MAHENDRA ADIPATI WIDJAYA

83 35 9
                                    

Haii!!

Semoga kalian suka ya!

*****

Saat Nadine beranjak di bangku SMP, ia memiliki satu teman baik bernama Calista Gisella Saputri. Semenjak adanya Gisella, Nadhira tidak lagi merasakan kesepian dihidupnya. Ia justru nampak jauh lebih ceria lagi. Setiap pulang sekolah kedua nya selalu bermain bersama. Nadine sudah seperti saudaranya sendiri. Bahkan ia juga sangat disayang oleh ibunda Gisell. 3 tahun berlalu sudah. Nadine dan Gisell bersekolah di SMA Lentera Bangsa.

"Na, pulang sekolah ke rumah gue dulu ya" ucap Gisell dengan merapikan alat tulisnya.

"Emang mami lo masak apa?"

"Masak tumis jamur sama ayam pedas manis kesukaan kita."

Nadine tersenyum senang. "Suka banget deh kalo mami masak ayam." "Makanya, mampir dulu kerumah, biar lo balik ke rumah tinggal tidur, nanti di rumah gue kita kerjain tugas bareng, gimana?"

"Setuju!!" Gisell tersenyum melihat betapa semangatnya Nadine.

Mereka berdua baru saja tiba dirumah Gisell. Rumah megah minimalis berwarna coklat cream. "Mam, liat nih Gisell bawa siapa" ucapnya.

"Bawa anak mami kan?" ucap Rani dari dalam dapur.

"Hallo, mam?" sapa Nadine di dalam dapur.

"Tuhkan bener, anak mami yang dateng" Rani memeluk dan mencium kening Nadine lembut.

"Iya mam, Gisell ajak Nadine tadi, katanya mami masak makanan kesukaan kita berdua."

"Iya, mami bilang ke Gisell buat ajak kamu makan disini sepulang sekolah, soalnya mami emang niat mau masakin makanan kesukaan kalian."

"Aaaa, makasih banyak ya mam, Nadine beruntung banget punya temen kaya Gisell jadi Nadine bisa ngerasain kasih sayang seorang ibu" ucap Nadine dalam dekapan Rani. Gisell melihat itu di depan pintu dapur.

"Mami gue kan mami lo juga, Na" ucap Gisell dengan sedekap tangan.

"Sini, Sell. Gue mau peluk lo sama mami" Gisell berjalan mendekati Nadine dan maminya, mereka berpelukan hangat. Melepaskan rasa kasih sayang yang setulus-tulusnya.

Nadine sudah ada dirumah, ia berjalan menuju kamarnya. Setiap hari rumahnya selalu sepi. Kedua orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaanya, tak ada waktu untuk dirinya. Sejak kecil nadine hidup bersama seorang pembantu, sekaligus babysister untuknya. Ia selalu diantar jemput oleh supir pribadinya.

Tokk Tokk Tokk

"Non, mau bibi masakin apa malam ini?" ucap Bi Murni dari luar kamarnya.

Ceklekk!

"Kenapa, bi?"

"Non mau makan apa nanti malam?"

"Engga bi, Nadine udah makan."

"Makan dimana, Non?"

"Tadi di rumah Gisell, bi."

"Ohh neng Gisell, yaudah. Kalo Non laper mau makan lagi bilang bibi ya"

"Siapp bibi cantikk."

"Non ini bisa aja" bi Murni terkekeh kecil.

"Hehe, Yaudah gih bi, istirahat aja."

"Iya, non juga istirahat ya, bibi ke kamar dulu."

"Iya bi."

°°°°°

Di pagi hari, Nadine sudah rapi dengan seragam sekolah nya. Ia tersenyum saat melihat dirinya beberapa kali di cermin. Tak menyangka bahwa dirinya dilahirkan secantik ini. Nadine pun turun ke bawah untuk sarapan.

"Tumben, mama-papa jam segini masih dirumah" sapa Nadine yang sedang menuruni tangga.

"Ini juga papa udah mau jalan ke kantor," ucap Rafli.

"Sibuk banget ya, Pa?" Nadhira duduk dan langsung memakan roti yang telah bibinya siapkan. Setelah usai memakan roti, Nadine bersiap berangkat.

