Happy Reading
•••Hari pembagian rapor tiba. Mungkin, hal itu akan sangat menakutkan seperti momok bagi murid-murid yang kurang pandai seperti Aksa. Bocah kecil yang kini menginjak usia 9 tahun itu masih sering merasa kesulitan dalam belajar. Nilai rapornya juga pas-pasan. Lagi dan lagi, Aksa berada pada urutan 15.
"Papaaa!"
Xavier berlari menghampiri William yang tengah duduk santai di ruang keluarga. Bocah kecil itu lantas naik dalam pangkuan sang papa dan menunjukkan hasil belajarnya selama setahun di kelas 2 SD.
"Papa, Xavier dapat peringkat 3 loh!" katanya semangat seraya menyodorkan rapor merah miliknya.
Aditama tersenyum bangga begitu melihat hasil belajar Xavier, "Wahhh, pandai sekali anak papa. Vier mau hadiah apa, hmm?"
"Vier mau mobil-mobilan yang pakai remote, boleh yaaa?!" Xavier menunjukkan puppy eyes nya pada Aditama, membuat pria itu langsung mencium seluruh wajah anaknya, gemas.
"Boleh dong, mau berapa?"
"Duaaaaa," balas Xavier sambil menunjukkan cengiran diwajahnya.
"Boleh, besok kita beli sama-sama ya?"
Aksa menatap miris ke arah papa dan adik tirinya. Bocah kecil yang baru saja masuk dalam rumahnya bersama Riana itu terus menatap ke arah mereka. Berselang selama hampir 4 tahun, Aksa tidak pernah lagi merasakan pelukan hangat papanya.
Aksa bahkan lupa rasanya kasih sayang seorang ayah. Tidak ada lagi sambutan hangat di pagi hari, tidak ada lagi pelukan sayang, tidak ada lagi perasaan aman karena perlindungan seorang ayah. Aksa tidak tahu apa salahnya, tapi kenapa Aditama begitu membencinya?
Riana mengelus pelan puncak kepala putranya, Aksa nggak mau nunjukin hasil belajar Aksa ke papa?"
Aksa menunduk, lalu menggeleng pelan. "Papa pasti marah kalau tau Aksa nggak masuk sepuluh besar," ucapnya lirih.
Riana ber jongkok di depan Aksa, kemudian tersenyum tipis sambil mengusap wajah putranya yang lesu. "Semua butuh proses nak, suatu saat nanti Aksa pasti bisa kayak Vier. Aksa sudah berusaha. Apapun hasilnya, itu adalah bentuk dari kerja keras kamu."
"Jangan takut, katanya jagoan!" Aksa melebarkan senyumnya mendengar ucapan Riana, "Yaudah, Aksa ke papa dulu ya, Ma!" kata Aksa semangat kemudian berlari ke arah Aditama.
"Papa, coba lihat hasil belajar Aksa!" Aksa menyodorkan rapor miliknya pada Aditama dengan senyum merekah.
Mencebikkan bibirnya kesal, Aditama lantas menarik rapor milik Aksa dengan kasar.
Matanya membola sempurna ketika mengetahui isi rapor sang putra yang berbeda jauh dengan milik Xavier. " Aksa! Kamu itu sebenarnya niat sekolah apa enggak? Apa ini? Bahkan tidak ada angka sembilan dalam rapot kamu!" sentak Aditama. Pria itu melemparkan rapor Aksa pada tempat sampah yang ada di sisi kanannya.
"Anak bodoh! Kamu itu dibesarkan untuk menjadi penerus papa, tapi apa hasilnya? Anak bodoh kayak kamu tidak pantas menjadi pewaris keluarga kita."
"Kamu lihat Xavier? Dia selalu unggul. Tidak seperti kamu anak sialan! Xavier pintar, selalu mendapat posisi tiga besar. Sedangkan, kamu? Kamu bisa apa, hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAKSA
Teen FictionMenjadi pacar dadakan dari seorang ketua Gangster terkenal, bagaimana rasanya? Menyenangkan? Oh, tentu tidak. Siapa sangka, berawal dari sebuah tantangan konyol, Kinara justru terjebak dalam hidup seorang Aksara - Ketua Geng Motor Atlaska. Tampan? J...