Takdir

1.1K 79 48
                                    

Enjoy~~













Setiap manusia memiliki takdir yang berbeda-beda, ada yang baik atau buruk, beruntung atau tidak beruntung, mati dan hidup. Siapa kita yang bisa mengubah takdir ? Tidak, kita tidak bisa mengubahnya.

Pernyataan itu memang benar jika kita berbicara dikehidupan nyata tapi kita membicarakan takdir seseorang di tempat lain, apa jawabannya? Tentu saja kita bisa melakukannya.

Seorang pemuda terlihat berlari menelusuri area hutan,  ia menguntuki dirinya sendiri akan kesalahan yang telah diambilnya. Sepanjang perjalanan hanya pohon yang menjulang tinggitinggi,  menambah hawa mencengkam.

“LARI! LARI SAYANG..! SELAMATKAN DIRIMU!. ”

Teriakan seseorang dari belakang untuk menyemangati pemuda itu agar terus berlari sampai keluar hutan. Makoto berlari dengan air mata yang membanjiri wajahnya, menetes membasahi setiap jejak kakinya diatas tanah.

“Tolong siapapun yang mendengar ku!, “ Teriak Makoto, tidak peduli bagaimanapun cara ia merusak pita suaranya dengan berteriak terus-menerus. Seakan dirinya sudah tidak di anggap lagi di dunia.

Kabut putih yang sedikit tebal muncul perlahan seperti membawa Makoto ke dimensi lain. Apakah ini ilusi atau nyata? . Pemuda itu duduk di pinggir sungai karena kekuatan kakinya yang mulai melemah, rambut putihnya terlihat berantakan serta wajah cemong terkena debu. Baju coklatnya terlihat kotor.

Ia mendekatkan dirinya ke tepi sungai dan mengambil air yang terlihat segar itu untuk membasuh wajahnya. Sekaligus untuk memenangkan pikirannya dari terror itu, Tapi sebuah tangan dengan kuku hitam yang tajam seperti mampu menggorok leher siapapun. Menarik pundak Makoto hingga seluruh kepalanya masuk kedalam air.

Makoto memberontak, berteriak didalam air. Dia berusaha menarik dirinya untuk bisa lepas dari tangan yang terus memaksanya masuk kedalam air lagi. Dengan menggerakan kekuatan yang tersisa, ia berhasil menarik dirinya hingga terpental kebelakang. Bukannya tanah yang seharusnya menghantam punggungnya melainkan kasur yang empuk.

Pemuda berambut putih itu membuka matanya dengan cepat. Ia duduk di kasur, pandanganya bergetar karena rasa takut dan juga gelisah. Mengetahui keberadaannya ada dimana. “K-kenapa aku disini lagi?.“

Sebuah kamar yang luas dengan nuansa gelap, diterangi oleh cahaya dari lilin merah yang di nyalahkan. Terdengar pula suara dari ranting kayu kering diluar jendela karena tiupan angin, Seakan-akan membuat ranting itu hidup dan dapat menggores siapapun yang mendekat.

Makoto segera turun dari tempat tidur untuk berlari kembali menuruni tangga yang dilapisi oleh karpet merah, khas seperti dalam kerajaan.

“Apakah kamu tidak puas berlari seharian ini?. “

Pertanyaan yang terlontar itu membuat langkah sang pemuda terhenti, Makoto membalikkan tubuhnya kearah belakang untuk melihat siapa pemilik suara tersebut. Terlihat seorang pria berambut hitam dengan tato diwajahnya, tengah duduk dengan santai disalah satu dari tiga singgasana disana.

“Kamu memiliki tenaga yang banyak ya? Sayang sekali jika digunakan untuk lari sepanjang hari, lebih menyenangkan digunakan untuk melakukan hal lain“ Ucap Riji dengan senyuman.

Makoto menggelengkan kepala, ia melangkah mundur dan terhenti saat Makoto merasa punggungnya menabrak seseorang dibelakang. Reflek Makoto berbalik arah dengan cepat dan melihat pemuda lainnya, berdiri dibelakangnya.

“Manis sekali melihat mu ketakutan seperti ini, aku akan menikmati pemandangan ini sepanjang hari“ Ucap Agil sambil mengusap dagu pemuda didepannya dengan lembut.

Makoto menepis tangan itu dan berjalan mundur untuk menjaga jarak, “Kenapa kalian membawa ku kesini?. “

“Kenapa kami membawa mu kesini? Hmm.. Beri aku waktu untuk mengingat alasannya, “ Ucap Riji dengan jarinya yang berada di dagunya, seperti sedang mengingat sesuatu.

Halu BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang