pada Jeremy yang duduk sebangku dengannya.
"HEH!" Bu Tari memukulkan sebuah penggaris kayu pada papan tulis. "Kalau nggak niat belajar, silahkan keluar!" katanya menyorot tajam ke arah bangku di pojok kiri belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAKSA
Teen FictionMenjadi pacar dadakan dari seorang ketua Gangster terkenal, bagaimana rasanya? Menyenangkan? Oh, tentu tidak. Siapa sangka, berawal dari sebuah tantangan konyol, Kinara justru terjebak dalam hidup seorang Aksara - Ketua Geng Motor Atlaska. Tampan? J...