12. Kenapa Peduli?

95 6 26
                                    

Happy Reading
•••

Begitu keluar dari ruang BK, Aksa di kejutkan dengan keadaan di luar ruangan. Ramai. Bahkan, tidak satu dua orang yang ada di depan ruangan itu. Apapun yang menyangkut Aksa pasti akan menjadi sebuah hal yang tidak boleh dilewatkan di Trisatya.

Aksa hanya menunjukkan raut datar, tatapannya semakin menajam, pertanda jika ia tidak suka dengan sifat mereka yang selalu ingin tahu tentang hidupnya. Setiap orang punya privasi, bukan? Aksa pun sama, ia sangat tidak suka jika ada orang yang berusaha mengorek lebih dalam mengenai kehidupannya.

"Sa, lo nggak papa?" Dion menepuk pelan bahu Aksa. Ia sedari tadi berdiri di depan ruang BK. Menunggu temannya itu keluar bersama anggota inti lainnya.

"Suruh mereka bubar!" titah Aksa tegas.

"WOI, BUBAR LO SEMUA!" Dion langsung berteriak.

"INI BUKAN TONTONAN, BALIK KE KELAS KALIAN!" Brian ikut-ikutan mengusir. Membuat para siswa yang memenuhi lorong mau tak mau harus bubar.

"LO KATA TOPENG MONYET APA GIMANA? MASA RUANG BK DI JADIIN TONTONAN. GILA KALI," teriak Liam tak kalah keras. Hidupnya benar-benar tidak pernah jauh dari monyet.

"Monyet terosss, lama-lama gue nikahin lo sama Cimol." Jeremy menonyor kepala Liam yang ada di sebelahnya.

"Astaghfirullah, kamu ini berdosa banget!" Liam mengelus kepalanya sayang.

"Bos, anak buah lo nih. Masa katanya semalem dia tidur sama monyetnya." Jeremy mengadukan kelakuan Liam pada Aksa. Berniat menghibur temannya itu.

"Astaghfirullah, si Cimol nggak lo hamilin, kan, Am?" celetuk Dion dengan beloonnya.

"Jangan-jangan besok kita dapet berita kalau si Cimol hamil anaknya Liam." Damian ikut menimbrung.

"Ya kali gue begituan sama monyet, anjing! Heran gue, punya temen kok begonya kebangetan."

Liam yang tak terima balas mengejek, "Begonya murni pemberian Tuhan."

"APA MAU MU!!!" Jeremy menjambak rambut Liam kasar hingga sang empunya mendongak.

"Anjir, berani banget lo jambak gue? Ngajak ribut? Ayo sini ribut? Dimana mau lo? Di lapangan? Di gudang?" Liam mengambil posisi kuda-kuda dengan kedua tangan di depan muka seolah ingin meninju Jeremy, "Hayuk aja gue, dimana pun gue Ladenin!"

"Bisa diam nggak sih, lo?" Brian berujar ketika melihat raut wajah Alsa yang tak bersahabat.

Aksa hanya menatap mereka dengan sorot dingin, tanpa ada niatan untuk menimbrung dengan obrolan mereka. Aksa mengalihkan pandangan hingga tatapannya jatuh pada sosok gadis dengan jepitan biru laut di sisi kiri kepala. Berdiri tak jauh dari mereka, gadis itu berhasil membuat Aksa menatapnya begitu lama.

Nara yang merasakan jika dirinya tengah di tatap Aksa langsung menunduk. Padahal, sudah benar tadi dia di dalam kelas. Tapi, tiga sahabat stresnya malah menyeret Nara ke ruang BK dengan alasan kepo.

"Ehh, ada adik tingkat gue yang cantik, manis, imut-imut. Kenapa, nih?" Jeremy berujar setelah mengetahui arah pandangan Aksa, "Nara cari bang Jemy, ya?"

"Jijik banget gue liat muka lo, Jem!" kata Damian seolah-olah ingin muntah melihat kelakuan Jeremy.

"Nra cari kak Aksa dong, kak!" balas Sherly cepat yang langsung mendapat pelototan tajam dari Nara. Siapa juga yang nyari Aksa? Ogah!

NARAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang