Happy Reading
•••Juli 2018
Malam itu, hujan turun begitu deras. Langit tengah murung, terbukti dengan kabut tebal dan rintikan lebat yang ia jatuhkan ke atas tanah.
BRAK!
Suara pintu mobil yang di tutup kasar terdengar begitu nyaring. Aksa menerobos derasnya hujan menuju ke arah pintu rumah. Tidak peduli dengan bajunya yang basah dan udara dingin yang semakin terasa menusuk.
Malam ini, entah kenapa rasanya berbeda dengan malam-malam sebelumnya.
"BRENGSEK! DASAR WANITA JALANG, TIDAK TAHU TERIMAKASIH!!!"
Teriakan keras Aditama spontan membuat tubuh Aksa membeku di ambang pintu. Detak jantungnya memompa kencang.
Takut terjadi sesuatu pada sang mama, lelaki itu lantasberlari menuju kamar kedua orang tuanya. Ditendangnya dengan kasar pintu kamar itu, hingga menampakkan bagian dalam kamar yang begitu kacau. Pecahan kaca berceceran dimana-mana.
"MAMA!" Aksa berlari menghampiri Riana yang terduduk lemas di atas lantai. Pada paha mulus wanita itu mengalir cairan merah dengan warna yang begitu pekat. Kondisinya kacau, sangat berantakan dengan rambut acak-acakan, tubuh lebam-lebam dan air mata yang tak berhenti mengalir pada pelupuk matanya.
Aksa mengepalkan kedua tangan kuat-kuat. Gemeletuk kencang terdengar dari rahang tegas lelaki itu. Amarahnya memuncak. "APA YANG ANDA LAKUKAN PADA MAMA SAYA, TUAN ADITAMA?!" gertak Aksa pada Aditama.
"Keluar, Aksa! Ini bukan urusan kamu!" usir Aditama merasa putra pertamanya itu melewati batas yang ia buat.
"Tentu urusan saya. Apapun yang berhubungan dengan mama akan menjadi urusan saya!" Aksa semakin naik pitam.
"Oh, sudah berani melawan saya?" Aditama menunjukkan smirk pada wajahnya. Pria itu mengambil sebuah vas di atas meja, lantas melayangkannya dengan tak berperasaan hingga mengenai pelipis Aksa.
Vas berbahan kaca itu pecah setelah menghantam pelipis Angkasa.
"PAPA!!!" teriak Riana dengan suara bergetar. Air matanyamengalir makin deras ketika melihat pelipis bagian kiri Aksa bocor.
"Ini putramu? lya? Anak kurang ajar, tidak punya sopan santun pada orang tua, bodoh dan hanya bisa menjadi beban keluarga. Menyesal saya tidak menyuruh kamu menggugurkan dia dulu."
Sakit, itu yang dirasakan Aksa ketika mendengar ucapan papanya. Hatinya seperti di tusuk dengan puluhan belati tajam. Tangannya bergerak untuk mengusap aliran darah pada dahinya. Aksa tertawa sumbang.
"Ya, Anda benar, Tuan Aditama. Kenapa saya dibiarkan hidup kalau hanya menjadi beban kalian? Kenapa saya dilahirkan kalau kehadiran saya tidak pernah kalian harapkan? Bunuh saya sekarang! Itukan yang Anda mau dari dulu?"
"Rendahkan nada bicaramu, anak sialan!" sarkas Aditama dengan nada tinggi.
"Ayah yang seharusnya mendukung putranya, tapi ini justru berbalik."
Tawa Aksa berderai, memenuhi kamar mewah milik kedua orang tuanya. "Berbalik menjadi seorang ayah yang ingin membunuh putranya sendiri! Hebat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAKSA
Novela JuvenilMenjadi pacar dadakan dari seorang ketua Gangster terkenal, bagaimana rasanya? Menyenangkan? Oh, tentu tidak. Siapa sangka, berawal dari sebuah tantangan konyol, Kinara justru terjebak dalam hidup seorang Aksara - Ketua Geng Motor Atlaska. Tampan? J...