"Papa berangkat dulu ya sayang, kamu dianter pak Ozi aja ya" pamit Rafli kepada Nadine.

"Belajar yang rajin ya, sayang?" Rafli mengusap kepala Nadine dengan lembut.

"Iyaa," Nadhira menghampiri mamanya yang sedang melakukan zoom dan mencium tangan nya serta berpamitan untuk bersekolah.

"Hati-hati ya, Dine." Bunga mengantarkan Nadine sampai pintu rumah.

"Iya."

Suasana hening menyelimuti perjalanan Nadine dan supirnya menuju sekolah. Nadine pun membuka suara.

"Pak ozi, nanti Nadine pulang sendiri aja" ucapnya.

"Yakin, Non. Pulang sama siapa, Non?" tanya pak Ozi.

"Iyaa, pulang sama temen."

"Yasudah, hati-hati ya Non." ucap pak Ozi. Dan tak lama kemudian Nadine pun sampai pada sekolah nya. Ia pun turun dari mobil.

Di kelas X IPA 3 sudah cukup ramai dengan kehadiran para siswa-siswi. Kedua teman Nadine pun sudah ada di dalam kelas. Nadine memperhatikan Metha yang sedang merapihkan meja guru.

"Main hp mulu" tegur Nadine pada Aira.

"Lagi liat pacar gue, Nad" ucap Aira membuat Gisell mendekat ke arah nya.

"Ka Raka?" tanya Gisell.

"Iya lah."

"Emang paling bucin deh disini" ujar Metha membuat Nadine tertawa kecil.

"Anjir!!!" teriak Aira membuat Nadine dan Gisell terkejut.

"Lo ih! jangan teriak gitu, masih pagi ntar kena omel sama yang lain" jelas Nadine.

"Hehe kaget gue, maaf ya, Na" jawab Aira dengan cengiran khas nya.

Di kelas XI IPA 3, suasana kelas semakin ricuh. Ada sekelompok siswa yang tidur, ada juga yang sedang menonton film, dan ada juga yang berjoget ala tiktok.

"Guru woii, ada guru!!" teriak Pasha, selaku ketua kelas.

"Selamat pagi, anak-anak," sapa wali kelas XI IPA 3 sembari berjalan menuju papan tulis.

"PAGI BU!!!" balas anak-anak serentak.

"Pagi ini kita akan praktek langsung ke lab kimia, ibu tunggu di lab kimia 1 ya" Bu guru killer kimia itu pun melenggang pergi meninggalkan kelas.

Gue, Mahendra Adipati Widjaya. Anak sulung dari seorang pengusaha terkaya. Abraham Raga Widjaya, ayah Mahen. Dan Citra Kiranti, ibundanya. Mahen terdiri dari dua bersaudara, ia memiliki seorang adik yang bernama Zelatan Ibrahim Widjaya.

Mahen juga merupakan seorang Ketua dari gengmotor, yang bernama Lionroars. Wakilnya bernama Reygan Atthalla Vincent Abbasy. Lionroars memiliki 100 orang lebih anggota, berasal dari kelas 10,11, dan 12. Namun anggota inti nya hanya 7orang saja.

"Ganteng banget!"

"Pengen deh jadi pacarnya."

"Mahen! gue ikut pulang bareng ya" ucap Serra percaya diri.

"Centil amat, lo!" ucap Cakra.

"Apaansih, biarin dong" balas Serra. Ketujuh laki-laki itu berjalan pergi meninggalkan Serra.

"Ihh, Mahen!"

"Gue mau cabut aja, males gue praktek" ucapnya dengan singkat. Mahen berjalan pergi meninggalkan kelas, namun bukan untuk menuju ruang lab ia justru menuju roftop tempatnya bolos.

"Woi, mau pada kemana?" tanya Arga.

"Roftop, ikut?" tanya Raka.

"Ngga, gue mau ke lab aja" sambung Arga.

Ketujuh pria tampan ini memanglah siswa nakal di SMA ini. Namun, tak ada satu pun guru atau murid lainnya yang berani memarahinya. Walaupun Mahen sangat nakal namun, ia tetaplah siswa pandai di SMA ini. Dan sekolah ini adalah milik orang tua Mahen.

MAHENDRA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang