PERTEMUAN PERTAMA

52 31 10
                                    

Mahendra Adipati Widjaya merupakan seseorang yang sangat berpengaruh di SMA Lentera Bangsa. Mahen duduk di pojok perpustakaan, ia melihat seorang gadis tengah duduk bersandar dengan memakai earphone. Gadis itu kembali berjalan untuk mencari buku. Mahen sudah hampir menghabiskan setengsh bacaan bukunya. Dirinya memang suka membaca buku, namun tergantung pada niatnya. Mahen menatap ke sekelilingnya mencari gadis yang ia lihat beberapa jam lalu. Ia baru sadar bahwa dirinya sudah melewatkan 2jam pelajaran.

Mahen menutup bukunya dan meletakannya kembali di rak sebelum berjalan ke luar perpustakaan. Mahen berjalan menuju kelasnya untuk mengikuti jam pelajaran berikutnya. Tetapi ketika ia hampir melewati koridor, terdengar suara makian tajam dan kata-kata menghardik yang membuat Mahen kebingungan.

Mahen melihat seorang laki-laki bertubuh tinggi itu sedang memaki ke arah seorang gadis, wajahnya memerah menegaskan amarahnya. Ia melontarkan kata-kata makian membuat gadis di hadapan nya semakin bergetar. "Buta, lo?! jalan tuh yang bener, punya mata kan? dipake dong matanya, dasar tolol!!".

Sebelum laki-laki itu melayangkan pukulan kepada gadis itu, Nadine sudah lebih dulu berlari untuk menghadang tepat dihadapan laki-laki bertubuh besar dan tinggi itu. Nadine menatap laki-laki itu dengan bahu yang tegak, dagunya di angkat tinggi, serta kedua pasang mata nya yang menatap penuh amarah.

Walaupun tubuhnya lebih kecil dan pendek dari laki-laki itu, tetapi ia tidak takut. "Jangan berani-berani nya main kekerasan sama cewe," desis Nadine, tajam dan menusuk.

"Siapa, lo?" laki-laki itu menatap remeh di depan wajah Nadine.

"Pergi, lo! gue bisa aja laporin masalah ini ke bk!" Nadine menarik sedikit sudut mulutnya. Gadis itu masih diam, ia berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Berani banget lo ngatur-ngatur gue? lo ngga tau siapa gue?"

"Kalo lo ngga mau masalah ini sampe ke bk, lo harus minta maaf. Minta maaf sekarang!" perintahnya tegas. Laki-laki itu mendecih meremehkan Nadine.

"Ngga akan." Ucapnya dengan senyuman mengejek. "Kecuali, dia harus jadi babu gue sebulan."

Amarah Nadine semakin memuncak sampai dada, ia sangat ingin menerjang laki-laki sialan dihadapannya. Namun, gadis yang masih ada di belakangnya menarik dirinya mundur.

"Jangan," bisik gadis itu, ia mencengkram kuat lengan Nadine. Ia ketakutan. "Ayo kita pergi, please."

Nadine menatap wajah gadis itu. Ia menarik gadis itu untuk pergi bersamanya. Dirinya tidak menyadari ada seseorang yang memperhatikannya dari ujung koridor. Belum sempat Nadine bertanya bagaimana keadaan dan siapa namanya, gadis itu justru berlari pergi menjauh meninggalkan Nadine. "Hey! Kita belum berkenalan!".

"Namanya Chika."

Nadine terlonjak kaget ketika tiba-tiba ada seseorang yang berbicara padanya dan ketika ia menoleh, di sampingnya sudah ada seorang laki-laki yang tak asing baginya. Nadine terus menatap tajam ke arah laki-laki itu.

"Cewe tadi," kata Mahen mengulang kembali ucapannya. "Namanya Chika."

"Dan laki-laki tadi, namanya Diego" lanjut Mahen. "Lo, udah cari masalah sama dia, berarti lo harus siap kedepannya kalo hidup lo ngga akan tenang."

'FUCK'

Nadine mengumpat dalam hati, dan tidak menanggapi ucapan laki-laki disampingnya. Tentu saja Diego tidak akan diam atas perbuatan gadis ini kepadanya. Mahen terkekeh.

"Tapi, yang barusan keren juga," kata Mahen, tersenyum kecil saat Nadine menatapnya dengan pandangan heran. "Belum pernah ada cewe, yang berani sama dia."

"Terus? ngapain lo masih disini?" tuntut Nadine.

"Kalo lo, mau ngapain?" tanya balik Mahen membuat Nadine semakin bingung. "Lo mau dia minta maaf kan?" Nadine mendengus kesal.

MAHENDRA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang