If Vele wasn't dead 1

2K 196 32
                                    

Sorry typo

******

"Leo... Vele selalu mencintaimu." Suara Veel terdengar sangat parau dan lemah ditelinga Leo. Perasaan bahagia, lega, dan sedih bercampur.  Cukup lama Vele tidak berbicara lagi. Merasa perasaannya tidak nyaman, Leo mendongak untuk menatap istrinya yang terpejam.. Khawatir mulai melanda, Leo sedikit mengguncang tubuh Vele.

"Vele.." panggilnya pelan. Leo begitu takut dengan apa yang dipikirkan.. "Vele..." lagi.

"Diamlah.. tubuhku terasa remuk." Kekhawatiran Leo membuncah, namun dia tidak bisa untuk tidak tersenyum.. Dia takut sekali jika Vele nya tidak bangun lagi..

"Aku akan segera memanggilkan tabib.." Leo menghambur keluar, dia segera mendapati tabib yang berjalan menuju ruangannya..

"Dia sudah sadar, cepat lakukan sesuatu."

"Baik tuan.." Leo membuntuti tabib dari belakang. Perasaannya terus berdebar, mengamati tabib yang memeriksa kondisi Vele..

"Apa kau akan terus diam disana? Ambilkan aku makanan, aku sudah sangat lapar." Vele berbicara dengan mata yang masih terpejam. Dulu jiwanya adalah tuan mafia yang kaya raya, dan dia terbiasa dilayani.. Jadi, mumpung Leo masih dalam mode gilanya, Vele akan menikmati ini untuk dirinya. Anggap ini ajang balas dendam pemilik tubuh pada suaminya.

"Akan aku ambilkan.." Kesenangan Leo tiba-tiba merayap naik lagi, mendengar suara istrinya.

Tabib seperti melihat aura baru dari Leo.. Kemarin pria itu begitu suram, namun sekarang dia sangat bersemangat bahkan dalam berkata.

Saat Leo didapur, para pekerja dan koki menatap takut-takut. Ada ketegangan udara disana. Mereka sangat tahu tempramen tuan muda sangat buruk, sehingga mereka hanya bisa untuk menahan diri. Tentu mereka sangat terkejut, ini adalah pertama kalinya tuan muda bungsu menginjakkan kakinya di dapur, tempat paling kotor dalam rumah. Mereka bertanya, kenapa dan butuh apa. Leo hanya menjawab, bahkan saat mereka menawarkan bantuan.. Leo menolaknya.. Tentu saja, hal-hal baru ini sedikit mengganggu mereka.

Karena ini sudah lewat jam makan, tentu makanan yang telah dimasak masih ada sisa. Karena yang didalam rumah hanya Leo dan Letesia.. koki hanya memasak yang diinginkan Letesia. Leo menolak saat diajak untuk sarapan.. Leo menyuruh koki memasak makanan baru, tentu itu lama. Leo bahkan mulai tidak sabar, Akhirnya Leo turun tangan membantu koki memasak.. Dia khawatir istrinya yang sudah kelaparan karena perempuan itu belum makan apapun sejak dua hari yang lalu..

Leo sudah menyajikan makanannya kedalam troli, dan tidak bisa untuk tidak memuji dirinya sendiri untuk pengalaman pertama ini. "Wah.. Aku memang selalu hebat dalam hal apapun." Dia sangat puas melihat makanan.

Setelah kepergian Leo, pun semua orang didapur masih terbengong-bengong.

Saat menuju keruangan, Leo melihat Letesia yang juga akan ke dalam ruangannya, namun gerakan mengendap-endap itu membuat Leo menjadi curiga, Leo menatap tidak suka.

Leo berjalan cepat, pun suara roda troli ikut mengeras. Letesia tersentak saat dirinya memalingkan wajahnya kebelakang. Disana sudah ada Leo dengan raut geram..

"Le-Leo.." Sedikit gugup, saat mendapati tatapan tajam dari Leo. Letesia sebenarnya ingin melihat apa yang terjadi didalam sana. Dia penasaran tabib berkali-kali balik keruang kerja Leo. Tepatnya dia ingin mencari tahu tentang prajurit hitam itu.

"Mau apa kau?" tanya Leo dengan malas.

"A-ak-ku dengar p-p-prajurit kerajaan terluka, dan kau membawanya kesini. Aku ingin tahu ka-.."

"Sudah sana kembali kau. Sibuk sekali ingin tahu urusan orang lain." Letesia menciut, rasanya dia ingin menangis. Kata-kata Leo terdengar kasar ditelinganya. Dia tidak bisa terbiasa. Perasaan benci mulai menghinggap dihatinya yang suci. Letesia mulai membentuk kebencian pada prajurit hitam kerajaan. Dia akan segera melaporkan prajurit itu pada putra mahkota. Dia hanya seorang prajurit, tapi prajurit itu bertindak semena-mena pada peraturan istana.

Leo mengabaikan Letesia, berjalan tanpa peduli sedikitpun. Saat diambang pintu, beberapa kali Leo mengerutkan bibirnya seperti orang terkena sawan. Wajahnya langsung berubah menjadi sumringah, dia tersenyum melihat Vele duduk bersandar diatas ranjang..

"Mari kita makan."

Walaupun mata Vele tertutup, tapi dia tidak mengabaikan Leo sepenuhnya. Matanya mungkin tak melihat, tapi telinganya bisa mendengar.

Vele terkekeh saat membuka mata melihat Leo akan menyuapinya. "Kenapa kau tertawa?"

"Sepertinya aku benar-benar berhalusinasi, sampai melihat suami yang kejam menyuapiku makanan."

Mendengar ini, jelas Leo tidak senang. Istrinya mulai mengatainya seorang suami yang kejam. Katakan itu benar, tapi kan dia sedang berusaha untuk menjadi lebih baik.

"Tapi terimakasih .." Vele menerima suapan pertama dan selanjutnya..

"Aku mencintaimu." berapa kali Vele mendengar ungkapan cinta dari pria ini? Dia mulai bosan mendengarnya.

"Um.. memang seharusnya begitu. Apalagi aku adalah wanita yang sempurna.." Mendengar Vele yang narsistik tidak jauh sepertinya, Leo tertawa. Bahkan seluruh tubuhnya bergetar. Tapi karena tawa itu menular, Vele juga ikut tertawa.. Walaupun Vele tidak tahu dimana letak lucunya.

********

Memiliki teman perempuan yang cerewet itu sangat mengerikan, apalagi jika keinginannya tidak terpenuhi.

Hide n SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang