Meet

2.3K 184 1
                                    

*****

Walaupun harga diri Vele sudah terinjak-injak oleh Letesia, Vele tetap mengambil koin emas dari tangan mulus Letesia. Hingga Letesia paham, didunia ini memang banyak orang yang sangat gila uang dan harta. Namun pemikiran Letesia salah, karena beberapa saat kemudian Vele menghempaskan koin itu dibawah kaki Letesia.

Mata Obe melotot saat Vele membalas penghinaan Letesia. "Paijo.. dirimu harus lebih bersikap lembut pada perempuan cantik itu.." bisik Obe ditelinga Vele.

Vele menatap nyalang sahabatnya ini. Untuk Letesia Vele tidak akan bisa bersikap lemah lembut. Dia pikir kecantikan selalu bisa memihaknya? Bagi Vele tidak! keberanian protagonis wanita ini justru bentuk dari kebodohan Letesia.

Letesia menahan nafasnya saat koin-koin itu dihempaskan dibawah kakinya, dirinya menahan segala malu dan amarahnya. Dia harus mempertahankan kesabarannya.

"Ini bukan masalah tentang uang, Wanita sok baik." desis Vele. "ini mengenai etika yang sangat buruk." Kesabaran Vele sangat terkuras menghadapi wanita bodoh yang naif ini.

Vele segera melepaskan tangannya dari anak kecil itu, dirinya segera pergi meninggalkan tempat itu.

Obe masih terdiam ditempatnya. Mendengar ucapan Vele, dirinya mulai paham. Anak ini sudah menjadi pencuri sejak kecil. ini akan membentuk moral yang buruk. Apalagi melihat Letesia yang bersikeras untuk tidak menghakimi anak ini membuat Obe seketika kecewa. Gadis itu masih sangat polos..

"Nona.. secara tidak langsung anda telah membuat anak kecil ini beranggapan bahwa mencuri bukanlah hal yang salah dan bisa dimaafkan..tapi jik-.."

"anda adalah temannya sesama prajurit, tuan pasti akan membelanya.."

Obe menjadi jengkel pada Letesia. Wanita yang baru saja ia cintai tapi tidak bisa menghargai orang lain. Obe sangat tidak senang jika ada orang yang selalu memotong ucapannya. Tapi justru sekarang hatinya yang sedang kasmaran langsung patah hati.

"Kau tidak tahu bagaimana dunia ini bekerja, Letesia.." hilang sudah kesopanan Obe pada wanita cantik ini. "Kebaikan dan kedunguan itu selalu beriringan, karena kebodohanmu itu bisa membuat orang lain sengsara." Seperti inilah Obe, mulutnya akan menjadi pedas saat mengkritik sesuatu.

"Apa tuan prajurit ini juga menyalahkanku, seperti temanmu?" Hati Letesia sakit mendapatkan penghinaan dari Vele, dan sekarang ditambah dengan sahabatnya. "semua orang berhak mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki keburukannya"

Obe menekan rahangnya, menahan dirinya agar tidak memaki wanita cantik ini. Lagipula dia juga tidak mau masalah ini semakin panjang dan harus berhadapan dengan keluarga Duke Weves. Obe berbalik meninggalkan Letesia dan anak itu. Dirinya segera menyusul sahabatnya.

Semua orang juga ikut bubar. Mereka juga tidak ingin ikut campur masalah anak kecil itu.

Letesia menghela nafas. Dia tersenyum melihat anak kecil yang masih terus mengelap air matanya.

"Nama kamu siapa?" Tangannya mengelus pucuk kepala anak kecil itu.

"Cleir."

Tangan halus milik Letesia menghapus air mata anak itu. Dia kasihan melihat anak ini. Walaupun saat dulu dia pernah menderita, tapi dia akhirnya mendapatkan keluarga yang begitu menyayanginya. 

"Dimana rumahmu?"

Letesia dan anak kecil itu menuju tempat tinggal Cleir, disana hanya ada satu gubuk yang sudah reot. Bau tidak sedap tercium melalui indranya saat mulai memasuki gubuk. Namun sebisa mungkin dia menahannya agar tidak menyinggung tuan rumah.

"Cleir.. kau sudah pulang?" ucap wanita tua yang hanya bisa tertidur diranjang. Letesia meringis melihat ini.

"Ibu.. maafkan aku tidak bisa membawa obat untukmu" anak itu menangis lagi.

Hide n SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang