Chat

1.9K 198 19
                                    


Sorry typo.

******



Setelah dirinya tahu bagaimana rasanya kehilangan istrinya, dan bagaimana dia menemukan istrinya. Leo ingin memulai semuanya dari awal. Selama ini, apapun yang Leo inginkan tidak pernah tercapai dan menjadi miliknya. Tidak peduli bagaimanapun Leo keras dalam usahanya, semua akan menjadi sia-sia. Namun begitu, dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan kali ini. Leo telah menemukan istrinya, sekarang istrinya berada disampingnya. Vele Breely.. bukan, Vele weves. Dia harus menjadi miliknya selamanya..

Tetapi lagi-lagi takdir mempermainkannya, Count Breely. Ayah mertuanya datang, Leo tidak paham kenapa? Ada yang aneh, Mertuanya tidak pernah datang menemuinya bahkan saat mertuanya tahu putrinya menghilang, walau sekedar untuk bertanya padanya tentang putrinya. Ditambah wajah bengkak biru sekitar mata pelipis dan bibir sobek yang masih meninggalkan darah kering disana. Meski begitu, ekspresi wajah count Breely tetap keras.

Apa yang sebenarnya terjadi? Leo berdebar tatkala tatapan amarah milik ayah mertuanya tertuju padanya, namun bukan hal itu yang membuatnya bingung dengan situasi ini. Tapi berkas yang dilempar  kasar diatas meja didepannya.

Tangan Leo berkeringat saat menyentuh kertas yang tertumpuk dihadapannya. Entah kenapa Leo tiba-tiba merasa sangat takut. Tulisan yang menjadi sampul kertas depan. Dokumen perceraian. Leo merasa jantungnya melambat memompa darahnya.

"Dalam minggu ini kau harus menceraikan putriku." Count Breely berucap dingin..

Ketakutannya semakin menjadi saat ucapan itu jatuh begitu saja, seperti jantungnya yang seakan melemah dipecut kembali membuatnya berdebar tiga kali lebih cepat. Wajahnya mengeras.  Matanya menatap tajam kearah lawan bicaranya. Dia sangat yakin, dia tidak tuli. Jadi ucapan yang didengarnya bukan halusinasi?

"Apa?"  Leo mencoba untuk memastikan,  berharap telinganya bermasalah.

"Setelah perceraianmu-.." ucapan Count Breely terpotong, membuatnya menggeram marah

"Sudah tidak berhak kau atas putrimu. Dia istriku sekarang. Vele sudah menjadi hakku. Bahkan jika harus berpisah, bukan dengan perceraian yang kau paksakan." Jelas Leo tidak terima, dia merasa dipecundangi oleh mertuanya. Leo berusaha menegaskan kepemilikannya.

"Berhenti omong kosong seakan kalian saling mencintai, kau menyia-nyiakan putriku hingga putriku memilih pergi darimu. Sudah sangat jelas, putriku menderita bersamamu, kali ini aku akan mengambil putriku."

"Kau berbicara seolah kau peduli pada putrimu, kau memutar balikan fakta seakan kau adalah korban. Kau menyerahkan putrimu demi keuntunganmu.. Aku yakin sekali kali ini kau menginginkan perceraian putrimu karena keserakahanmu lagi! Apa lagi yang dijanjikan tuanmu pada anjingya?!" Leo berbicara kasar dengan terang-terangan. Bahkan mengatai mertuanya anjing. Leo terus berpikir, jika Elven telah memaksa ayah Vele untuk segera menceraikannya. Bayang-bayang Elven yang ingin merampas istrinya terus menggerogotinya. Kenapa semua orang selalu memilih Elven? apakah Leo sebegitu tidak layak? Kenapa semua orang seperti berusaha menghancurkannya?

Kenapa kakaknya selalu bisa mendapatkan segalanya dengan mudah? Tapi tidak dengannya yang selalu berusaha dengan keras. Sejak dulu dialah yang selalu membantu ayahnya, bahkan saat dirinya masih usia belum masuk remaja, dirinyalah yang dibawa ke medan perang, bukan kakaknya sebagai pewaris. Selama ini Leo terus berusaha yang terbaik untuk ayahnya agar layak dipandang. Tapi begitu, mereka hanya terus menggampangkan Leo.

"Aku tidak peduli, yang diperlukan kau hanya harus segera bercerai dengan putriku!"  Count Breely berteriak sebelum akhirnya berjalan keluar.

"Tidak akan ada perceraian!" Ayah Vele tidak peduli teriakan menantunya. Dia terus berjalan keluar.

Hide n SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang