13. Kekhawatiran keyara

18 0 0
                                    

     "Jika semua tidak lagi sama, belajarlah berlapang dada untuk menerima
Realita. Musim saja bisa berubah, apalagi
Manusia.

(Kennan)

   Pagi ini cuaca lumayan panas dan cerah. Bahkan cahaya matahari pun berhasil menembus hordeng besar berwarna hitam, yg menutupi pintu dan dinding kaca, penghubung antara kamar dan balkon.

      Kedua sudut bibir kennan terangkat, kala melihat penampilannya di depan cermin. Namun sesaat senyuman yang menghilang kala mata indahnya menatap wajahnya sendiri dari pantulan cermin.

      Dia begitu Menyeramkan, dia seperti zombie dengan wajah pucat dan penuh memar. Jika dulu dia dikenal sebagai vampir dunia nyata, maka sekarang panggilan itu telah berubah menjadi zombie dunia nyata.

      " lo kenapa sih, pucet banget?" Gumam kennan dengan menyentuh wajahnya di pantulan cermin.

      Kennan menyentuh perutnya yg masih terasa sakit. "Kita kerja sama ya hari ini, jangan sakit terus, biar nggak kena pukul terus. " ucap kennan berbicara sendiri.

      Tok, tok, tok.

      Kennan menoleh saat pintunya diketuk seseorang.

     "Siapa? " tanya kennan dengan sedikit keras.

     "Saya aden, bi mina. " jawab orang tersebut.

      Dengan segera kennan membuka pintu kamarnya. Terlihat wanita paruh baya dengan membawa nampan berisi nasi goreng, segelas air hangat dan obat lambung.

     "Bibi, tumben? " tanya kennan dengan melihat ke lantai bawah, terlihat papanya sedang sarapan bersama Raven. "Bawa turun aja bi, ken lagi dihukum papa. " ucap kennan dengan menunduk.

       "Ini tuan yang nyuruh den, aden dari kemarin belum makan. Asam lambung aden kambuh kan? " tanya bi mina dengan mengikuti kennan yang masuk kekamar.

      Kennan tersenyum sendu, dia duduk disofa besar yg ada dikamarnya. "Nggak papa, kok, bi. Lagian kan udah biasa, rasa sakitnya juga udah biasa. Nggak sesakit yg pertama. " jawab kennan dengan tersenyum manis.

       Bi mina berjongkok dihadapan majikan mudanya ini. Bi mina adalah pengasuh Kennan sejak Kennan bayi. Jadi tidak heran jika bi mina sangat menyayangi Kennan lebih dari segalanya.

      "Aden jangan gitu, bibik sedih lihat aden sakit terus. Maafin bibik ya, kemarin-kemarin bibi nggak ada buat aden." Ucap bi mina merasa bersalah.

     Kennan tersenyum hangat. "Nggak papa bi, ken udah baik-baik aja kok. "

     Namun naluri seorang ibu itu sangat kuat. Walau dia bukan ibunya tapi dia bisa merasakan banyaknya rasa sakit yg tuan mudanya sembunyikan.

      "Ini tangannya kenapa aden? Ini udah diobati? " tanya bi mina dengan menyentuh punggung tangan Kennan yg tampak membiru dan sedikit membengkak.

      Kennan tersenyum. "Nggak papa kok bi, ini udah ken kompres tadi malam. " alibinya.

      Bi mina menghembuskan nafas berat. "Bibi obati lagi ya. "

𝐾𝐸𝑁𝑁𝐴𝑁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang