Ponsel Singto berdering menyadarkan Singto dari lamunannya, dia memang melamun sejak tadi, memikirkan kejadian dua hari yang lalu saat di pesta, dia bahkan tak berani membuka media sosial miliknya sekarang karna malas membaca berita tentang dia dan Krist.
"Kenapa, Tae?" Ucap Singto setelah dia mengangkat panggilan itu.
"Bisakah kamu pulang sekarang?" Ucap Tae di sebrang sana.
"Aku akan ijin pada Krist dulu" Ucap Singto.
"Kenapa harus ijin dengan si brengsek itu? Aku suamimu, Sing!" Ucap Tae dengan nada marah.
"Ya, aku tahu itu. Tapi aku adalah jalang Krist sekarang! Bukankah kamu sendiri yang memberikan ku padanya" Tekan Singto.
"Aku tak mau tahu, kamu harus segera pulang" Ucap Tae lalu dia mematikan panggilan itu sepihak.
Singto mendengus kesal melihatnya, dia mengirimi Krist pesan, meminta ijin untuk pulang ke rumah Tae.
Setelah mendapatkan ijin dari Krist baru Singto beranjak dari duduknya dan berjalan pergi dari kamar Krist.
***
"Ada apa?" Ucap Singto.Singto baru saja tiba di rumah, dan Tae sudah menunggu dia di ruang tamu.
"Ayo ke rumah mama dan papa. Katakan jika kejadian dua hari yang lalu hanya salah paham" Ucap Tae.
"Kenapa aku harus mengatakan itu, Tae?" Ucap Singto.
"Sing, aku tak mau orang tua ku menganggap jika kamu selingkuh. Aku tak mau kamu di pandang buruk oleh kedua orang tua ku" Ucap Tae.
"Cih, aku bahkan sudah sangat buruk sejak pertama kamu menjual ku" Lirih Singto dengan mata yang memerah.
"Aku minta maaf" lirih Tae.
"Semua sudah terjadi, apa tak ada yang ingin kamu bicarakan lagi? Aku akan pulang ke rumah Krist" Ucap Singto.
"Kenapa Krist bersikap seakan kamu miliknya! Ini bahkan tak seperti perjanjian awal. Awalnya dia hanya ingin memanggil mu jika dia menginginkan mu! Bukan mengajak mu tinggal bersama" Ucap Tae kesal.
Singto hanya tersenyum sinis menanggapinya lalu pergi dari sana.
****
"Ini untuk mu" Ucap Krist sembari memberikan setangkai mawar yang di belinya di lampu merah tadi.Singto hanya menatap mawar tersebut tanpa berniat untuk mengambilnya. Karna Singto tak menerima bunga darinya Krist memegang tangan Singto dan memaksa Singto agar memegang bunga tersebut.
"Apa kamu sudah makan malam, hmm?" Ucap Krist.
"Belum" Ucap Singto singkat.
"Ayo makan bersama" Ucap Krist.
"Krist..." Ucap Singto sembari menatap wajah Krist.
"Apa?" Tanya Krist.
"Kenapa kamu memperlakukan ku dengan baik? Ini seperti bukan kamu yang ku kenal saat pertama kali kita bertemu di hotel saat itu" Ucap Singto.
Krist terdiam mendengarnya, benar.. ini memang bukan dia saat awal Tae membawa Singto padanya, bukankah dulu Krist sangat ingin menyiksa batin Singto dan membuat Singto menderita, tapi sepertinya Krist sudah melupakan niatnya itu sekarang.
"Apa kamu merasa ku perlakukan dengan baik, huh? Ingat kamu hanya jalang bagi ku!!" Ucap Krist sinis.
"Yeah, setidaknya tak ada pria yang memberi jalangnya bunga" Ucap Singto sembari melempar bunga dari Krist ke lantai, lalu dia pergi dari sana meninggalkan Krist sendiri di kamarnya.
"Papa!? Bisakah papa membantu ku mengerjakan tugas sekolah ku?" Ucap Caroline yang melihat Singto berjalan tak jauh darinya.
Singto melihat Caroline sedang bersama dengan mama Krist, dia tersenyum lalu berjalan menghampiri Caroline.
"Apa ada yang bisa papa bantu?" Ucap Singto.
"Aku kesulitan mengerjakan tugas ini" ucap Caroline.
Singto mulai melihat tugas Caroline dan mencoba memahaminya, lalu mengajari Caroline bagaimana cara mengerjakannya.
Mama Krist hanya diam melihat Singto dan Caroline, dia berpura-pura fokus pada televisi yang sedang di tontonnya, ingin rasanya dia bertanya tentang berita saat di pesta hari itu, namun dia memilih untuk tetap diam, mama Krist benar-benar bingung, karna berita hari itu dia baru tahu jika ternyata Singto sudah menikah dengan seorang pria bernama Tae, lalu kenapa Singto lebih sering bersama Krist sekarang?
"Apa mama dan Carl sudah makan?" Tanya Krist yang kini tiba di ruang keluarga.
Krist melihat Singto tengah mengajari Caroline.
"Mama dan Carl sudah makan tadi" Ucap mama Krist.
"Apa kamu sudah makan, sing?" Tanya mama Krist pada Singto.
"Belum, tante. Aku akan makan nanti setelah Carl menyelesaikan tugasnya" Ucap Singto.
Krist berjalan menghampiri mamanya dan duduk di samping mamanya, dia menatap Singto yang duduk di samping Carl.
Entah kenapa Krist merasa jika Singto benar-benar keras kepala, dia bahkan tak pernah tersentuh sedikit saja dengan kebaikan yang Krist lakukan. Apa Singto masih membencinya karna masa lalu mereka?
"Apa ada yang bisa daddy bantu?" Ucap Krist yang kini duduk di samping Singto.
"Tidak ada, papa sing sudah sangat membantu ku" Ucap Carl.
"Yeah, daddy akui papa Sing memang lebih pintar dari daddy. Papa sing bahkan sering juara kelas dulu" Ucap Krist sehingga membuat Singto menatap Krist. Kenapa Krist tiba-tiba memujinya sekarang?
"Oh, wow!? Benarkah!? Itu artinya papa benar-benar pintar!!" Ucap Caroline.
"Yeah, dan daddy beruntung pernah satu kelas dengan papa dan duduk satu meja dengannya, karna daddy bisa mencontek saat ada ujian" bisik Krist sehingga membuat Singto memukul bahu Krist.
"Jangan katakan hal yang tidak baik pada Carl, Krist!!" Ucap Singto marah.
Bagaimana bisa Krist mengatakan pada anaknya sendiri jika dia sering mencontek saat ujian? Bukankah harusnya Krist memberi contoh yang baik pada anaknya sendiri? Carl tertawa terbahak-bahak mendengar itu, apa lagi saat melihat Singto memarahi Krist dan Krist hanya menyengir lebar.
"Nenek, bukankah papa dan daddy sangat lucu?!" Ucap Carl di sela-sela tawanya.
Mama Krist hanya tersenyum menanggapi itu.
Tbc.
YOU ARE READING
Ex Boyfriend ✓
FanfictionSingto di jual oleh suaminya sendiri kepada pria lain hanya untuk menyelamatkan perusahaan suaminya dari ambang kebangkrutan. Harga diri singto benar-benar jatuh, apa lagi pria yang membelinya ternyata adalah mantan kekasihnya, singto di perlakukan...