Ternyata?

1.5K 122 29
                                    

Enjoy~~
(Siapkan kaca mata dulu ges)

Tokyovers adalah sebuah kota yang modern seperti kota umumnya tapi orang orang hebat dan jenius terlahir dari kota ini. Beberapa sekolah elit dengan pendidikan yang terbaik menjadi incaran semua para orang tua. Bahkan orang tua dari negeri lain berbondong-bondong untuk menyekolahkan anak mereka ke sekolah yang berada di kota tersebut. 

Salah satu sekolah terkenal yang memenangkan awards tiga kali berturut-turut untuk sekolah tebaik dalam tingkat nasional, Tokyo Noir School. Pendiri sekolah itu adalah orang terkenal yang bernama Rion Kenzo dengan istrinya Caine Chana. 

Seorang pemuda berambut coklat bernama Gin adalah anak pertama dari pasangan RionCaine. Ia mendedikasikan dirinya untuk mengajar di sekolah milik papinya. 

Beberapa hari terakhir ini Gin sering melamun, bahkan saat mengajar di kelas dia kehilangan fokusnya. Padahal dia mengajar siswa tingkat akhir yang sebentar lagi hilang dari pandangannya. Ada apa sebenarnya?

PLAK-

Rekan sesama gurunya, Echi menampar punggung Gin dengan tumpukan kertas yang dia bawa. Sakit? tentu, tapi bukannya mengerang atau marah ataupun menampar balik Echi, Gin malah melanjutkan jalannya yang entah kemana. Sungguh bukan Gin yang biasanya.

Gin sampai di ruang konseling, selain menjadi guru bidang studi, dia juga menjabat sebagai guru konseling/ BK. Gin ingin mengistirahatkan pikirannya, jam istirahat biasanya tidak ada yang masuk jadi Gin merebahkan dirinya ke sofa yang ada disana.

"TANGAN KOSONG KALO BERANI!!!" teriak seseorang dari luar

"UDAH DIBILANGIN BUKAN GUE ANJING”

"TRUS SIAPA, ELO?”

"YATUHAN GUE CUMA NUMPANG LEWAT”

Gin sepertinya salah tempat untuk sendiri, ia seharusnya memilih untuk ke perpustakaan saja. Dia berdiri dan mencari asal teriakan itu. ternyata ditaman belakang ada yang sedang ribut. Gin mengenal mereka bertiga, Makoto, Riji, dan Krow. Biasa langganan panggilan.

Awalnya sih Gin diam dan membiarkan mereka, tapi lama kelamaan kok semakin ngelunjak? Suara mereka bahkan seperti orang satu RT. Berisik. Membuat kepala Gin yang awalnya dingin mendadak panas. Ia akhirnya membuka jendela dan berteriak. 

"KALIAN BERTIGA MAU SAYA PANGGIL ORANG TUANYA? IYA?"

"Ya allah pak. Ampun, saya cuma lewat doang" jawab Riji takut-takut

"Dia ngomongin saya di ayunan pak!" ucap Krow

"Sumpah bukan gue, sialan!" balas Makoto

Bukannya ketenangan yang Gin dapat, dia malah dipusingkan dengan hal lain. Gin menutup kembali jendela itu dan menghelang nafas kasar. Pikirannya kembali saat ia bercakapan dengan maminya tentang sesuatu.

"Minggu depan ada pertemuan sama keluarga mereka, kalo kamu kali ini tetep ga bawa gandengan, kita bakal jodohin kamu sama anaknya, ngerti?!"

Gin cuma nurut "Iya"













Bel pulang sudah berbunyi dari satu jam yang lalu. Gin masih kalut dengan pikirannya, dia malas pulang karena pasti mereka nagih-nagih minta menantu. Ya iya lah udah berumur gitu masih single aja. 

Seseorang tiba-tiba membuka pintu ruang konseling, itu Riji.

"Eh pak Gin, maaf saya gatau ada orang di dalem"

"Ada apa?" tanya Gin

"Anu pak, diluar hujan, hp saya lowbatt mau pesen grab, jadi mau numpang ngecharge dulu di ruang bapak, " Jawab Riji dengan cengiran khasnya. 

Halu BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang