Happy Reading, sorry for typo.
Senang rasanya dapat menghabiskan waktu kencan berdua bersama Sakha di sela pekerjaannya yang begitu padat, aku merasa kami seperti pasangan suami istri muda lainnya.
Hand-built Pottery Workshop, adalah pilihanku untuk tempat berkencan kami. Workshop ini bisa mengajarkan kreatifitas kami, di sini kami akan membuat kerajinan tanah liat yang kami inginkan. Studio ini menyediakan sesi privat khusus untuk dua orang per-sesi, jadi pasangan yang datang bisa melakukan quality time bersama.
Aku mengenakan apron yang berwarna cokelat, sebelum memulai sesi. Seorang tutor yang akan mengajari kami sudah berdiri di depan meja kami, lelaki muda itu mulai menjelaskan pelajaran dasar dan apa yang akan kami lakukan.
Stoneware cloy dan alat-alat sudah ada di atas meja kami berdua, aku menatap Sakha yang sedang fokus mendengar penjelasan tutor.
"Ups, aku lupa belum ikat rambut."
Aku menatap kedua tanganku yang sudah kotor karena memegang stoneware cloy, aku harus mencuci tangan dulu untuk mengikat rambut.
"Biar aku aja."
Sakha menahanku yang hendak mencuci tangan, mengambil scruncie yang ada di dalam tasku.
"Balik badan coba."
Tangan Sakha yang masih bersih, membantuku mengikat rambutku. Tanpa sadar aku tersenyum, manis sekali Sakha ini.
Tersadar jika ada orang lain di ruangan ini, aku pun menatap tutor yang tengah tersenyum menatap momen kami. Sepertinya dia sudah terbiasa dengan pemandangan yang kami lakukan.
"Gak rapi," gumam Sakha.
"It's oke, yang penting aku gak gerah. Thank you, Sakha."
Aku berbalik menatap Sakha yang masih memperhatikan rambutku, tampak tak puas dengan hasil tangannya.
Sesi kelas kami kembali di mulai, aku dan Sakha sudah mulai sibuk membuat sebuah karya dari stoneware clay. Aku berniat membuat sebuah cangkir, terlalu fokus sampai aku tak sadar dengan Sakha yang duduk di sampingku.
"Ternyata susah ya," ucapku saat melihat bentuk cangkir yang tidak sesuai, menatap tutor yang memberiku semangat agar aku tidak menyerah.
Aku melirik Sakha, tak di sangka lelaki itu sangat teliti dengan tangan yang terus bergerak. Sakha sama sekali tak terlihat kesulitan sama sekali, Sakha tampak menikmati sesi ini.
Ternyata Sakha juga akan membuat cangkir, bedanya Sakha berhasil membuatnya sedangkan aku gagal.
"Ih kok kamu jago banget sih?"
Sakha mengalihkan pandangan dari kerajinannya, beralih menatapku lalu melirik hasil tanganku.
"Kamu buat apa itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flawless Wife [End]
RomanceTentang Gempita yang menceritakan kisah kehidupan pernikahannya dengan seorang Sakha, cucu pewaris Pramadana. Tentang Gempita yang perlahan mulai merasakan cinta terhadap Sakha, bagi Gempita mencintai Sakha adalah sebuah kesalahan. Tapi, Gempita t...