10. Kinara Zalena Pamela

84 7 12
                                    

Happy Reading
•••

Motor besar Aksa berhenti tepat di halaman rumah kecil Nara. Rumah sederhana dengan satu lantai yang didominasi warna putih dan cream. Terdapat sebuah taman kecil di bagian depannya yang penuh dengan berbagai macam tanaman dan bunga.

"Kak Aksa mau masuk dulu?" kata Nara sedikit basa-basi. Padahal Nara ingin Aksa langsung pulang saja. Biar nggak ngerepotin.

Aksa diam. Matanya menatap manik coklat itu dalam. Membuat Nara salting dan langsung memalingkan wajah ke arah lain.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya, lalu kembali menoleh ke arah Aksa, "Kak?"

"Hmm," Aksa bergumam pelan, sedikit menetralkan diri yang mendadak hilang arah karena mata coklat itu.

"M-mau mampir dulu?" Nara mengulangi pertanyaannya dengan sedikit gugup. Aish, kenapa harus gugup coba?

"Nggak usah," balas Aksa memalingkan wajah ke arah lain.

Hal itu membuat Nara membuang napas lega, baguslah. Lagian ngapain juga Aksa ke rumahnya? Yang ada nanti malah ngerepotin!

"Yaudah, sana pulang! Ngapain lo masih di sini? Mau jadi satpam?" ujar Nara dengan nada pedas.

Aksa menatap Nara datar. Sang gadis langsung merutuki dirinya sendiri. Mulut Nara memang tidak bisa di jaga. Harusnya Nara diam, agar masalahnya dengan Aksa segera berakhir dan tidak terus berkelanjutan seperti ini. Nara pikir setelah dia melakukan tantangan itu, maka semuanya akan berakhir. Tapi, ini apa?

"Emm, g-gue masuk dulu, ya, kak! Makasih udah di anterin pulang," balas Nara dengan senyum kikuk, lalu berbalik hendak masuk ke rumah.

"Na!"

Nara memejamkan mata sejenak, belum selangkah ia berjalan. Tapi, nada dingin itu kembali menusuk pada gendang telinga.

Perlahan berbalik, Nara berusaha mengontrol diri untuk tetap terlihat biasa saja di depan Aksa.

"Apalagi sih, kak?"

Mengangkat satu alisnya, Aksa menatap gadis itu aneh, "Nggak jadi," balas Aksa santai. Nara melotot dibuatnya.

"Apaan sih? Nggak jelas banget lo!" kata Nara sebal.

"Lo juga," balas Aksa acuh.

Nara mengerutkan dahinya bingung, "Gue kenapa?"

"Nggak jelas," Aksa membalas dengan entengnya. Lalu, menghidupkan mesin motor dan melesat dengan kencang dari rumah Nara tanpa berpamitan terlebih dahulu.

"Ihh, Aksa nyebelin! Cowok aneh, gila, kayak anak setan!" Nara melemparkan tasnya asal. Tubuhnya juga ikut di jatuhkan di atas tanah. Gadis itu tidak peduli jika nanti seragamnya kotor.

Mengambil sebuah batu di dekatnya, Nara lalu melemparnya asal.

"Apaan sih tuh cowok? Nyebelin banget tau nggak. Udah jelek, nggak jelas lagi. Tapi,-" Nara kembali melemparkan sebuah batu ke arah jalanan. Ia mengigit bibir bawahnya pelan.

"Tapi---TAPI KOK DIA LUCU SIHH!!!!!" Nara berteriak, mungkin jika ada orang yang melewati jalan itu, mereka akan mengira jika Nara gila.

"AHH, AKSA SETAN! JANGAN BAPER, NARA! NGGAK BOLEH BAPER, TITIK!!!"

Nara kembali menelungkup kan wajahnya di atas lutut, tanpa ada niatan untuk bangun. Jika diingat-ingat, meskipun dingin, Aksa itu manis. Mulai dari lelaki itu yang meminjamkan jaket miliknya karena seragam Nara yang basah. Lalu, tadi sepulang sekolah-ah, cukup!!! Nara tidak sanggup.

Menghentakkan kakinya kesal, memikirkannya saja sudah membuat pipi Nara terasa terbakar.

"Ya Tuhan, gue kenapa sih?"

NARAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang