𝐾𝑒𝑝𝑒𝑟𝑔𝑖𝑎𝑛𝑦𝑎, 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑎𝑤𝑎 𝑙𝑢𝑘𝑎 𝑦𝑔 𝑒𝑛𝑡𝑎ℎ
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟.𝐾𝑒𝑛𝑛𝑎𝑛 𝐹𝑟𝑖𝑧ℎ𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑡𝑎𝑟𝑟𝑎𝑧𝑘ℎ𝑎.
Diruangan dengan minim pencahayaan dan juga terasa sangat lembab, seorang bocah laki-laki berusia 6 tahun, tengah berjuang untuk berdiri mengejar sang ayah yang akan menguncinya lagi di dalam gudang yang menakutkan ini.
Pria dewasa itu sungguh menulikan telinga, saat putra bungsunya terus memanggil dirinya dan merintih dengan rasa sakit. Bahkan sekarang pria itu membutakan penglihatannya, jelas-jelas dia bisa melihat anaknya hampir kehabisan darah karena ulahnya.
"P-pah." Panggil anak itu yg sudah terdengar pelan.
Sebenarnya pria itu ingin kembali dan membawa anak itu kerumah sakit, bagai mana pun dia masih punya hati nurani. Terlebih lagi anak itu baru selesai oprasi tranfusi ginjal 3 hari lalu. Namun rasa kasihan itu hilang terkalahkan ego dan opsesinya terhadap istrinya itu.
Bocah berusia 6 tahun itu lagi-lagi terjatuh ke lantai, tubuhnya sangat lemas, ditambah rasa nyeri pada perutnya membuatnya tidak kuat untuk bergerak. Bahkan dia tidak diberi makan dari kemarin.
"Kalau saja kamu tidak bertingkah karena keegoisan kamu! Pasti saya masih mau menerima kamu, walau kamu tidak pernah saya harapkan! " ucap pria itu dan langsung pergi dari sana dan meninggalkanya sendiri.
Anak itu sekuat tenaga untuk duduk dan bersandar pada tembok.
"I-ini bukan s-salah ken, t-tuhan. " lirihnya, dengan bersamaan tubuhnya luluh ke lantai yg dingin bersama dengan darahnya sendiri yg terus merembes keluar dari perutnya. Tadi dia sempat muntah darah akibat injakan sepatu keras milik ayahnya. Dia benar-benar putus asa sekarang, matanya sudah terasa berat.
Hingga samar-samar dia bisa mendengar derap langkah yg tengah berlari kearahnya dengan tergesa-gesa. Dengan cepat orang itu langsung mendobrak pintu gudang tua itu hingga terbuka. Remaja dengan seragam putih Abu-Abu itu langsung berlari menghampiri adik sepupunya yg sudah tidak berdaya lagi. Melihat kondisinya yg tidak memungkinkan untuk dibawa begitu saja, akhirnya dia memutuskan mengambil handuk di kamar bocah itu untuk membaluti tubuh adik sepupunya yg terus mengeluarkan darah di bagian luka bekas oprasinya kemarin.
Setelah dia kembali, dengan cepat dia menutupi setengah badan bocah itu, mengangkatnya dalam gendongan dan mendekap tubuh mungil yg mulai terasa dingin itu dengan penuh rasa cinta. Disandarkan nya kepala adik mungilnya itu pada dadanya dan mendekapnya untuk dibawa ke mobil yg sudah menunggu mereka.
"Bertahan ok, kita kerumah sakit sekarang. " ucap remaja itu mengecup lama kepala bocah yg berada dipangkuanya. "Ayo pak cepat. "
"Baik mas. " jawab sang sopir dan langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Sesaat remaja itu diam tertegun bahkan air matanya terus menetes sedari tadi. Samar-samar dia bisa merasakan tangan mungil yg ada didadanya itu meremas seragamnya dengan pelan. Dia merasa masih memiliki harapan untuk terus menjaga amanah ibu bocah itu.
Remaja itu meraih tangan mungil itu dan mengecupnya sangat lama. "Hang in there okay" gumam remaja itu dengan terus menitihkan air mata.
Konichiwa 👋
Aq kembali dengan cerita baruku.
Jangan lupa mampir ya.
😁
2 mei 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐾𝐸𝑁𝑁𝐴𝑁
Teen FictionDia kennan Frizhtan Atarrazkha, sosok remaja yg menginginkan apa itu bahagia dan tertawa. Dia ingin merasa kan cinta dan kasih sayang dari ayah dan abangnya. Namun entah mengapa keinginan yg terdengar sederhana itu sangat sulit ia dapatkan. Di...