Obat

1.8K 134 22
                                    

Enjoy~~
(Radak panjang, kencangkan sabuk pengaman kalian ya...)





“Kamu anak tidak berguna! Tidak tau berterimakasih! Mati saja kamu!" sosok wanita memukuli bocah laki-laki berumur 10 tahun yang sedang meringkuk kedinginan.

"Mama, maaf-"

Bugh Brak

Wanita itu melempar anaknya hingga menabrak meja di belakangnya. 

"Arghh" ringisnya ketika menabrak ujung lancip meja kayu tersebut. Anak itu meringis dan berusaha untuk bangkit. 

"Siti hentikan! Kamu apakan anak saya?!" teriak pria ber jas hitam dengan nada marah.

"Dia sudah mempermalukanku di depan semua orang! Dia menemuiku dengan wajah jeleknya! Aku tidak sudi menganggapnya sebagai anak!" teriak wanita itu dengan keras.

Anak kecil yang tidak tahu apapun itu hanya bisa meringkuk, menyaksikan perdebatan kedua orangtuanya. Ia hanya bisa mengeluarkan air mata. 

"Tidak harus sampai seperti ini Siti! Dia anak kita! Sadar Siti!"

"Dia bukan anakku!"

Jleb

Wanita itu menancapkan pisau kecilnya tepat di dada kiri suaminya.

Anak kecil berumur 10 tahun itu membelalak terkejut.  

"PAPAAA"

huh? Ah, dia bermimpi lagi. Mimpi yang sama setelah sepuluh tahun dia kehilangan ayahnya di depan matanya sendiri.

"Ini udah sepuluh tahun, papa. Maafkan Makomi" Makomi memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. 

Dia memiliki sedikit trauma dimasa lalunya, setiap dia terbangun dari mimpi itu, entah kenapa kepalanya akan terasa nyeri. Makomi menetralkan detak jantungnya, kemudian beranjak dari tempat tidur untuk mengambil minuman agar sedikit merasa tenang.













"Woi Makomi! Etdah bro lemes kali pagi-pagi" sapa sobatnya dengan ceria.

"Gue lagi ngga mood berantem ya gil" sahut Makomi lemas, Agil tertawa kecil.

"Siapa yang ngajak lo berantem bego. Gue nanya baik-baik juga. Mimpi lagi?" jawab Agil diakhiri dengan pertanyaan.

Makomi hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dibalik tingkah laku Agil yang bikin elus dada satu kanpol atau membuat migren Airuma. 

Tapi bagi Makomi anomali satu itu adalah teman dan partner terbaiknya meskipun Makomi tidak mau mengakuinya secara langsung. Mungkin hanya Agil yang dipercayai Makomi  saat ia bercerita tentang trauma dimasa lalunya. 

"Lo terlalu banyak ngerasa bersalah sih Makomi, ayah lo kan udah bilang kalo ini semua bukan salah lo, " Ucap Agil sambil mengecek lembar laporan. Makomi hanya mengusap wajahnya dengan kasar sambil menarik nafas kasar. 

Agil yang menyadari jika kawannya hari ini sedang di mood buruk. Ia meletakkan lembaran laporan itu ke meja lalu merangkul bahu Makomi. 

“Ke Uwu Cafe yok? , gue traktir dah. Sekalian gue mau ketemu ayang beb Makoto disana ehehe. Dah jangan galau lu. ” 

Belum sempat menjawab, Agil telah menarik Makomi terlebih dahulu sebelum orang tua itu protes karena akan menjadi nyamuk disana. Makomi hanya menghela nafasnya lelah dan mengikuti anomali itu. 
















Uwu Cafe hari ini sangat ramai oleh warga Tokyovers, ada yang bermain slengkat-slengkatan dihalaman cafe atau beberapa bendera fraksi sedang membahas sesuatu di bawah gedung yang tidak terpakai disana. 

Halu BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang