21.Cantik

59 6 2
                                    

Happy Reading
•••

"Kinara Zalena Pamela?!"

Gadis dengan surai panjang yang dibiarkan tergerai itu menoleh ketika merasa namanya terpanggil. Seulas senyum tipis terpatri di wajah Nara. Lalu, ia berdiri hendak menghampiri Bu Tari di meja guru.

"Mau ngapain si galak manggil-manggil lo?" Sherly sedikit berbisik pada Nara.

"Nggak tau, minggir lo! Gue mau lewat," balas Nara membuat Sherly langsung mendengus.

"Silahkan, tuan putri!"

Nara hanya terkekeh pelan menanggapi ucapan Sherly yang terdengar sangat terpaksa. Gadis itu lantas menghampiri Bu Tari yang ada di meja guru.

"Iyaa, Bu! Ada apa?" tanya Nara dengan nada sopan.

"Awal tahun nanti akan ada olimpiade kimia tingkat nasional. Dan sekolah kita terpilih untuk mewakili wilayah Jakarta." Bu Tari mengambil napas sejenak sebelum kembali berujar.

"Nara mau bantu sekolah ini untuk maju dalam ajang itu?"

Nara tersenyum simpul, "Emm, saya boleh mikir-mikir dulu, Bu?"

Bu Tari mengangguk pelan menanggapi ucapan Nara, "Segera kabari ibu, ya?! Saya sangat berharap kamu yang akan mewakili SMA Trisatya seperti tahun lalu, boleh ?"

"Diusahakan ibu."

"Tenang aja, Na. Nanti kamu nggak sendiri kok. Galen bakalan jadi partner kerja kamu," tambah Bu Tari membuat Nara kembali mengangguk.

"Iyaa, Bu. Saya permisi," balas Nara kemudian kembali duduk pada bangkunya.

Sudah tidak kaget lagi jika Nara selalu mendengar nama si Ketua OSIS itu disebutkan untuk menjadi partnernya. Sejak awal, Nara dan Galen memang selalu menjadi partner kerja dalam olimpiade.

"Baiklah, pelajaran hari ini cukup. Jangan lupa ker jakan tugas kalian! Minggu depan dikumpulkan!" pamit

Bu Tari lalu pergi keluar kelas.

"NARAAAA!" pekik Jihan kencang membuat seisi kelas langsung menatap ke arahnya.

"Mulut mercon kagak bisa diam lo, yaa?" kesal Praga pada Jihan.

"Terserah gue dong! Mulut-mulut gue!"

"Siapa juga yang bilang mulut Nara!"

"Nggak usah bawa-bawa nama bebeb gue!" timpal Satria sambil mengerlingkan mata pada Nara.

Duduk di depan murid pandai seperti Nara adalah sebuah anugerah bagi dua lelaki yang merupakan bagian dari Atlaska itu. Nggak papa dapat ocehan pedas dari mereka, yang penting contekan lancar mah, okee!

"Haha, emang Nara mau sama jamet kayak lo?" balas Sherly mengejek sambil menyambar lengan Satria.

"Wahh, jan maen-maen jan maen-maen!" balas Satria sambil mengangkat tangannya seperti ular yang siap mematuk mangsanya.

"Heh, ingat, Sat! Dia pacar bos lo. Bos, garis bawahi," Raya ikut bersuara.

"Di depak dari Atlaska baru tau rasa lo!" tambah Jihan.

"Nyenyenyenye," balas Satria mengejek dengan bibir yang dimajukan, "Sekarang dia sama si bos. Tapi, kalau jodohnya sama gue gimana?!"

"Nggak usah mimpi!" kata Raya pedas.

"Eh, acara angkatan tahun ini bakalan di adain di mana?" Praga mengubah pembicaraan jadi serius.

"Tanya sama si Depan sana, dia kan ketua kelas!" timpal Satria.

NARAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang