Gila

2.2K 156 37
                                    

Enjoy~~~



Sejak kejadian beberapa minggu lalu saat Makoto menyelamatkan seseorang yang hampir bunuh diri di atas jembatan kini ia selalu merasa diikuti dan diamati oleh sesuatu. Tidak ingin negatif thinking, Makoto menyakinkan dirinya jika itu hanya perasaannya saja yang berlebihan. 

Tapi pagi ini satu sosok aneh yang membuat Makoto takut, pria yg berdiri di luar kafe tempat kerjanya. Pria itu memakai hoodie hitam, kulitnya pucat dengan sorotan  matanya yang mengintimidasi, bibir keringnya terlihat seperti mengucapkan rapalan mantra. Entah ini perasaan Makoto saja atau memang pria itu tengah menatapnya sedari tadi?. 

Setelah kafe dirasa sepi, pria itu melangkah masuk ke dalam kafe, Makoto bisa melihat dengan jelas kantung mata yang menghiasi mata dingin itu. 

"K - kopi satu" Suara pria itu terdengar pelan dan serak. 

"Pakai gula ?," Tanya Gin. 

Pria itu hanya memberikan anggukan, lalu matanya kembali mengedar ke sekililing ruangan. Pandangannya terhenti dan tertuju pada Makoto yang tengah membersihkan meja. 

"Hey, " Suara Gin memecahkan lamunannya dan pandangannya kembali terarah ke pria berambut coklat itu. 

"Liat apa lu?, " Ucap Gin dengan tatapan kesal pada pria pucat di depannya, pasalnya sedari tadi dia memanggil namun pria didepannya tidak bergeming sama sekali. Pria itu tidak menjawab dia malah mengeluarkan beberapa lembar uangnya

"Kelebihan, " Ucap Gin sambil menyodorkan kopi dan mengambil lembaran uang dari pria tersebut. 

Mata dingin pria itu menatap tak suka pada Gin, dia mengambil cepat kopi yang di sodorkan Gin dan langsung pergi dari sana tanpa menunggu kembalian. Punggung pria itu mulai menghilang dari balik pintu. 

"Liatin apa lu?," Tanya Makoto pada Gin karena sedari tadi temannya hanya menatap kosong pada pintu kafe. 

"Ada orang engga bener yang liatin lu daritadi"

"Oh ya? , " Jawab Makoto yang terlihat biasa saja, membuat Gin menaikan alisnya bingung dengan partnernya yang selalu positif thinking tapi ini bukan waktunya untuk itu. 

"Lu kok biasa aja sih anjir, kalo dia ada niat buruk semisal memperkaos lu gimana?"

Reflek Makoto memukul pelan mulut Gin. “eh eh muncung kau ya, astagfirullah," Ucap Makoto tapi ia tiba-tiba berlari ke arah kamar mandi setelah memukul mulut temannya karena sebuah panggilan alam sudah memanggilnya. 

Jam bekerja telah usai, Gin sudah pulang duluan karena dia harus mampir ke sebuah toko untuk membeli sesuatu, takut tutup katanya. Pemuda rambut putih itu pulang sendirian, tidak ada yang aneh sama sekali, bahkan semuanya terasa seperti normal.

Besoknya Makoto berangkat kerja seperti biasa, saat sampai di kafe. Kafe masih terkunci. ah biasanya Gin yang datang duluan. 

"Tumben dia engga dateng cepet, " Ucap Makoto sambil membuka kunci pintu kafe dan berjalan ke ruang ganti lalu berganti baju seperti biasa. Ia mulai mengerjakan beberapa pekerjaan ringan sambil menunggu jam buka cafe seperti menyapu dan menata beberapa gelas. 

Sudah pukul 8 lewat, batang hidung temannya belum terlihat sama sekali. Kafe harusnya sudah dibuka tapi ia masih menutupnya. Makoto berulang kali menelfon dan mengirim pesan teks ke Gin. 

“engga biasanya Gin terlambat bangun kecuali dia war barang Shopee,” fikir Makoto mengingat Gin selalu datang lebih awal darinya katanya sih biar bisa menjahili anak sekolah yang lewat di depan cafe. 

Sudah jam 9, mau tak mau Makoto harus membuka kafe tanpa partnernya. Setiap ada waktu luang, Makoto masih mencoba menghubungi Gin.  Jam menunjukkan pukul 12 siang tapi Makoto tidak kunjung mendapat kabar dari Gin. 

Halu BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang