13. Gadis Lucu

91 6 3
                                    

Happy Reading
•••

"Lo kenapa sih, Na? Udah kayak orang kesetanan gitu?" celetuk Sherly heran.

Pasalnya, tidak biasa seorang Kinara sudah mengemasi barang-barangnya sebelum bel pulang berbunyi.

"Nggak usah bacot deh lo. Ini semua gara-gara lo tau, nggak!" balas Nara kesal setengah mati.

"Hellowww, Kinara Zalena Pradipta! Emang gue ngapain, hah?!" kata Sherly mengubah-ubah nama Nara dengan marga Aksa.

"Lo pikir aja sendiri. Pokoknya, semua yang terjadi sekarang itu biang keladinya elo!" sarkas Nara menggebu-gebu.

Sherly mengernyit tak mengerti, gadis berambut sebahu dengan warna sedikit kecoklatan itu menatap Nara kesal. Salah dia apa coba? Perasaan dari tadi, selepas balik menemui Aksa, Nara jadi uring-uringan nggak jelas. Udah mirip banget kayak orang gila, pikir Sherly.

"Wait wait waittt, ada hubungannya sama kak Aksa?"

"Bodo, ah. Jangan sebut nama dia!"

"Heh, oon. Lo tuh kenapa sih? Kalau cewek normal, cuma dikasih liat foto kak Aksa pasti langsung meleleh. Jangan-jangan lo nggak normal, Na!"

"Lo yang nggak normal!" balas Nara ngegas bernada jutek.

"Idihh, teman lo kenapa, Ray?!" Sherly menarik rambut bagian belakang Raya yang duduk di bangku depan bersama Jihan.

"Sherly, lo tuh, ya! Nggak usah jambak kan bisaa," kesal Raya membuat Sherly menyengir kuda.

"ASTAGAAA, SEBUAH KEJADIAN LANGKA SEORANG KINARA ZALENA LAMELA UDAH GENDONG TASNYA SEBELUM BEL PULANG BERBUNYI!" Jihan menutup mulut, takjub. "wow!"

Nara memutar bola mata malas, memang kenapa, sih? Salah ya, beres-beres sebelum bel pulang berbunyi? Lagi pula, jam terakhir di XI IPA 2 kosong. Jadi, bebas dong Nara mau ngapain aja!

"Nara, gimana kalau hari ini kita nonton? Kayaknya seru deh!" Raya bersuara, "Atau kalau enggak, kita shopping atau ke kedai ice cream gitu!"

Nara menggelengkan kepalanya, "Gue nggak bisa. Maaf, ya."

"Yah, Na. Sekali-kali gitu." Jihan menunjukkan raut kecewanya. Tapi, Nara tetap menggeleng. Nara bukan anak dari keluarga ekonomi tinggi seperti mereka bertiga yang bebas menghambur-hamburkan uang. Bahkan, untuk sekedar jalan-jalan saja Nara harus berpikir dua kali.

"BIAR SHERLY AJA YANG TRAKTIR! IYA KAN, SHER?" Jihan  ini, udah minta traktir, ngegas lagi ngomongnya.

"OGAH, ANJIR! LO KATA GUE ATM BERJALAN?" Sherly membalas tak santai, "Lo aja sana yang traktir, lo kan tiap jalan-jalan nggak pernah keluar uang. Selalu kak Brian yang bayarin. Jadi, sekarang lo yang bayarin kita."

"Itu kalau keluar sama dia aja, pinter," kata Jihan.

"Iyaa, tapi kan jalan-jalannya tiap minggu. Nggak bangkrut apa kak Brian?" celetuk Raya.

"Gue juga udah nolak kali, tapi Brian nya aja yang maksa. Dan senang hati gue terima." Jihan membalas dengan mengibaskan rambutnya ke belakang.

"Dih, enak di lo nggak enak di dia." Nara bersuara, membuat Jihan cemberut.

"Tapi kadang gue juga yang bayarin tau." Jihan membela diri.

NARAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang